Empat yang tujuh
Utusan yang utuh
201702031258 Kotabaru Karawang
kini tak ada lagi yang harus diucapkan
simpan saja semuanya dan jadikan kenangan
kucari malam seribu bulan pada dawai biola
satu biola empat dawai aku mainkan empatbelas
menelusuri ruas jariku
hai mari sebentar kita jalan bersama
untuk melihat empatbelas pertama bilangan prima
dalam alqur”an tempatnya nyata
satu
engkau jelas dalam dua
satu dua
engkau jelas dalam tiga
satu dua tiga
aku tak tahu apakah engkau yang pergi
atau aku yang meninggalkan engkau
yang terasa adalah aku terpanggang dalam sepi
Dengan sentilan jari engkau melukis cinta
Pada lempengan tanah serambi mekah
Tubuh-tubuh rubuh runtuh luka jiwa luka raga
Awal-awalnya dia tidak banyak cerita. Mungkin karena tidak banyak kosakata yang dia miliki untuk mengungkap apa yang dirasakannya. Tapi dari keterbatasan kalimatnya aku mengerti apa yang sering dialami dalam keseharian yang dilaluinya.
IIN
Senja mendung muram di teras tampak seraut wajah
Datang mengetukkan tongkat keras sengaja singgah
Tongkat pendek bahu miring nafas terengah-engah
Kulit coklat hitam terbakar dalam sisa langkah
Jangan katakan ada api jika hanya asap yang kau lihat
Jangan pula kau katakan ada api saat ke api itu kau hanya dekat
Komentar Terbaru