Skip to Content

MENUJU HARI KEBUDAYAAN NUSANTARA

Foto SIHALOHOLISTICK

(Catatan: Soni Farid Maulana)

DALAM perkembangan dan pertumbuhan teater Indonesia modern, Rendra adalah tokoh penting di dalamnya. Pikiran-pikirannya tentang teater tidaknya tertuju pada apa yang tumbuh dan berkembang di Barat sana, tetapi juga pada apa yang tumbuh dan berkembang di Timur. Berkaitan dengan itu, Rendra dikenal pula sebagai intelektual yang senantiasa mempertimbangan nilai-nilai tradisi sebagai sumber penciptaan baru dalam berproses kreatif, baik ketika menulis naskah drama, puisi, maupun cerita pendek.
“Kita sering terpukau oleh Barat, padahal apa yang dirumuskan oleh Barat dalam berkesenian ada di Timur. Misal apa yang dirumuskan oleh Antonin Arthaud bisa kita lihat jejaknya antara lain dalam teater tradisional di Bali. Demikian juga soal hukum, seakan akan bangsa kita tidak pernah mengenal Hak Azasi Manusia. Nenek moyang kita dalam banyak buku sejarah ada yang sudah merumuskan hal itu, Jadi Barat bukan segalanya,” ujar Rendra dalam sebuah kesempatan di Bandung.

Dan kini, Rendra telah tiada. Ia telah dipanggil Allah SWT menghadapNya. Berkait dengan apa yang telah dikerjakan Rendra selama ini dalam membangun kebudayaan di negeri yang kita cintai ini, sejumlah seniman Bandung dan seniman-seniman lainnya dari berbagai pelosok Indonesia akan menyelenggarakan acara Bandung Mengenang Rendra, dengan menggelar acara seminar, pameran lukisan, pemutaran film, dan pertunjukan teater.

Teaterawan Putu Wijaya menyambut baik digelarnya acara ini. Menurutnya, ini merupakan sebuah penghormatan yang wajar, mengingat apa yang dilakukan Rendra selama ini banyak sudah manfaatnya bisa kita rasakan.

“Kita kehilangan besar dengan meninggalnya Rendra. Pikiran-pikirannya yang mengejutkan itu membuat kita sadar akan kekayaan kita, misalnya ia mengatakan bahwa Kebudayaan Jawa itu adalah kasur tua yang sudah lapuk. Ketika Rendra bicara itu banyak orang yang marah, tapi ada juga yang mendukung. Di tengah-tengah itu semua, lahir kebudayaan baru dan karya seni baru yang menengok tradisi sebagai batu pijakan,” ujar Putu Wijaya, dalam sebuah seminar teater di STSI Bandung, baru-baru ini.

Secara terpisah pelukis Jeihan Sukmantoro menyambut baik diselenggarakannya acara Bandung Mengenang Rendra. Menurutnya Rendra adalah orang yang membuat orang terpancing untuk berpikir. “Gerakan Kaum Urakan yang digelar rendra pada awal tahun 1970-an di Parangtritis Yogyakarta, melahirkan Gerakan Puisi mBeling di Bandung. Rendra adalah sumber inspirasi yang mengejutkan pada zamannya,” jelas Jeihan.

**

BERKAIT dengan acara Bandung Mengenang Rendra, Herry Dim, salah seorang panitia acara tersebut mengatakan, “Acara yang kami gelar ini sepenuhnya untuk menghormati almarhum Rendra, yang hingga kini pikiran-pikirannya layak kita kaji,” ujar perupa Herry Dim.

Acara seminar yang digelar antara lain akan membahas tema “ Hukum Adat dalam Perspektif Kebangsaan: Pemikiran Rendra tentang Peran dan Hak Adat” yang akan berlangsung pada Rabu, 28 Oktober 2009, Pukul 10.00 WIB- Selesai, di Gedung Indonesia Menggugat – Jl. Perintis Kemerdekaan 5 Bandung dengan pembicara Jimly Asshidiqie, Ajip Rosidi, Eep Saepullah Fatah, Taufik Rahzen, Abdon Nababan, dan moderator Aat Soeratin.

“Pada tanggal itu pula di Gedung Indonesia Menggugat digelar pameran seni rupa dengan tajuk “Nyanyian Angsa” karya Hanafi, yang akan berlangsung hingga 15 November. Dalam acara pembukaan pameran yang berlangsung pada pukul 19.30 WIB itu, akan digelar juga acara kesenian dari Komunitas Nah, pertunjukan dari Hikmat Gumelar,” jelas Herry Dim.

Masih mengenai pameran, perupa Bandung mengenang Rendra akan pula menggelar pameran seni rupa dengan tajuk “Megatruh Kambuh” pada 30 Oktober – 15 November 2009 di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Jln. Naripan No. 7-9 Bandung. Para perupa yang akan memamerkan karya-karyanya itu adalah Diyato, Tisna Sanjaya, Isa Perkasa, Dede Wahyudin, Agus Zimo, Deden Sambas,Irman A. Rahman, Ponchang, Adia Nadiaraksa, Hendrikus, Herry Dim, Arman Jamparing, Rahmat Jabaril, Suaibun Ilyas, danRosid.

Selain itu, Herry Dim juga menegaskan, bahwa dalam konteks sastra dan teater, pihak panitia bekerjasama dengan HU Pikiran Rakyat pada 31 Oktober 2009 mulai pukul 10.00 WIB hingga selesai akan menggelar acara diskusi “Sastra & Teater Rendra: Perjuangan Adalah Pelaksanaan Kata-Kata” dengan pembicara I Bambang Sugiharto, Afrizal Malna, Radhar Panca Dahana, yang akan dimoderatori oleh Hawe Setiawan. Acara tersebut akan berlangsung di Aula Redaksi HU. Pikiran Rakyat – Jl. Soekarno Hatta 148 Bandung.

Sementara itu Tompel Witono mengatakan, Rendra aktif pula dalam dunia film. Berkaitan dengan aktivitas Rendra semacam itu pihak panitia akan menggelar acara diskusi “Budayawan di tengah Arus Zaman” dan pemutaran film “Kantata Takwa” yang akan berlangsung pada 2 November 2009 bertempat di Gd. Bale Rumawat Universitas Pandajajran (UNPAD) – Jl. Dipati Ukur 35 Bandung. Adapun yang akan bertindak sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Ganjar Kurnia, Aciel Djayakusumah, Yesmil Anwar, Miranda Risang Ayu dengan moderator Ahda Imran.

Film yang sama akan pula digelar dalam acara diskusi “Film Musikal Sebagai Medium Penyadaran” pada* Rabu, 4 November 2009 bertempat di Teater Dewi Asri STSI, Jln. Buah Batu No. 212 Bandung, dengan pembicara Remy Sylado, Jacob Sumardjo, Eros Djarot, yang akan dimoderatori oleh Benny Johannes.
“Film yang sama akan pula diputar dalam acara diskusi “Filsafat Kebudayaan di Dalam Pikir & Laku: Melihat Peranan Rendra Dalam Menjaga Suluh Peradaban” pada Kamis, 5 November 2009 Gedung Serba Guna – Univ. Katolik Parahyangan (UNPAR) – Jl. Cimbuleuit Bdg. Acara diskusi tersebut akan menghadirkan pembicara KH. Mustofa Bisri, Romo Benny Susetyo, Goenawan Mohammad dengan moderator Agus R. Sarjono.

Acara puncak dari mengenang Rendra ini sebagaimana dikatakan Ipong Witono akan ditandai dengan acara deklarasi “Hari Kebudayaan Nusantara dan Malam Bandung Mengenang Rendra” pada Sabtu, 7 November 2009, pukul 16.00 WIB. Pembacaan deklarasi akan dilakukan oleh Boni Sigrid Minerva Avibus, dan acara mengenang Rendra itu sendiri akan menampilkan Iman Soleh, Ahmad Subhanuddin Alwy, Godi Suwarna, Soni Farid Maulana, Slamet Rahadjo, Dede Yusuf, Wawan Sofwan, Jose Rizal Manua, Putu Wijaya, Malhamang Zamzam, Rieke Dyah Pitaloka, Happy Salma, Rachel Maryam, Cornellia Agatha, Jajang C. Noer, Amien Kamil.. Acara ini akan digelar di Ruang Sidang Gedung Indonesia Menggugat -Jl. Perintis Kemerdekaan 5 Bdg.

“Dua acara lainnya adalah konser musik “Kantata Untuk Rendra” pada Senin, 9 November 2009, di Bumi Sangkuriang, Jln. Kiputih – Ciumbuleuit Bandung, mulai pukul 19.00 WIB – Selesai. Pengisi acara adala musikus Sawung Jabo, Totok Tewel, Harry Pochang, Rumah Musik Harry Roesli, Trie Utami, Oppie Andarista, Kelompok Topeng, Pidi Baiq, Ary Juliant, Ferry Curtis.

Acara lainnya adalah pertunjukan teater “Kisah Perjuangan Suku Naga” karya Rendra, pada Rabu – Minggu, 11 s.d 15 November 2009, mulai pukul Pukul. 19.30 WIB, di Teater Saung Angklung Udjo – Jl. Padasuka 118 Bandung 40192 . Acara ini disutradarai oleh Yusef Muldiyana.

**

ACARA “Bandung Mengenang Rendra” sebagaimana dikatakan pihak panitia, Aat Soeratin, terbuka untuk umum. Bagi yang berminat bisa datang tepat pada waktunya. “Moment yang sangat penting dari acara ini adalah deklarasi Hari Kebudayaan Nusantara yang akan dilakukan pada 7 November 2009. Acara ini menjadi penting bagi kita, karena di Nusantara tumbuh berbagai jenis kesenian serta nilai-nilai filosofis yang tidak kalah dengan Barat sana. Apa pun, kita harus memiliki Hari Kebudayaan, karena hari semacam ini tidak ada dalam sejarah kita dewasa ini,” jelas Aat Soeratin. (Soni Farid Maulana)

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler