Mungkin lebih baik begini
Menyendiri di sudut kota ini
Melihat panorama keindahan
Hingga tampak warna malam
Jangan menjauh atau menghilang
Malam menepi di ujung subuh
Aku terjaga, seraya merangkak menepis dingin
Dari tempat tidur, toilet berbatu,
hingga membeku di mimbar
Shalat serta dzikir
Siang itu, saat waktu Dzuhur tlah berakhir
Langkah kaki mulai menyempit
Ku hampiri ibu tua yang menyapa
Sore ini sempat ku pikirkan tentang malam
Hanya senyum dan mimpi yang kutawarkan padanya
Bukan lukisan atau dara cantik yang hiasi alam ini
Aku secangkir kopi, melukai
angin malam ini. Bersiul mengikuti rintik hujan Tengadah di antara malam,
tapi aku tak semanis dulu lagi
Melalui jalan sempit lorong gang berbesi
Cahaya lampu pijar menuntunku
di malam yang mulai larut,
Semakin jauh dari suara-suara pemuja malam
Pulang lagi, kereta kembali
datang lagi, macet menanti petang pun masih disini dalam lorong: tegak berdiri,
warna baru, senyum kala malam.
Kubuka lukisan lalu yang tak pernah usang, Hanya tertutup butiran debu, Makin menghitam tapi tak tercoret sedikitpun
Bila ikutimu malam pun termangu
tubuh sesak ku lempar caci Hanya saja kau bilang ini kenangan Padahal tertawa, kala kau buat luka Lalu, berhenti mendekapmu
Biarkan hujan itu membasahi jalanan,
mengalir mengikuti arahnya yang berkelok rendah.
Setelah menyirami pepohonan dan rumah-rumah,
Komentar Terbaru