Skip to Content

Buku Kontribusi Sastrawan Bali pada Perubahan Sosial

Foto Hikmat
files/user/4/literary_mirror_balinese_reflections.jpg
Sampul buku "A Literary Mirror: Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century"

Sebuah buku yang mendokumentasikan dan mengkaji sumbangan para sastrawan Bali pada perubahan sosial dan pencarian identitas budaya diluncurkan di Denpasar. Buku berjudul A Literary Mirror: Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century diangkat dari disertasi dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana, Bali, Nyoman Darma Putra.

Buku itu memuat ulasan mengenai karya sastra di Bali sejak masa kolonial hingga era kontemporer. “Penulis dari Bali turut mewarnai sekaligus memperkaya khazanah sastra Indonesia," kata Darma Putra, Selasa (19/4) ini.

Beberapa kalangan berpandangan bahwa ‘kebangkitan’ ini baru dimulai pada dekade terakhir. Tetapi menurut Darma Putra, sejak 1920-an pengarang-pengarang Bali telah intens mempublikasikan karya mereka di media-media lokal seperti Surya Kanta, Bali Adnjana, Djatajoe, Bhakti, Damai, dan Suara Indonesia, yang kini menjadi Bali Post mulai 1970-an.

Darma Putra menambahkan, selain Panji Tisna dan Putu Wijaya, Bali juga memiliki banyak penulis yang menghasilkan karya penting dan menarik jika dilihat dalam wacana publik dan perubahan sosial politik di Bali dan Indonesia sejak zaman kolonial hingga belakangan ini.

Terkait kemunculan buku tersebut, budayawan dan penerjemah sastra dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, Tom Hunter, menyatakan bahwa kritikus punya peran penting dalam perkembangan sastra ke arah kemajuan terutama pengarang Bali. “Kritikus sastra seharusnya menelaah karya secara lebih mendalam. Tidak hanya menganalisa dalam wacana tertentu misalnya sosial, politik, atau bahkan ekonomi,” ujarnya.

Apapun yang terjadi, penulis tidak dapat mengingkari takdirnya sebagai suara zaman. “Tiap karya punya masanya sendiri. Yang terpenting bagaimana sekian karya itu memberi kontribusi berarti bagi kemajuan masyarakat, mengkritisi kekinian sembari tetap berpegang teguh pada upaya mencapai kemajuan bersama melalui tradisi tulis,” kata Hunter, yang kini mengajar Bahasa Sanskerta dan Sintaksis Jawa Kuna pada Fakultas Sastra Universitas Udayana itu.



ROFIQI HASAN


Sumber: TEMPOinteraktif.com, Selasa, 19 April 2011 16:07 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler