Skip to Content

F. RAHARDI BATAL BACA SAJAK, HARDI MENGUNDURKAN DIRI

Foto SIHALOHOLISTICK

Jakarta, Prioritas

F. Rahardi, penyair yang dilarang mementaskan sajaknya Catatan Harian Sang Koruptor di Taman Ismil Marzuki (TIM), Januari lalu, kembali gagal untuk membacakan sejumlah sajaknya yang direncanakan 25-26 September di tempat yang sama.

Hal itu dibenarkan ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Ami Priono, dan Ketua Badan Perencanaan Pertunjukan dan Pameran (BP3) TIM Hardi. “TIM menerimanya lewat pemberitahuan telepon dari pihak kepolisian,” ujar Hardi.

Namun Rahardi sendiri mengatakan pada Prioritas sampai sekarang dia belum mendapat pemberitahuan secara resmi dari pihak TIM mengenai pembatalan itu. Jika pembatalan itu benar berarti dalam tahun ini untuk kedua kalinya ia mendapat larangan membaca puisi.

Kata Rahardi, ketika Januari lalu pembacaan sajaknya batal, General Manager TIM Soeparmo masih berharap ia dapat mengisi acara TIM. Untuk itu dia diminta baca sajak bulan Juli, namun ditolaknya. Rahardi menawarkan bulan Agustus, kebalikan TIM tidak sanggup. Dan akhirnya bulan September.

Tetapi 27 Agustus lalu, Eka Budianta mewakili BP3 menelponnya, agar jangan membuat poster dan publikasi lainnya lebih dulu. Karena belum mendapat izin dari kepolisian. Dan sampai sekarang belum ada kepastian ia bisa mentas atau tidak.

Dalam buku Kalender Acara TIM bulan September memang tidak terdapat jadwal pembacaan sajak F. Rahardi. Tetapi pada daftar isinya tertulis : Pembacaan Puisi F. Rahardi halaman 17. Sedang halaman 17 tidak ada di buku itu, dari 16 langsung 18.

Saya sendiri merasa bingung, siapa sebenarnya yang melarang baca sajak? Kepolisian atau DKJ tidak masuk akal. Kalau mengganggu keamanan kan kenapa kumpulan puisi saya masih bisa beredar. Saya hanya mau berkesenian kok,” katanya.

Sajak aids

Tadinya Rahardi merencanakan hanya membaca lima sajak, yaitu, Menjelang Pemilu ’87, AIDS, Inmemoriam Tuhan, Jimat, serta Matahari Wureng dan Sol Sepatu dalam waktu dua jam.

Dilahirkan di Ambarawa tahun 1950, penyair dan wakil pimpinan majalah pertanian Trubus ini, juga pernah gagal menampilkan idenya membawa sejumlah WTS dalam pembacaan sajaknya yang pertama di TIM, yaitu Soempah WTS dua tahun lalu.

Ketua DKJ Ami Priono, menanggapi pembatalan ini mengatakan, pihaknya tengah mempelajari dan memahami pelarangan itu dengan mengadakan pendekatan-pendekatan.

“Tapi jangan lupa, kita kan hanya punya wilayah di TIM ini dan masih ada kekuasaan lain di atas kita,” ujarnya.

Ia sendiri masih merasa heran mengapa sajak Rahardi bisa dianggap mengganggu keamanan. Ini masih dipelajarinya. Tapi, kata Ami lagi, sebagai seniman harus berani mengambil resiko untuk dilarang. “Kok Rendra bisa, mengapa Rahardi tidak bisa,” katanya.

Mengundurkan Diri

Sementara itu, buntut dari pelarangan acara itu, Hardi telah mengajukan permohonan mengundurkan diri dari jabatannya. Hal ini dituangkan dalam suratnya yang ditujukan pada General Manager TIM. “Sikap saya yang tetap saya genggam sampai sekarang, bahwa menerima tugas harus ada yang dipertaruhkan, karena fungsi BP3 oleh suatu hal tidak berfungsi lagi,” demikian bunyi surat pelukis Hardi itu.

Menurut sumber Prioritas, pengunduran diri Hardi itu sebenarnya adalah puncak pertentangan antara BP3 dan DKJ sejak badan itu dibentuk awal tahun ini. DKJ, kata sumber itu, menginginkan BP3 hanya sebagai pelaksana acara-acara yang disusun DKJ. Sementara BP3 menyusun juga acara untuk TIM dengan menampilkan seniman muda, hingga sering terjadi pertentangan akibat acara yang disusun BP3 tidak sesuai dengan selera DKJ. Setiap bulan biasanya DKJ menampilkan lima mata acara dan BP3 enam mata acara untuk TIM.

“Tidak ada suasana berkesenian di sini. Yang ada pejabat kesenian di sini,” ujar Hardi. Sedang Ami Priono tidak mau memberikan komentar akan pengunduran diri Hardi itu. (VM)

Sumber : Prioritas, 18 September 1986

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler