Skip to Content

Ratusan Penyair Indonesia dan Asean Hadiri Perayaan Hari Puisi di Riau

Foto indra
files/user/762/hari-puisi-indonesia-2018.jpg
Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri dan rombongan peserta perayaan hari puisi di Riau saat tiba di Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan.

Tahun ini, perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Riau kembali dirayakan dan ditukangi oleh Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) yang dinakhodai penyair perempuan Riau, Kunni Masrohanti, 3-5 Agustus. Kali ini difokuskan di Pekanbaru dan Kampar Kiri, setelah tahun lalu difokuskan di Pekanbaru dan Siak.

Setiap tahun, sejak hari puisi dideklarasikan, Kunni menggagas dan menggawangi kegiatan ini. Awalnya hanya dirayakan bersama teman-teman sesama komunitas. Kemudian bersama penyair-penyair Riau, dan sejak tiga tahun terakhir dirayakan bersama penyair dari berbagai provinsi di Indonesia bahkan Asean.

Tanpa lelah Kunni mengajak seluruh penyair untuk bersama-sama merayakan hari puisi tersebut. Ia undang penyair-penyair Indonesia dan Asean untuk menulis puisi yang kemudian dibukukan dalam kumpulan puisi bersama berjudul Kunanti di Kampar Kiri. Ia gelar diskusi tentang sastra dan puisi serta membawa penyair tersebut bertamasya batin ke daerah tempat lokasi acara agar penyair tersebut lebih terinspirasi, katanya. Tidak kurang dari 134 penyair berkumpul di Riau.

Setiap tahun tema yang diusung juga selalu berbeda. Tahun 2016, Puisi Adalah Kita. Tahun 2017, Puisi Jalan Mencipta Sejarah dan tahun ini dengan tema Puisi Jalan Merawat Tradisi.

Perayaan hari puisi ini, kata Kunni, sebagai salah satu cara memperkenalkan puisi dan sastra kepada masyarakat dan mengekalkan rasa cinta puisi di dalam hati para penyair. Selain itu Riau memang memiliki pengaruh besar bagi kesusasteraan di Indonesia.

Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini, merupakan Bahasa Melayu Riau, dari Riau. Hari Puisi, dideklarasikan di Riau. Penggagasnya juga orang Riau. Begitu juga dengan presiden penyair Indonesia, Sutardji, juga orang Riau. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperkenalkan sastra kepada masyarakat Riau, terutama puisi. Kata Sutardji, Bangsa Indonesia dilahirkan oleh puisi yang bernama Sumpah Pemuda,'' jelas Kunni.

Pengumpulan karya puisi oleh penyair dimulai sejak tahun lalu ketika hari puisi dipusatkan di Kabupaten Siak, tanah kelahiran Kunni. Dan Kota Pekanbaru tempat Kunni berdomisili saat ini. Puisi yang ditulis sesuai dengan tema dan lokasi tempat pelaksanaan kegiatan. Tahun ini juga begitu.

Puisi yang ditulis para penyair juga harus sesuai dengan tema dan tentang lokasi yang menjadi tujuan pelaksanaan kegiatan, yakni Kampar Kiri. Tidak semua puisi yang dikirim penyair bisa dibukukan. Ada proses kurasi yang ketat dengan melibatkan kurator nasional, yakni, Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), Iyut Fitra (Sumbar) dan Fakhrunnas MA Jabbar (Riau). Ratusan puisi dan puluhan penyair gugur. Lalu, mereka yang lolos kurasi diundang untuk hadir dengan fasilitas gratis selama di Riau serta diprioritaskan untuk mendapatkan buku secara cuma-cuma.

Para penyair tentu tidak tahu tentang Kampar Kiri, Gunung Sahilan dan Rimbang Baling yang menjadi kunci penulisan puisi tersebut, karena mereka belum pernah ke sana. Mereka menulis puisi dengan berlayar di dunia maya, mempelajari semua tempat sumber tradisi itu dan menuliskan dalam puisi. Sesampainya di Riau, para penyair ini dibawa langsung ke tempat tersebut untuk melihat dan merasakan kekayaan tradisi yang telah mereka rawat melalui puisi tersebut.

Selain penyair-penyair dari Indonesia seperti Aceh, Sumbar, Sumut, Jakarta, Bali, Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain sebagainya, termasuk penyair Asean, perayaan hari puisi tahun ini juga banyak dihadiri komunitas dari berbagai kabupaten/kota di Riau, khususnya daerah yang sebelumnya telah disinggahi program Kenduri Puisi yang dilaksanakan dua bulan sekali oleh Rumah Sunting. Tentu, tak ketinggalan penyair-penyair besar yang ada di Riau. Sedangkan penyair yang turut mengirmkan puisi, lengkap, dari Sabang sampai Merauke semua ada.

''Karena tema kita tahun ini Puisi Jalan Merawat Tradisi, sejak awal kami menjalin komunikasi aktif dengan Lembaga Adat Melalui Riau. Beberapa kali bertemu Ketua MKA LAM Riau, Datuk Al Azhar, meminta arahan dan saran. Begitu juga dengan penyair-penyair yang lebih senior di atas kami seperti Fakhrunnas, Aris Abeba Imam Panggung Tok Tan, Taufik Ikram Jamil dan banyak membantu kami, serta penyair lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu. Dukungan dan saran mereka sangat berarti. Terkhusus kepada penggagas HPI, Rida K Liamsi yang selalu menyemengati. Dengan Raja Kerajaan Rantau Kampar Kiri, H T Muhammad Nizar juga bertemu berkali-kali untuk membicarakan HPI, termasuk dengan camat. Jadi, kami tidak berjalan sendiri,'' kata Kunni lagi.

Rangkaian kegiatan dimulai denga menggelar diskusi di Perpustakaan Soeman HS dengan menghadirkan pembicara Presiden Penyair Indoenesia Sutardji Calzoum Bachri, Frea Hearty dari Jakarta, Prof Dr Phaosan Jehwae dari Thailand, Taufik Ikram Jamil dari Riau dengan moderator Jefry al Malay dari Riau. Dilanjutkan dengan pertemuan singkat dengan pengurus LAM Riau dan Wali kota di rumah kediamannya.

Hari kedua dilanjutkan dengan jelajah puisi ke Kampar Kiri. Diawali dengan kunjungan tardisi dan budaya ke Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan, Wisata Puisi ke Desa Padang Sawah dan susur Sungai Subayang serta bermalam di Rimbang Baling, tepatnya Desa Tanjung Belit. Raja Adat dan Raja Ibadat Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan, H T Muhammad Nizar, menyambut kedatangan para penyair ke Rantau Kampar Kiri ini dengan penuh semangat. Bahkan disambut dengan gendang oguong dan silat tradisi serta makan bersama di dalam istana. Begitu juga dengan seganap datuk dan ninik mamak di Desa Lipatkain yang menjamu makan siang bersama, Ahad 5 Agustus.

''Tentu kami sangat bangga karena panitia memilih Kampar Kiri sebagai destinasi jelajah budaya dan tradaisi sempena perayaan Hari Puisi ini. Ini kegiatan besar dan langka. Kami juga ingin memperkenalkan bahwa di tempat kami adat, budaya dan tradisi masih terawat dengan baik. Masih ada istana dan peninggalan benda-benda bersejarah. Ditambah lagi para sastrawan menulis karya puisi tentang Kampar Kiri. Kami sangat tersanjung. Makanya, tidak ada alasan kami untuk menolak dan tentu kami ingin menjadi tuan rumah yang baik, menyambut dengan baik semampu kami,'' kata Raja Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H T Muhammad Nizar.

Selain melibatkan penyair di Riau, Rumah Sunting juga menggandeng pihak lain. Tidak hanya pemerintah seperti Wali Kota Pekanbaru, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas Periwisata Ekonomi Kreatif (Disparekraf), LAM Riau, tapi juga pihak swasta seperti Walhi Riau, WWF Indonesia, TNTN, Riau Pos sebagai media patner dan juga Raja Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan bersama kholifah dan ninik mamak. Dari tangan para donatur ini, didapat fasilitas yang sangat mendukung terlaksananya HPI di Riau. Beberapa perusahaan seperti APRIL dan PT BSP juga turut terlibat. Sedangkan dalam pelaksanaannya, Rumah Sunting menggandeng komunitas lain seperti Forum Literasi Remaja (FLR) Riau, Latah Tuah, Musikalisasi Gendul, Panggung Tok Tan, Papala Padang Sawah Kampar Kiri, Bengkel Seni Kampar Kiri dan beberapa lainnya.

''Persoalan tradisi dan budaya merupakan tanggungjawab bersama untuk merawatnya. Jadi, tidak ada alasan bagi pihak swasta, apalagi pemerintah untuk tidak mendukung, apapun itu bentuknya. Tapi mungkin karena kami ini hanya komunitas, jadi banyak yang tidak tertarik. Kalaupun membantu, hanya sekedarnya, jauh dari kebutuhan yang ada. Bahkan pihak yang awalnya hendak menyetakkan buku puisi hasil perjalanan Kenduri Puisi, mengundurkan diri. Lalu, apakah kemudian kami akan menyerah? Tidak. Kami tetap berjalan. Kami berharap kelak akan ada yang mengambil alih untuk kegiatan sebesar ini, tapi tetap melibatkan kami sebagai tukang yang merintis sejak awal,'' harap Kunni.

Cara penyair memperkenalkan kekayaan daerah baik alam, adat, budaya dan tradisi melalui karya puisi bersama ini memang sedang banyak dilakukan penyair di seluruh Indodnesia di berbagai provinsi. Belum lama ini, penyair Bengkulu juga menerbitkan buku puisi berlatar belakang sejarah perjuangan Soekarno. Begitu juga dengan penyair Padang Panjang melalui kumpulan buku puisi dengan judul Epitaf Kota Hujan, Bayuwangi dengan kumpulan puisi Senyuman Lembah Ijen dan masih banyak lainnya.

Ketua Yayasan Hari Puisi Indonesia, Maman S Mahayana, menyebutkan, perayaan HPI di Indoensia semakin tahun semakin meriah. Tahun lalu, lebih dari 80 kabupaten/kota di seluruh provinsi melaksanaan perayaan HPI, termasuk Riau. Mayoritas oleh komunitas dan penyair asal daerah masing-masing.

''Kunni dan Rumah Suntingnya selalu menjadi inspirasi bagi kawan-kawan penyair di daerah lain di Indoensia. Ia selalu aktif dalam grup-grup sastra yang ada. Selalu menebarkan virus semangat dan daya juangnya yang tinggi. Kreatif. Selalu ada ide baru dalam sastra terutama puisi. Seluruh penyair di indoenesia dan Yayasan HPI sedang berjuang agar pemerintah Indonesia menjadikan HPI sebagai salah satu hari besar di Indonesia yang diperingati seluruh warga Indonesia, bukan hanya penyair saja. Dan ini perlu pejuang-pejuang kesusasteraan yang tangguh salah satunya seperti Kunni dan pasukan Rumah Suntingnya itu,'' kata Maman.


goriau.com, Kamis, 09 Agustus 2018 12:07 WIB

Komentar

Foto Dokter Gigi

Selamat dan semoga acaranya

Selamat dan semoga acaranya sukses terus.

Salam
dokter gigi

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler