Skip to Content

September 2015

Dinding Sunyi

Terhempas terlalu keras

menghantam dinding sunyi

yang tak terbatas

 

Terasa hampa

Seperti mati rasa

 

Gelap

Pekat

Aku Rindu

Mendengar suara hujan

Seperti mendengar dentingan

melodi yang begitu syahdu

 

Memandang langit biru

Seperti tenggelam dalam

Aku

Terpesona pada mentari

yang gagah bersinar terang

Kagum pada rembulan

yang selalu terlihat menawan

Terpana melihat bintang

Bangunkan Aku

Bangunkan aku

Jika aku terlelap terlalu lama

Tenggelam dalam mimpi yang

tak berkesudahan

Hanyut dalam rangkaian cerita

tanpa kenyataan

 

Aku Ingin Menghilang

Aku ingin menghilang

seperti malam yang pergi ketika pagi datang

Tapi malam akan kembali lagi berganti dengan siang

Bukan itu

Bulan Pucat

Bulan pucat,
redup tak berbinar
Tertatih mengiringi malam
tanpa bintang
hingga pagi datang menjelang

Bulan pucat,
semburat ronanya
seperti sketsa tak berwarna
Menatap sepinya malam

Maafkan Aku, Hujan!

Sepasang mata
Terbuka kala fajar tiba
Surya mengintai di balik mega
Cahayanya siap menyerbu dunia

Semakin tinggi ia
Semakin terik pula
Bumi mandi cahaya
Dahaga kian menerpa

Hari sengangar
Mawar tiada mekar
Bumi pun nanar
Seisinya mulai berkoar

Kemarau

Sepasang mata

Terbuka kala fajar tiba

Surya mengintai di balik mega

Cahayanya siap menyerbu dunia

Menuju Hari Itu

Ia belum berhenti memutar waktu

Masih dengan langkahnya yang berderu

Masih dengan otot-ototnya yang dahulu

Budayawan Yogya Luncurkan Sastra Sendaren

Sejumlah sastrawan dan para pemerhati budaya Yogyakarta berkumpul di Omah Kecebong,  rumah budaya dan wisata baru di Sendari, Sleman, Yogyakarta pada hari Minggu (27/9/2015) malam dalam acara peluncuran Sastra Sendaren. Kawasan Sendari selama ini dikenal sebagai Desa Wisata Sendari.



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler