Skip to Content

Konser Koin Sastra untuk PDS HB Jassin

Foto Hikmat
files/user/4/konser-koin-sastra-1.jpg
Konser Koin Sastra (Foto: detikHot)

Pemprov DKI Jakarta pimpinan Fauzi Bowo seakan disentil oleh para seniman yang peduli dengan PDS HB Jassin. Konser #koinsastra yang digelar Rabu (14/4/2011) malam berhasil mengumpulkan dana amal lebih dari Rp 62 juta.

Nilai tersebut di atas nilai dana pertahun untuk Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dari Pemprov DKI sebesar Rp 50 juta.

Konser yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat itu benar-benar meriah dengan para musisi, budayawan, sastrawan, bahkan sutradara film dan teater. Mereka mempunyai satu visi dan misi, mengumpulkan dana untuk perkembangan PDS HB Jassin hingga tercapai nilai Rp 15 miliar untuk dana abadi PDS HB Jassin.

Konser yang dibuat seadanya dan sederhana itu dibuka pukul 20.00 WIB. Ajib Rosidi sebagai ketua Yayasan PDS HB Jassin membuka konser dengan curhatan-curhatan soal kemalangan PDS HB Jassin.

Dalam pembukaan tersebut Ajib menuturkan soal tawaran pemerintah DKI  Jakarta. Pemprov DKI memberikan tawaran agar PDS HB Jassin dikelola oleh Pemprov DKI. Namun Ajib keberatan.

"Kami sudah tidak percaya dengan PNS, kalau diserahkan begitu saja, kami khawatir malah tidak bisa merawatnya," begitu kata Ajib malam itu disambut gemuruh tepuk tangan yang menandakan setuju dengan ucapannya.

Sinisme dan teguran untuk Pemprov DKI belum usai, kini sutradara Garin Nugroho memberikan sebuah pandangan soal kondisi Indonesia yang makin parah. Dengan diiringi lagu 'Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana', Garin mulai berpidato.

Intinya dari pidato Garin, pemerintah itu sudah kehilangan sebuah suku kata, 'cinta sederhana'. Ia ingin mengajak para politikus untuk menangis dan berduka atas keadaan PDS HB Jassin yang tak terurus.

"Kita suruh anggota DPR menangis di gedung DPR hingga airmatanya menetes melihat PDS HB Jassin," ungkapnya dengan bergelora.

Konser #koinsastra banyak menampilkan sastrawan atau penulis untuk membaca puisi. Di banding bernyanyi, puisi lebih laku di konser tersebut.

Sebut saja yang membaca puisi, Djenar Maesa Ayu, Josse Rizal Manua, Soimal Pancawati, dan masih banyak lagi. Rata-rata mereka membacakan dengan gaya dan karakter berbeda.

Namun di antara para pembaca puisi, ada penampilan yang nyentrik dan unik. Yaitu kolaborasi Dewa Budjana dan Dwiki Dharmawan dengan pesinden Soimah, Ayu Laksmi, Sura dan Sudjiwo Tedjo. Sudjiwo Tedjo menyebut kolaborasi ini dengan sebutan The Juancuk Big Band. Tentu pemberian nama itu membuat penonton tersenyum lebar.

Lagu pertama yang dibawakan mereka berjudul 'Karma'. Dalam lagu tersebut Sudjiwo Tedjo berpesan bahwa dirinya percaya dengan karma.

"Saya percaya orang yang membuat undang-undang porno. Kalau orang itu karena bukan benci porno, pasti akan kena. Karma itu ada di juancuk in the world," pria yang disebut sebagai dalang edan itu.

Sang dalang edan masih lanjut meski malam sudah larut. Kali ini Sujiwo memperlihatkan keahliannya bermain saksofon. Ternyata mahir juga lho. "Main saksofon yang penting gaya," katanya.

Masih berduet dengan Budjana dan Dwiki. Kali ini pembacaan puisi dramatis dengan diselingi penggugah hati nurani, budayawan Cok Sawitri beraksi. Cok membawakan puisi dengan berhati-hati.

Hal yang seru saat penampilan Cok dengan Ayu Laksmi yang muncul tiba-tiba dengan mengenakan pakaian serba putih. Ia juga tampil bersama pria berjoreng.

Selain itu, di atas panggung cok dan Ayu berceloteh dengan mengajak pengunjung Konser #sastra di BBJ.

Tiba-tiba saat Cok mengajak, ada anak kecil bernama Raka. Raka datang dengan memberikan celengan berbentuk kendi merah. Raka bercerita mengumpulkan uang receh di dalam kendi mungilnya sejak Desember 2010. Jelas hal itu menyentil Pemprov DKI  Jakarta.

Sindiran lain juga dilempar Piyu 'Padi'  yang bermain dua lagu di panggung #koinsastra. Katanya seharusnya tidak ada konser seperti itu. Karena semua kan sudah ada yang mengurusi, mengapa harus diadakan konser? Ke mana pemerintahnya?

Sementara itu, artis sekaligus anggota DPRD DKI  Jakarta menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian pengawasan kepada Pemprov DKI.

"DPRD telah lalai membiarkan PDS HB Jassin. Kami akan memperbaiki kinerja kami. Semoga bisa bermakna," ucap Wanda yang membawakan puisi berjudul 'Kembalikan Indonesia Padaku' karya Taufiq Ismail.

Malam semakin larut, penampilan Float dan Efek Rumah Kaca menjadikan konser menjadi klimaks. Sementara penonton sudah ada yang meninggalkan tempat duduk. Sampai malam, dana yang terkumpul menembus angka Rp 62 juta.

Namun penggalangan terus berjalan, dan angka akan terus berubah. Pihak #koinsastra siap menerima 'koin' Anda.


(ebi/ich)


Sumber: detikHot.com, Kamis, 14/04/2011 07:11 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler