Skip to Content

Festival Sastra Islam di Makassar Disambut Meriah

Foto indra
files/user/762/festival-sastra-islam-nasional-2015-pembukaan-2.jpg
Pembukaan Festival Sastra Islam Nasional 2015, 16 Desember 2015 (Foto: festivalsastraislamnasional.com)

Pentas seni mengawali pembukaan Festival Sastra Islam Nasional (FSIN) 2015. Kegiatan yang digelar oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Sulsel bekerja sama Universitas Islam Makassar ini berlangsung di Auditorium KH Muhyiddin Zain kampus UIM Makassar, Rabu (16/12) pagi.

Penampilan musikalisasi puisi dari Sekolah Islam Athirah (SIA) mengawali penampilan seni. Mereka menyanyikan puisi yang ditulis oleh Direktur SIA Edi Sutarto. Ada pula penampilan dari Forum Komunikasi Cinta Alquran (FKCA) Sulsel binaan Dr Majdah M Zain.

Kegiatan pembukaan digelar dengan orasi budaya, taushiyah, peluncuran buku, dan bedah novel Ayat-Ayat Cinta 2 bersama Habiburrahman El Shirazy.

Ketua panitia Fitrawan Umar mengatakan, tantangan dunia Islam ada dua, pertama dari muslim sendiri yang jauh dari nilai-nilai Islam. Kedua, lahirnya Islamopobhia (ketakutan terhadap Islam).

"Kehadiran kami adalah untuk menyampaikan dakwah dalam bentuk tulisan. Teduh mencerahkan menjadi tema festival. Berangkat dari itu, dalam berdakwah kami hendak mengajak bukan mengejek. Menyampaikan dengan cara santun dan tidak menghasut," tegasnya.

Ketua FLP Pusat Shinta Yudisia menyampaikan rasa syukur dan salut atas kinerja kader FLP se-Sulsel. Ia mengaku sangat bangga atas FSIN yang digelar selama empat hari, 16-19 Desember. "Ini acara spesial kita. Menurut Pramudya, menulis itu bekerja untuk keabadian," tandasnya.

Berdasar pantauannya, dia menilai apa yang digelar FLP Sulsel luar biasa persiapannya. Silakan membasahi hati dengan agenda-agenda sastra. "Salah satu balasan adalah kita bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi," sebut penulis yang telah melahirkan 50-an buku ini.

Rektor Universitas Islam Makassar yang juga ketua dewan penasihat panitia FSIN 2015 Dr Majdah M Zain menyampaikan bahwa setiap manusia punya potensi untuk menebarkan kebaikan di bumi.

"Jika kita ingin menghitung nikmat-Nya, kita tidak akan sanggup. Saya setuju ini proyek hati nurani. Di tengah-tengah tontonan yang tidak menarik, Festival Sastra Islam sangat membantu dalam pencerahan. Bangsa ini harus dicerahkan dari sisi hati nuraninya. Mencerahkan manusia harus diawali dari hati nuraninya," urainya.

Kita suguhkan karya sastra yang sifatnya humanis. Membangun manusia berhati bersih bisa dilakukan dengan karya sastra. "Saya tidak bisa menulis tetapi saya hanya bisa mendukung. Tulislah apa yang menjadi ide. Kita menggelar sastra Islami Mudah-mudahan inilah sumbangsih kita untuk bangsa dan agama," tutupnya.

Penampilan Arif Daeng Rate, salah seorang seniman sinrilik yang juga kader FLP UNM memukau para hadirin dan penulis yang memadati pembukaan Festival Sastra Islam Nasional (FSIN) 2015. Kegiatan yang berlangsung di auditorium pagi ini dihadiri seribuan peserta yang merupakan mahasiswa dan warga umum se-Sulsel.

Melalui sinriliknya Arif menyampaikan tentang pentingnya seni dan sastra. Menurutnya, budaya tutur dalam hal ini karya sastra tutur telah ada di Sulsel sejak ribuan tahun lalu. "Karena itu, sastra menjadi sangat penting untuk pencerahan bangsa," kata alumni sastra Inggris UNM ini.


nu.or.id, Rabu, 16 Desember 2015 21:02 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler