Skip to Content

Helat KAPLF II, 70 Penyair Korea dan Asean Bakal 'Berkampung' di Riau

Foto Hikmat

Tidak sekedar bidang olahraga ataupun medis yang helatnya dipercayakan kepada Riau sebagai tuan rumah. Ranah sastra pun demikian. Pada 25-29 Oktober mendatang puluhan penyair dari beragam bangsa akan 'berkampung' di Riau sempena mengikuti Temu Penyair Korea-Asean atau Korean-Asean Poets Leterature Festival (KAPLF) ke-II.

"Kegiatan ini pertama digelar di Korea pada Desember 2010 lalu. Untuk yang kedua dipercayakan Indonesia dan dalam hal ini Riau sebagai tuan rumah," ujar Ketua Panitia KAPLF II Rida Kaliamsi dalam jumpa pers di Rumah Makan Ikan Patin HM Yunus Pekanbaru, Jumat (21/10/11).

Dipaparkan Rida yang didampingi Ketua Yayasan Sagang, sebagaia patner pantia Kazzaini KS, jumlah penyair yang menjdi peserta sekitar 70. Nama-nama peserta ditentukan kurator yang ditunjuk khusus. "Jadi tidak bisa mendaftar lalu ikut, tetapi harus disetujui kurator terlebih dahulu, baru bisa ambil bagian," paparnya.

Mereka yang menjadi peserta berasal dari Korea 10 penyair, Asean di luar Indonesia 15 penyair, Indonesia 20 yang terbagi berdasarkan asal, Riau 5 penyair, Sumatera 10 penyair dan luar Sumatera 5 penyair.

Untuk negara Asean, hanya Laos dan Kamboja yang tidak ambil bagian. "Untuk Laos dan Kamboja tidak bisa ikut karena situasi keamanan negara tersebut tidak memungkinkan," ujar Rida.

Beragam kegiatan telah dirancang panitia selama helat KAPLF II. Selain membaca syair di Anjung Idrus Tintin Bandar Seni Raja Ali Haji, juga ada kunjungan peserta ke sejumlah icon masyarakat Melayu Riau. Seperti ke Istana Siak, Candi Muara Takus dan bertemua Budayawan Tennas Effendi.

Secara harfiah, Rida menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka membangun solidaritas sastra lintas teritorial untuk menumbuhkan tema universal, seperti perdamaian, keadilan, toleransi dan kesetaraan.

Lebih lanjut Rida mengatakan, meskipun selama kegiatan bahasa pengantarnya adalah Bahasa Inggris, namun untuk pembacaan syair peserta dibebaskan menggunakan bahasa ibunya. "Kalau untuk pembacaan syair, kita bebaskan bahasanya. Tidak harus menggunakan Bahasa Inggris," tegasnya.***(mad/Riau Terkini)


Sumber: RiauTerkini.com, Jum’at, 21 Oktober 2011 20:07 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler