Skip to Content

Komik Lontar Pikat Turis Mancanegara

Foto ombi

Karya sastra berupa komik yang ditulis dalam lembaran daun lontar buah tangan seniman di Kabupaten Karangasem,  Bali bagian tumur,  tercatat banyak disukai wisatawan mancanegara untuk dijadikan cendera mata yang unik dan bernuansa purbakala.

I Gede Kasturi, pemandu wisata yang kerap mengantarkan turis ke Kabupaten Karangasem,  ketika ditemui di Amlapura,  Senin (9/5), mengatakan,  cukup banyak wisatawan asing yang sengaja datang untuk membeli komik lontar di lokasi pembuatnya di Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen.

Komik dengan ketebalan halaman bervariasi itu, antara lain menampilkan  tema pewayangan yang mengangkat cerita Ramayana atau

Mahabharata. Sebagaimana halnya komik, cerita pewayangan dalam lembaran daun lontar itupun dilengkapi dengan aneka gambar sebagai pendukung  kisah yang dipaparkan.

"Karya tersebut sungguh unik dan terkesan kuno, sehingga banyak diminati wisatawan untuk diboyong ke negaranya," kata Kasturi di sela-sela mendampingi turis asal Belanda.

Salah seorang perajin komik lontar yang cukup kenamaan,  adalah  Komang Sujana, yang selama ini  menetap di Banjar Sukahet, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen,  Kabupaten Karangasem.  Sehari-hari, pria ini  bergelut dengan komik lontar  yang diakuinya hasil belajar secara otodidak.

"Mulanya, saya tertarik pada komik lontar saat melihat-lihat  itu di sebuah 'art shop'. Menurut saya, kerajinan ini unik dan sangat khas menampilkan ke-Bali-an, karena gambar-gambarnya bertema tentang pewayangan. Tentang Ramayana dan Mahabharata," ujar pria berusia 40 tahunan itu. 
Setelah mencoba-coba, jelas Komang, akhirnya ia bisa mendapatkan hasil maksimal dalam membuat komik lontar. Untuk membuat komik lontar, bahan yang perlu disiapkan adalah buah kemiri yang sudah dihaluskan dan daun lontar yang masih segar.

Sedangkan alat-alat untuk membuat komik lontar adalah pisau silet atau cutter, panci untuk merebus daun lontar, kayu untuk tatakan, kayu pengepresan, 'pengrupak' atau pisau kecil dan paser, yakni jarum yang dipasang di ujung kayu. 

Selanjutnya,  daun lontar yang masih hijau dijemur selama 3-4 hari sampai kering. Kalau sudah kering, dihilangkan lidinya. Kemudian direbus selama  dua  jam dan dijemur kembali. Jika sudah benar-benar kering, dipotong sesuai ukuran, lalu  dipres  dengan kayu selama kurang lebih dua minggu. Setelah melalui proses pengepresan, maka daun siap untuk digambari sesuai tema yang diinginkan.

"Belakangan ini, agar lebih mememikat pembeli, sengaja cerita dan gambarnya dibuat lebih bervariasi. Tidak hanya berupa tokoh pewayangan, namun juga berwujud barong, bunga atau aneka satwa," ujar Komang.

Bila sudah menjadi komik lontar, maka kerajinan itu siap dijual , termasuk dipajang dalam beberapa kios di sejumlah  tempat wisata, terutama di Desa Tenganan, sebuah desa tradisional di Bali.

Untuk harga jual per satu komik tersebut  mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp350 ribu, atau bisa lebih mahal lagi jika motifnya rumit. "Peminatnya, dari dulu hingga sekarang tak pernah berubah. Selalu turis asing yang menggandrungi. Untuk tamu lokal kadang-kadang ada juga, tapi masih sedikit," ujar  Komang sembari menggoreskan pisau kecilnya di atas lembaran daun lontar. (Ant/OL-2) 


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler