Skip to Content

Kemiskinan Bantu Mo Yan Raih Nobel Sastra 2012

Foto Hikmat
files/user/4/mo-yan-pemenang-nobel-sastra-2012.jpg
Mo Yan saat berbicara di depan pers di kediamannya, Gaomi, Shandong - Cina. (Foto: China Daily/REUTERS)

Teka-teki siapa peraih Nobel Sastra 2012 terjawab sudah dan pemenangnya adalah penulis China MoYan.

Dia dianugerahi Nobel Sastra atas karya-karyanya yang dinilai mengkombinasikan ”realisme halusinasi” dengan cerita-cerita rakyat, sejarah, dan kehidupan kontemporer di negaranya. Sebelumnya, nama Mo masuk daftar teratas penerima Nobel Sastra bersama penulis Jepang Haruki Murakami. Sebagai pemenang, Mo berhak mendapatkan hadiah dari Swedish Academy senilai 8 juta kronor (Rp11,5 miliar).

”Melalui pencampuran realitas dan fantasi, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan telah menciptakan dunia yang mengingatkan kita kepada kompleksitas yang berada dalam tulisan William Faulkner dan Gabriel Garcia Marquez serta pada saat yang sama menemukan poin kepergian dalam sastra kuno dan tradisi bertutur China,” ungkap Swedish Academy seperti dilansir The Daily Telegraph. Mo, yang tumbuh di Gaomi, Provinsi Shandong, kawasan timur laut China, lahir pada 1955 dari orang tua yang bekerja sebagai petani. ”Dia memiliki gaya menulis yang begitu unik."

Kalau membaca setengah halaman tulisan Mo Yan, Anda segera mengenali bahwa itu tulisannya,” papar Peter Englund, Kepala Swedish Academy, seperti dikutip Reuters. Englund memaparkan, Mo telah diberi tahu bahwa dia mendapatkan penghargaan itu. Mo Yan adalah nama pena yang berarti ”jangan bicara”. Nama aslinya adalah Guan Moye. ”Dia berada di rumah bersama ayahnya. Dia mengaku sangat bahagia dan kaget,” ujar Englund kepada televisi Swedia. Salah satu karya Mo yang paling dikenal di dunia Barat adalah Red Sorghum yang mengisahkan kesulitan yang dihadapi para petani pada masamasa awal pemerintahan komunis.

Kisah ini difilmkan oleh sutradara kondang China, ZhangYimou. Beberapa karya Mo lainnya yang juga dikenal adalah Big Breasts and Wide Hips, Republic of Wine, dan Life and Death are Wearing Me Out. Novel terbarunya, Frog, yang dirilis pada 2009 dianggap yang paling berani karena mengangkat kebijakan kontrol populasi ”satu anak” di China dan pejabat lokal yang memberlakukannya dengan memaksa aborsi dan sterilisasi.

Tokoh utama novel itu (Frog) adalah bidan yang antusias mengadvokasi praktik kontrol populasi. Tapi, dia kemudian menyesal setelah mabuk dan berhalusinasi diserang ribuan kodok yang suara kuakannya merupakan ratapan bayi-bayi yang dia aborsi. Cerita hidup Mo tak mulus. Dia dipaksa drop out dari SD dan menggembalakan ternak saat masa Revolusi Budaya China. Saking miskinnya, dia kadang makan kulit kayu dan benih tanaman untuk bertahan hidup.

”Kesepian dan kelaparan adalah keuntungan karya saya,” ujar pria berusia 57 tahun itu sekali waktu. Dan, penghargaan Nobel Sastra untuk Mo ini diperkirakan akan disambut dengan gegap gempita di negaranya karena dia adalah warga pertama China yang meraih Nobel Sastra. Gao Xingjian yang meraih penghargaan yang sama pada 2000 lahir di China, tapi sudah menjadi warga negara Prancis saat menerima hadiah itu.


Sumber: www.seputar-indonesia.com, Jumat, 12 Oktober 2012

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler