Skip to Content

Juni 2020

KINI RINDUKU SEPERTI PELITA

Aku menangkap gambar lalu kujadikan selimut pada hati

Lalu malaikat berkata jadilah aku utusan untuk diri sendiri

URIP SEPISAN MATI SEPISAN (12)

Matanya yang cekung yang tadi dipenuhi air mata hingga mengalir membasahi pelipisnya kini dipenuhi air mata lagi. Tangis apakah ini. Ia tidak tahu. Yang dirasakannya adalah dadanya yang terasa luas dan lepas.

KUKECUP TITIK ANTARA DUA ALIS

pesona lubang gairah pada lekuk tubuh kekasih sudah kering kerontang habis

lebur musnah sirna hilang lenyap ditelan raut wajah kematian

HONG NGALI NGALI HONG

hong ngalingali hong mati telapak kaki telapak kaki hilang hong ngalingali hong mati betis betis hilang hong ngalingali hong mati paha paha hilang hong ngalingali hong mati pantat pantat hi

PADA BATAS SAMAR

Sendiri aku berdiri pada batas yang samar

Nanar sadar

Kupandang tubuh terkapar

Kulepas sebentar

MALAM LAUT LAUT MALAM

Malam adalah lautan

Yang aku layari dengan gagah

Di haluan aku merentangkan tangan

TIDAKKAH AKU MEMBERI PERINGATAN

kepadamu tidakkah aku memberi peringatan

untuk tidak membidikkan anak panah cintamu selain kepadaku

SERIBU RINDU

Belum akan kusimpan bingkisan ini

Akan tetap kubawa meski licin meniti

Melangkah patah mengayuh lesu mendaki lagi

TANPA AKU

seonggok hina dalam bentuk daging berdenyut

dari persemaian cinta tercabut

lalu terlempar ke dalam genggaman takut

SATU SENDOK KECIL MADU

aku tidak menemukan kata-kata untuk melukiskan imajinasi liar

yang sensasinya membakar kulit tulang daging dan sumsum jadi abu



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler