Skip to Content

PPI, Presiden Penyair Indonesia Bersama Penyair Perempuan Indonesia Pulang Kampung ke Garut

Foto Iyus Yusandi

Sabtu, 7 Maret 2020 Padepokan Sobarnas Martawijaya di Desa Langensari Tarogong Kaler kabupaten Garut dihuni sejumlah penyair Indonesia.

Apa yang diakukan PPI?

Presiden Penyair Indonesia, dalam kegiatan ini mengajak menggali tradisi untuk melahirkan puisi. Hal ini sejalan dengan gagasan PPI, Penyair Perempuan Indonesia dalam rangka pulang ke kampung.

Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calsum Bachri mengatakan 'Penyair menulis bukan di atas kertas kosong, bukan dari sesuatu yang kosong, tapi sudah ada yang mau ditulis, yakni alam. Membaca alam, menyelami lalu menulisnya. Membaca dan mempelejarai tradisi lalu menulisnya. Ini yang dilakukan oleh PPI, tunak dengan tradisi sangat luar biasa. Teruskan dan harus fokus. Kegiatan ini juga sebagai upaya merawat tradisi. Dalam hal menulis inilah diperlukan kreatifitas tinggi agar yang ditulis betul-betul sampai kepada isi.''

Kunni Masrohanti, yang Ketua Penyair Perempuan Indonesia mengatakan bahwa ''Karena anggota PPI tersebar di banyak provinsi di Indonesia, tentu perlu kajian yang dalam untuk mengetahui salah satu tradisi yang ada di suatu daerah. Pulang ke kampung tradisi, artinya, pulang ke banyak kampung yang semua kampung adalah kampung kami, kampung Indonesia. Dari hasil kunjungan, dilakukan kajian sebagai bahan tulisan untuk menulis puisi. Nanti puisinya kita terbitkan dalam antologi bersama.''

Dijelaskan Kunni lebih lanjut, Pulang ke Kampung Tradisi sebagai upaya menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman batin bagi seorang penyair sebelum menciptakan karya puisi. Maka, selain mengunjungi kampung tradisi, juga diadakan diskusi atau bincang sastra, puisi dan tradisi.

Di Pedepokan Sobarnas Martawijaya hadir pula kang Acep Zamzam Noor, seorang sastrawan Indonesia (60 tahun) asal Cipasung Tasikmalaya. Acep Zamzam Noor menjelaskan, bahwa menulis tradisi menjadi puisi atau membuat puisi dengan akar tradisi memang perlu pendalaman khusus. ''Tidak mudah juga menulis tradisi menjadi puisi. Ada pembelajaran batin yang harus menyertai. Menguasai tradisi apa yang mau ditulis sehingga tidak kosong dan pesan yang hendak disampaikan betul-betul terwujud. Hal luar biasa apa yang dilakukan PPI dengan fokus pada tradisi.''

Selain Sutardji, Acep, Kunni, sebelumnya juga hadir David Darmawan perwakilan Himpunan Sastrawan Dramawan (Hisdraga). Pada kesempatan yang sama mewakili Ketua Hisdraga, Fachroe S. Jaladri  menjelaskan tentang Hisdaraga dengan berbagai kegiatannya. Diskusi tersebut dipandu oleh Inda Nugraha dari Hisdraga.

Hal senada juga disampaikan Deri Hudaya, penyair dan Dosen UNIGA yang juga pengarang puisi Sunda serta menerjemahkan karya Sunda ke dalam Bahasa Indonesia.
''Ya, bicara perempuan memang bicara tradisi, begitu juga sebaliknya. Tapi soal karya harus dari tradisi, tidak bisa dipaksakan.''

Pulang ke kampung tradisi upaya sebagai upaya merawart tradisi bersama Sutardji Calsum Bachri dan Penyair Perempuan Indonesia, Acep Zamzam Noor dan Deri Hudaya berbicara tentang puisi dan tradisi. Kegiatan yang dilaksanakan di Pedepokan Sobarnas Martawijaya, Desa Langensari Tarogong Kaler Garut merupakan rangkaian pulang ke kampung tradisi yang digagas Penyair Perempuan Indonesia selama dua hari, 7-8 Maret 2020.

      Ratusan peserta dari mahasiswa, komunitas, guru dan umum mengikuti diskusi dengan sangat antusias. Apalagi diwarnai dengan pembacaan puisi oleh Sutardji yang menggelegar, musikaliasai puisi oleh Posstheatron dan nyanyi puisi dengan ukulele oleh Teh Uke, serta pembacaan puisi oleh beberapa peserta lainnya.

Di antara sejumlah anggota Penyair Perempuan Indonesia, ada seorang dari Cintawana Tasikmalaya.

Dede Rostiana SP.d  MPd. namanya. Dede Rostiana lahir  di Tasikmalaya pada tanggal 16 Pebruari 1972. Pengajar Bahasa Inggris di SMP Pesantren Cintawana.  Peserta program  Training teachers Adelaide-South Australia sebagai perwakilan Tasikmalaya – Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan 2015. Dede Rostiana seorang pembimbing dalam workshop kepenulisan Haikuku, Pangandaran tahun 2018.

Penulis selain aktif di Komunitas Media sosial juga  aktif menulis dan tulisannya termuat  di surat kabar  dan majalah yaitu Pikiran Rakyat, Galamedia, Pos Bali, Kabar Priangan, Siap Belajar, Tabloid Rengganis,   Majalah Mangle, Majalah Guneman dan  Majalah Sunda Midang. Tergabung dalam :  47 Buku  Antologi Bersama  baik  berupa Puisi, Cerpen, Cernak, Fiksimini dan artikel. Tiga Buku Tunggal yaitu Antologi Puisi : Merindu Bulan (Media Guru 2017), Sunrise di Matamu (SituSeni 2017), Carpon Berbahasa Sunda : Tatu (SituSeni 2019)  

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler