Skip to Content

Festival Drama Basa Sunda (FDBS) XII Dimulai

Foto indra
files/user/762/fdbs-xii.jpg
Kelompok Teater TTM Ciamis yang membawakan naskah berjudul "Kawin Ucing" menjadi kelompok pertama yang tampil pada Festival Drama Basa Sunda (DBS) XII di Gedung Kesenian Rumentang Siang. (Foto: PR)

Ketidakhadiran Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan pada pembukaan Festival Drama Basa Sunda (FDBS) XII diharapkan tidak terlalu dipermasalahkan dan dibesar-besarkan. Meskipun berhalangan hadir Ahmad Heryawan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat memberikan dukungan dalam bentuk dana pelaksanaan dan secara spontan menjanjikan memberi hadiah uang pembinaan bagi pemenang.

“Memang pada hari ini rencananya gubernur akan membuka, tapi karena ada kegiatan yang bersamaan maka tidak bisa menghadiri acara pembukaan. Namun demikian gubernur sangat memberikan apresiasi terhadap kegiatan (FDBS) yang tahun ini memasuki tahun ke dua belas,” ujar Wakil Ketua DPRD Jabar Drs. Uu Rukmana, saat membuka FDBSXII bertempat di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jalan Baranang Siang, Kosambi, Bandung, Senin (12/3).

Dikatakan Uu, sebagai bukti apresiasi gubernur terhadap kegiatan FDBS yang diselenggarakan Teater Sunda Kiwari, adalah berupa uang penyelenggaraan sebesar Rp 44 juta serta uang pembinaan bagi pemenang. “Bukti lainnya adalah memasukan anggaran renovasi gedung (Rumentang Siang) pada tahun ini, mudah-mudahan Desember sudah kelar,” ujar Uu Rukmana.

Pada acara pembukaan FDBS XII yang akan berlangsung sejak Senin (12/3) hingga Jumat (30/3) mendatang dengan diikuti 56 kelompok teater dari 26 Kota dan Kabupaten se Jabar, serta DKI Jakarta dan Banten, juga tidak dihadiri unsur pejabat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar serta Pendidikan Jawa Barat.

Pada hari pertama FDBS XII tampil kelompok teater TTM asal Kab. Ciamis dengan membawakan naskah “Kawin Ucing” karya Arthur S. Nalan. Drama berceritakan konplik antar tetangga yang latarbelakangi binatang piaraan kucing yang sifatnya tidak beda jauh dengan kedua tetangga yang selalu ribu seperti kucing sedang kawin.

 

Godi Suwarna: Pemerintah Tidak Konsisten Dukung Kegiatan Seni Budaya

Ketidakhadiran Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan yang rencananya akan membuka Festival Drama Basa Sunda XII, serta instansi terkait mendapat sorotan sejumlah seniman dan budayawan yang hadir. Menurut mereka ketidakhadiran dari pihak pemerintah menunjukan ketidakkonsitenan pemerintah dalam mendukung kelangsungan seni budaya di Jawa Barat.

Sastrawan Godi Suwarna salah seorang yang merasa prihatin terhadap ketidakhadiran gubernur maupun pimpinan dari instansi atau dinas terkait. “Ini menunjukan ketidakkonsistenan pemerintah yang katanya mendukung setiap kegiatan dan upaya pelestarian seni budaya, buktinya hanya sekedar untuk menghadiri saja tidak mampu,” ujar sastrawan Godi Suwarna.

Menurut Godi, pihaknya merasa prihatin dengan ketidakhadiran instansi terkait terhadap penyelenggaraan kegiatan yang bersifat mendukung program pemerintah yang diselenggarakan kelompok ataupun komunitas di masyarakat. Apalagi dengan kegiatan FDBS yang diselenggarakan Teater Sunda Kiwari memasuki tahun ke 12 sejak tahun 1990 diselenggarakan tanpa dukungan pendanaan dari pemerintah.

Semetara Ketua Teater Sunda Kiwari, R.Dadi P Danusubrata, tidak mempermasalahkan ketidakhadiran gubernur maupun pejabat dari instansi terkait yang berhubungan seni budaya (bahasa Sunda). “Karena sejak awal kami menyelenggarakan (FDBS) tujuannya, yakni idealisme menjaga keberlangsungan bahasa dan budaya (Sunda) melalui media teater, Teater Sunda Kiwari berikhtiar melakukan upaya pelestarian nilai-nilai kesundaan,” ujar Dadi.

Bahkan jauh sebelum adanya nomenklatur peraturan daerah Jawa Barat yang sekarang telah ditetapkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang pelestarian bahasa dan budaya Sunda, Teater Sunda Kiwari sejak berdiri tahun 1975 telah berusaha membina, memelihara, melestarikan, dan mengembangkan bahasa Sunda baik dalam setiap pertunjukannya maupun program kegiatan yang lainnya.

“Teater merupakan salah satu media efektif dalam usaha melestarikan bahasa dan memperkenalkan budaya dimana para pemain secara otomatis mempelajari sejarah kebudayaan, tradisi, alat, dan jenis kesenian, serta hal lainnya,” terang Dadi.


pikiran-rakyat.com, Senin, 13 Maret 2012 17:38 WIB & 13 Maret 2012 15:13 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler