Skip to Content

Merayakan Hari Teater Sedunia

Foto indra
files/user/762/hari-teater-2012-1.jpg
Aktor Mixi Imajimimetheatre Indonesia Wanggi Hoediyanto mempertunjukkan seni gerak Pantomim memperingati Hari Teater Sedunia di Alun-Alun Bandung, Jabar, Selasa (27/3). (Foto: Berani/ANT)

Bandung: Pertunjukan Seni Gerak Pantomim

Para seniman merayakan hari teater seduni setiap tanggal 27 Maret. Seniman di Bandung pun tidak ketinggalan merayakannya.  Aktor Mixi Imajimimetheatre Indonesia Wanggi Hoediyanto mempertunjukkan seni gerak Pantomim memperingati Hari Teater Sedunia di Alun-Alun Bandung, Jabar, Selasa (27/3).

Hari Teater Sedunia dicetuskan oleh International Teater Institute (ITI) pada tahun 1961. Hari khusus ini diperingati setiap tahun dengan membawa pesan khusus pada dunia internasional. Antara lain, penghargaan pada ragam kebudayaan, persoalan kemanusiaan dan sikap damai anti kekerasan melalui eskpresi seni, gerak, vokal, dan memori.

“Teater memiliki kekuatan untuk menggerakkan, memberi inspirasi, mengubah dan mendidik melalui cara-cara yang tidak dapat dilakukan ekspresi seni yang lain. Teater merefleksikan perbedaan budaya yang sangat luar biasa dan kemampuan manusia dalam berbagi, baik itu dalam kekuatan maupun dalam kelemahannya,” ujar Irina Bokova, Direktur Jendral UNESCO. (Berani Online)

 

Padang: Lelucon Sakit Hati dari Empat Kampus

Menyimak Indonesia hari ini, tak akan bisa lepas dari berbagai kompleksitas persoalan. Sebut saja, hilangnya semangat kebangsaan, goyahnya kursi kekuasaan, hingga persoalan korupsi. Gambaran untuk persoalan demikian tersaji dalam pementasan teater Lelucon Sakit Hati dari Ranah Teater disutradarai S Metron Masdison.

Dalam Lelucon Sakit Hati dipentaskan kemarin (27/3), diperlihatkan hilangnya semangat kebangsaan dalam sebuah adegan seorang pemain menyanyikan lagu Indonesia dalam empat versi. Yakni versi Jawa, Sunda, Minang, dan irama rap. Menariknya, lagu itu dinyanyikan di kamar mandi sembari mencuci pakaian.

Adegan tersebut seolah ingin mengatakan, Indonesia Raya bukanlah sembarang lagu. Sebagai lagu kebangsaan, Indonesia Raya, penyemangat dari bersatunya berbagai suku bangsa yang ada di tanah air ini.

Dalam adegan melagukan Indonesia Raya di kamar mandi, para seniman di Ranah Teater ingin menyampaikan lagu tersebut sudah tidak sakral lagi. Lagu itu, kini dinyanyikan orang di sembarangan tempat. Tidak seperti dulu, hanya dinyanyikan pada waktu-waktu dan tempat tertuntu saja.

Apakah ini berarti, Indonesia tidak lagi dihargai oleh masyarakatnya sendiri? Seandainya disimak beberapa adegan sebelumnya, maka adegan menyanyikan Indonesia Raya di dalam kamar mandi, sepertinya menjadi penegasan, Indonesia tidak lagi dihargai oleh masyarakatnya sendiri.

Misalnya pada adegan membuat rumah gadang. Adegan ini menyimbolkan betapa rakusnya seseorang. Sudah dapat dua kamar, maunya sembilan. Dapat sembilan kamar, maunya bisa dapat kebun. Sudah dapat kebun ingin pulau, dan seterusnya, seperti tak mau kenyang-kenyang hingga pingsan.

Untuk mendapatkan itu, hanya dengan suara teriakan semakin lama semakin keras. Adegan itu, ingin menyampaikan di negeri ini, kalau ingin mendapatkan sesuatu haruslah berteriak dan mengkritik dengan keras serta lantang.

Kemudian, ada juga adegan menggergaji kursi yang selalu goyang kiri dan kanan, serta depan dan belakang saat diduduki. Ini simbol bahwa penguasa di negeri ini tidak akan pernah tenang. Kalau mau tenang, kursi harus dibagi-bagi.

Dalam Lelucon Sakit Hati juga disinggung persoalan kembali ke nagari. Kali ini, simbolnya sebuah jenjang yang dikatakan untuk kembali ke nagari. Jenjang tersebut di curi. Pencurinya diteriaki orang yang tidak tahu diadat.

Selanjutnya, dalam adegannya, si pencuri memotong-motong dan menjadikannya untuk kayu bakar. Di sini, agaknya S Metron ingin menyindir kembali ke nagari hanyalah slogan yang tak diikuti dengan perbuatan. Sebab itu, kalau hanya slogan dan simbol, lebih baik dibakar dan biarkan saja jadi abu.

Tapi dari semua itu, satu hal yang menarik dari pementasan tersebut. Yakni, dilakukan pada empat ruang publik secara bergiliran. Mulai dari pukul 10 pagi hingga pukul lima sore, pementasan itu dilakukan secara bergantian di empat tempat.

Pertama di taman Fakultas Ilmu Budaya Unand. Lalu teras gedung perkuliahan STKIP PGRI Padang. Kemudian halaman gedung serba guna IAIN Imam Bonjol Padang. Terakhir gedung teater tertutup FBS UNP.

Di UNP, naskah yang ditonton 400 mahasiswa UNP ini mendapat apresiasi. Dekan FBS M Zaim yang menonton dari awal sempat bertanya, kenapa adegannya seperti dipecah-pecah. “Pada nomor Mimpi Basah menggelitik,” komentarnya.

S Metron memberikan gambaran betapa menumpuknya problem Indonesia hari ini. “Jika ditumpuk dalam gedung teater ini, pasti luber sampai ke luar,” ujar redaktur Padang Ekspres ini.

Memang, hanya di UNP sempat terjadi tanya jawab. “Awalnya ranah (teater) mau tampil di luar. Saya memaksanya untuk tampil di dalam gedung, biar bisa diapresiasi mahasiswa saya,” ujar Pembantu Dekan III FBS Andre C Tamsin, pimpinan Komunitas Ku-Liek ini.

Naskah yang sesunggunya hanya dimainkan oleh satu orang, dimainkan beramai-ramai. Ternyata kemesan pementasan demikian menjadi pilihan S Metron memperingati Hari Teater Sedunia. “Hari ini (kemarin, red) hari teater sedunia. Hari teater dunia adalah hari “raya” bagi orang teater. Rugi rasanya kalau tidak ikut merayakannya, dan mengambil momentumnya,” sebut anggota Aliansi Jurnalis Independen ini.

Ke depan, dia berharap, seni teater tidak menjadi satu kesenian yang eksklusif. “Di masa depan teater hendaknya lebih banyak mentas di kantong-kantong publik. Di mana pun berada. Sehingga teater tidak berjarak dengan masyarakat dan berbagai persoalan yang ada di sekitarnya,” tukasnya.

 

Padangpanjang: 10 Pertunjukan Tetater

Perkumpulan komunitas teater Padangpanjang menggelar 10 pertunjukan tetater selama dua hari belakangan. Pertunjukan yang dihelat di empat titik tersebut digelar dalam memperingati hari teater sedunia, Selasa (27/3).

Ketua panitia, Enrico Alamo mengatakan, kegiatan tersebut upaya pengenalan seni dengan pola yang disebut menjemput penonton. “Kami tampil di ruang publik seperti pelataran parkir M Syafei, pertambangan kapur Bukit Tui, Pasar Sayur dan di depan deretan toko Jalan Imam Bonjol. Alhamdulillah, pertunjukan di berbagai tempat diserbu masyarakat,” sebut Enrico.

Hari puncak kemarin juga ditandai dengan arak-arakan kostum peran. Dimana setiap peserta diwajibkan untuk mengenakan kostum sesuai dengan naskah yang pernah di perankannya. Tentu saja, arak-arakan ini mendapat perhatian besar dari masyarakat.

Datuak Panghulu, 54, tokoh masyarakat mengaku awalnya terkejut. Keterkejutannya sangat beralasan, karena bertepatan dengan hangatnya isu gerakan demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Saya kira ini demo BBM, ternyata bukan. Jujur, saya sangat awam dengan apa yang disebut teater itu. Yang saya tahu, teater itu dimainkan di atas pentas saja, ternyata juga ada di depan publik seperti ini. Sangat menarik dan kami dapat mencerna fenomena sosial secara langsung melalui penampilan anak-anak ini,” ungkapnya.

Usai arak-arakan dan pertunjukan Si Tupai Janjang, serta pertunjukan Koruptor yang digelar di Gedung M Syafei, panitia mengadakan sarasehan yang dibuka Wawako Edwin. Hadir sejumlah aktifis teater, tokoh masyarakat dan juga guru kesenian menyimak paparan pengamat teater nasional Halim HD dan pengamat teater Sumbar, Yusrizal KW. (Padang Ekspres)


berani.co.id, Rabu, 28 Maret 2012 8:50 WIB

padangekspres.co.id, Rabu, 28 Maret 2012 12:36 WIB

padangekspres.co.id, Rabu, 28 Maret 2012 12:53 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler