Skip to Content

Mastodon dan Burung Kondor 39 Tahun Terpendam

Foto indra
files/user/762/mastodon-dan-burung-kondor_rektor-unpad_ken-zuraida.jpg
Rektor Unpad Ganjar Kurnia bersama istri Rendra Ken Zuraida saat jumpa pers pementasan 'Mastodon dan Burung Kondor', Jumat (6/1) (foto: CJ-Dwi/reportase.com)

"Bandung adalah ibu dari Naskah Burung Kondor dan Mastodon karya W.S. Rendra. Sebab di kota inilah, naskah tersebut dipentaskan Rendra kepada mahasiswa ITB tahun 1973," ungkap Ken Zuraida yang juga istri panyair alm. W.S. Rendra, dalam jumpa pers pementasan teater "Mastodon dan Burung Kondor" di Gedung Rektorat Unpad, Jln. Dipati Ukur Bandung, Jumat (6/1).

Rencananya pementasan teater ini akan digelar di Graha Sanusi Hardjadinata (Aula Unpad), Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, 12 - 13 Januari. Pementasan ini disutradarai Ken Zuraida sendiri, sedangkan produser Rektor Unpad Ganjar Kurnia dan Erik Satrya Wardhana (produser eksekutif) serta lainnya.

Sejak pementasan tahun 1973 hingga kini, naskah Mastodon dan Burung Kondor ini belum dipergelarkan kembali. "Kalau dihitung sudah 39 tahun naskah ini dipendam pemerintah dan tersimpan di perpustakaan Rendra. Kini kami menyapa kembali Bandung dengan Mastodon dan Burung Kondor karya W.S. Rendra," ungkap Ken.

Sebelum dipentaskan di Bandung, Mastodon dan Burung Kondor ini dipentaskan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 10-14 Agustus 2011. Alasan dipentaskan di Bandung, selain sebagai kota ibu dari naskah ini, lanjutnya, juga ada ajakan dari Rektor Unpad Ganjar Kurnia. Walaupun dalam proses pengerjaannya ada kesulitan dalam menentukan pemeran yang sering gonta-ganti pemain.

"Kesulitan lainnya, dramaturgi naskah ini tidak umum dan berbeda dengan dramaturgi naskah lain. Banyak memakan waktu dan hilang ide. Jika demikian saya harus jongkok melihat ikan dan terkadang berlari-lari kecil. Contoh untuk menggarap adegan tidak dilakukan berurutan," paparnya.

Sedangkan yang membedakan pementasan dengan tahun 1973, menurut Ken, adalah dari tata musik. Kali ini melibatkan Lawe Samagaha yang menggunakan alat musik Sunda, sehingga pementasan musiknya lebih beragam. Dulu, Rendra hanya menggunakan gitar dan senar drum sehingga musiknya kurang ramai.

"Pementasan kali ini melibatkan 8 musisi serta sejumlah lagu akan dimainkan seperti lagu Tanah Merah, Hymne Burung Kondor, Kuda Putih, yang digarap Lawe menggunakan musik Sunda sehingga lebih kompleks. Selain itu melibatkan para anak jalanan yang diambil dari anak-anak stasiun Bogor dan Depok," tambahnya.

Pementasan naskah Mastodon dan Burung Kondor, ungkap Ken, didasari janji dirinya yang ingin mementaskan karya-karya W.S. Rendra. Ken mengaku masih ingat pesan W.S. Rendra sebelum meninggal, karya-karyanya berupa tulisan tetap akan terbit, tapi kalau karya panggung, dirinya tidak bisa apa-apa.

"Atas dasar itulah, saya melakukan roadshow ke 22 kota di Indonesia untuk mementaskan karya-karya W.S. Rendra, yang diawali dengan naskah kecil, yakni Sekda," ujarnya.

Sedangkan naskah Mastodon dan Burung Kondor saat ditemukan tersimpan di perpustakaan Rendra selama 38 tahun dengan kondisi tidak beraturan karena ditulis tangan. Kemudian mendapat naskah yang tersusun dari yayasan lontar.

"Untuk mewujudkan keinginan WS Renda, saya melamar Amir Husein orang yang menerbitkan karya Rendra. Akhirnya saya bisa mementaskan naskah Mastodon dan Burung Kondor yang tertidur 39 tahun," terangnya.


klik-galamedia.com, Sabtu, 7 Januari 2012

Foto: reportase.com & antarafoto.com

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler