Skip to Content

Pentas Teater 'Maling Kondang' Bicara Korupsi

Foto indra
files/user/762/maling-kondang-01.jpg
maling-kondang-01.jpg

Trio kreatif Butet Kertaradjasa, Djaduk Ferianto, dan Agus Noor menghadirkan lakon satir berjudul Maling Kondang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jum'at (12/10) malam. Malin Kundang, yang kemudian diparodikan menjadi 'Maling Kondang', bercerita mengenai keprihatinan terhadap korupsi di Indonesia. 'Malin Kondang' dikutuk jadi batu karena korupsi!

Pertunjukan yang disponsori oleh Djarum Apresiasi Budaya tersebut ini terinspirasi dari cerita rakyat dan kebudayaan Sumatera Barat. Pertunjukkan ini didukung oleh seniman-seniman ternama seperti Oppie Andaresta, Nirina Zubir, Iwel Sastra hingga pengamat komunikasi politik Effendi Gazali.

Pertunjukkan yang disutradarai oleh Yusril Katil tersebut ini terinpirasi dari kisah rakyat anak durhaka Malin Kundang. Malin Kundang, yang kemudian diparodikan menjadi Maling Kondang, yang bercerita mengenai keprihatinan bangsa terhadap tingkat korupsi di Indonesia. Pada pertunjukannya kali ini para tim kreatif Indonesia Kita yang memang dikenal piawai dalam memasukan isu sosial ke dalam karya kreatif mereka. Dengan uangnya yang melimpah ia hendak membangun kampung halamannya, mencalonkan diri menjadi pemimpin, dan ingin membangun monumen dirinya.

Banyak yang bangga dengan kesuksesan Malin, tetapi ibunya malah mempertanyakan asal muasal uang itu didapat. Inilah pertanyaan dasar yang retoris sekaligus menjadi titik pijak untuk mempertanyakan etika yang kini sudah langka. Ibu Malin menantang anaknya bersumpah, bila semua kekayaan itu didapat dari korupsi, ia akan mengutuknya menjadi batu.

Dari kisah itulah lakon diolah dan dikembangkan dengan meramu berbagai unsur dan bentuk seni yang berkembang di tanah Minang, mulai dari gerak ginyang maktaci, tapuak galembong, legaran randai, dendang dan silat Mak Katik, badendang dan saluang, sampai ke bentuk seni yang lebih kontemporer yakni Rap Minang. Pertunjukkan ini didukung oleh seniman-seniman ternama seperti Oppie Andaresta, Nirina Zubir, Iwel Sastra hingga pengamat komunikasi politik Effendi Gazali. Pertunjukkan ini yang penuh dengan parodi satir ini disambut hangat oleh penonton yang kebanyakan adalah orang Minang.


foto.detik.com, Sabtu, 13 Oktober 2012 06:40 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler