Skip to Content

September 2017

Malu Pada Langit dan Bumi

 Malu pada langit yang tiada hentinya mencaci, menertawai, malu pada bumi yang tiada hentinya bergoyang seakan mempermainkan. Tiada kata malu untuk negeri ini, telinga negeriku tak dapat mendengar tangis, rintihan rakyat, mata negeriku tak mau lagi melihat mata anak-anak yang mengeluarkan air mata darah.

Sudut Pandang Berpuisi

Puisi yang bermanfaat tidak hanya menceritakan tentang apa yang dirasakan penulisnya sendiri tapi juga menceritakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Agar sudut padang dari puisi itu semakin luas maknanya. Akan tetapi ini bukan suatu hal yang mudah, meskipun inilah justru yang dibutuhkan sekarang ini. Memberikan suatu cerita yang orang lain pun mengalami isi yang ada dalam puisi itu.

Refleksi

 

Betapa banyak tangisan-tangisan telah kubuat

Berapa banyak keringat yang telah kau cucurkan hanya untuk sesuap nasi

Curhat Iwan Kartiwan

Pagi....

Bisikkan ini kututurkan untukmu

Sambil duduk dimeja tempatku bersandar

 

 

Kecewa....

Saat kau tak hiraukan siapa aku

Empat empat empat

Masih tetap rupawan.

TIBA WAKTU KITA

Sebentar lagi

Tiba waktu kita

Alam menagih janji

Sabda menjelma nyata

Maut tampilkan taji

Tanah menanti raga

Di sekitar tampak putih

ANTARA PERASAAN DAN LOGIKA

Katanya perasaan adalah dewa wanita

Dan para pria lebih sering main logika

Apa mungkin begitu adanya

Meski kadang tertukar arah

 

SUTRADARA

Skenario rampung tercatat

Pelakon aksi siap di tempat

Dalam hitungan ke tiga

Drama menjelma realita

 

Tangis dan tawa

Derita dan bahagia

URUNG MENYALA

Menggigil tubuh

Tersentuh bayu

Lirih mencumbu

Setiap waktu

 

Berlalu jauh

Irama merdu

Sumbang termangu

Terhempas kelabu

BINATANG GULITA

Ketika rakus

Tak kenal minus

Manis bibirmu

Aku gerus

Kau membalas

Panas beringas

Tersebutlah kita

Binatang gulita



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler