Skip to Content

Kala Monolog Kembali Menghias Dunia Teater

Foto indra
files/user/762/Kala-Monolog-kembali-Menghias-Dunia-Teater.jpg
Kala Monolog kembali Menghias Dunia Teater

Festival Kala Monolog kembali digelar ditahun 2018 ini dan telah menginjak tahun ke-10 Kala teater dalam mengadakan kala monolog sebagai program tahunannya sejak tahun 2009. Sedangkan tahun ini Festival Kala Monolog mengangkat tema “Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal”.

Kala Teater mengundang 7 penulis dan pegiat teater untuk merespons tema tersebut dengan menuliskan naskah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa budaya dan kearifan lokal di Sulawesi Selatan yang masih memiliki relevansi dengan kehidupan saat ini.

Naskah-naskah yang akan dimainkan dalam festival ini adalah Bertarung dalam Sarung karya Alfian Dippahatang, Bukan Opu karya Dewi Mudijiwa, Mate Colli’ karya Faisal Oddang, Mau Menikah, Sungguh! karya Harnita Rahman, Sembunyikan Namaku dalam Tarian Sepulang Perang karya Ibe S Palogai, Lelaki yang Mencintai Perempuan Penenun Lipa’ Sabbe’ karya Iqbal Naspa, dan Perempuan Etalase Mitos karya Nurul Inayah.

Festival akan digelar pada tanggal 18 Juli – 22 Juli 2018 di Teater Arena Gedung Kesenian Societiet de Harmonie dan berskala nasional sebagaimana tahun sebelumnya. Festival akan memberlangsungkan pertunjukan monolog, workshop keaktoran, dan diskusi.

Pendaftaran festival dibuka sejak 15 Mei – 15 Juni 2018 dengan cara mengisi formulir pada laman bit.ly/kalamonolog10 dan mengunduh petunjuk teknis pada laman bit.ly/PetunjukTeknisFestivalKalaMonolog10.

“Tahun ini Festival Kala Monolog 10 bekerjasama dengan Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,” kata Iqbal Naspa selaku koordinator Festival.

Iqbal berharap festival kembali sukses memetakan keberadaan aktor teater khususnya di Sulawesi Selatan dan di Indonesia pada umumnya.

Dalam kala monolog ini diharapkan bisa kembali muncul aktor-aktor terbaik tanah air dalam berperan monolog diatas panggung. Acara tahunan ini sangat dinanti oleh khalayak karena mempunya nilai dedikasi yang tinggi dan dengan adanya kala monolog ini mampu mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya dengan mengangkat tema “Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal”.

Pendiri kala teater, Shinta Febriany, mengatakan bahwa Tahun ini festival kala monolog ingin melihat sejauh mana relevansi dari nilai budaya dan kearifan lokal dalam praktek hidup sehari-hari kita. Saat ditemui langsung di Benteng Routerdam (03/05/2018).


www.timurnews.com, Sabtu, 26 Mei 2018

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler