Skip to Content

Berhimpun Menjaga Spirit Puisi

Foto indra
files/user/762/perjalanan-hari-puisi-dan-sound-of-asean.jpg
Chairman RPG Rida K Liamsi menyerahkan buku Perjalanan Hari Puisi dan Sound of ASEAN ke penyair Vietnam Nik Mansour (kiri), Anie Din dari Singapura (dua kiri) dan Syarifudin Arifin dari Sumatera Barat (dua kanan) pada malam Madah Poedjangga di Graha Pena

Tanggal 26 Juli 2012 telah ditetapkan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Bumi Lancang Kuning.

Pendeklarasian dibacakan langsung Presiden Penyair Indonesia, Soetardji Calzoum Bachri yang didampingi 40 penyair Indonesia dari berbagai provinsi. Sejak itu pulalah di berbagai provinsi merayakan HPI, termasuk Riau.

Sebagaimana tahun sebelumnya, perayaan HPI tahun ke-4 di Pekanbaru juga menggelar berbagai rangkaian acara. Salah satunya Salam Puisi yang digelar di Tembok Puisi Madah Poedjangga, halaman Gedung Graha Pena Riau, Kamis (28/7) malam tadi. Selaku penggagas HPI, Rida K Liamsi di hadapan para penyair yang hadir menjelaskan tahapan-tahapan lahirnya HPI. Mulai dari idenya yang didapat ketika berkunjung ke Vietnam, melihat diselenggarakannya perayaan hari puisi yang luar biasa dirayakan. Bahkan dibuka langsung oleh presidennya. Lalu, sepulangnya dari Vietnam, Rida menghimpun sejumlah penyair di Indonesia untuk sama-sama menetapkan dan merayakan hari puisi di Indonesia.

“Yang jelas HPI ini merupakan hasil kerja keras dari penyair-penyair Indonesia. Di Jakarta, setiap tahun juga dirayakan, tepatnya di Taman Ismail Marzuki yang diselenggarakan Yayasan Panggung Melayu bersama Yayasan Sagang, “ ujar budayawan Riau itu.

Ke depannya, kata Rida, tentunya akan selalu berharap semoga puisi benar-benar memasyarakat dengan melakukan berbagai upaya. HPI harus dirayakan dan terus didengungkan. Sehingga yang merayakan tidak hanya para penyair, tapi juga masyarakat.

“Kami dari Yayasan Sagang bersama penyair Riau akan selalu menjaga spirit puisi dengan melakukan berbagai upaya. Begitu jugalah kami harapkan kawan-kawan penyair dari belahan Indonesia lainnya,” jelas Rida.

Helat Salam Puisi dibuka dengan visualisasi puisi dari mahasiswa Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR). Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi dari para penyair yang hadir. Baik dari Pekanbaru, maupun yang datang dari provinsi lain, Jakarta, Padang, Jambi, Medan, dan Aceh. Bahkan dari manca negara, Singapura, Vietnam dan Malaysia.

Selain pembacaan puisi, digelar juga bincang-bincang puisi yang mengangkat tema Puisi Sebagai Penghalus Akal Budi. Tema itu juga merujuk kepada berbagai upaya bersama untuk memasyarakatkan puisi di tengah-tengah masyarakat.

Dipandu penyair perempuan Riau, Murparsaulian, tiga orang penyair duduk di depan menjadi narasumber. Di antaranya Syarifudin Arifin (Sumatera Barat), Ramayani Riance (Jambi), dan Jasman Bandul (Kepulauan Meranti/Riau).

Syarifudin Arifin mengatakan bahwa puisi sesungguhnya sangat dekat dengan masyarakat. Hanya saja hal itu tidak disadari saja. Katakanlah remaja-remaja remaja yang jatuh cinta, sekalinya tanpa sadar mereka mengungkapkan perasaan dengan menggunakan bahasa-bahasa indah.

“Apalagi di tempat saya, masyarakat Minangkabau setiap hari berpuisi, dengan menggunakan petatah-petitih, pantun dan lainnya di dalam keseharian. Begitu juga masyarakat Melayu, rasanya tak kan lepas dari puisi. Puisi hari ini ada di mana-mana tinggal lagi apakah puisi sudah menjadi ibadah bagi penyairnya,” ujar Syarifudin Arifin yang juga diamini narasumber lainnya.


riaupos.co, Jumat, 29 Juli 2016 09:08 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler