Skip to Content

Sastra On the Street, cara mudah FLP Yogya kenalkan penulisan sastra

Foto ombi
files/user/6/Bagi-peserta-kegiatan-Sastra-On-the-Street-ini-mengasyikan-dan-lucu-karena-bisa-mendapatkan-banyak-ide-dari-lingkungan-yang-ada.JPG
Bagi-peserta-kegiatan-Sastra-On-the-Street-ini-mengasyikan-dan-lucu-karena-bisa-mendapatkan-banyak-ide-dari-lingkungan-yang-ada.JPG

Sastra On the Street, kegiatan pengenalan penulisan sastra yang dilakukan Forum Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta sebagai bagian dari kegiatan Pekan Literasi Yogyakarta berlangsung Minggu(23/8) di sekitar Taman Pintar Yogyakarta. Sedianya Sastra On the Street akan dilaksanakan di sekitar Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949 namun mengingat beberapa pertimbangakn situasi dan kondisi di sekitar monumen maka kegiatan di pindah ke Taman Pintar.

 

Menurut Koodinator Pekan Literasi Yogyakarta, Ika Retno Wulandari kegiatan Sastra On the Street ini diikuti 13 peserta terdiri dari 6 peserta putri dan 7 putra anggota FLP Yogyakarta dengan mengambil tema Sudut Kemanusiaan Yogyakarta.Tema ini diambil sebagai usaha memperkenalkan aktifitas penulisan sastra lebih dekat dengan alam selain juga untuk lebih memperkenalkan penulisan sastra sebagai kegiatan menulis yang mudah tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang.

“Konsepnya dengan mengajak peserta mengeluarkan ide atau gagasan sederhana yang bisa dilihat melalui observasi lingkungan Taman Pintar,” kata muslimah yang biasa dipanggil Iwul ini.

 

Ketua Forum Lingkar Pena Yogyakarta Prima Agung Saputra menambahkan kegiatan Sastra On the Street ini dilakukan untuk mengisi rasa syukur atas Milad FLP Yogyakarta kesembilan. Dalam kegiatan Sastra On the Street ini, peserta diminta untuk membuat penulisan cerita non fiksi dengan berdasarkan data yang ada di lapangan dan tidak bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan agama.

 

Penilaian terhadap peserta dilakukan terhadap  beberapa hal seperti keunikan atau orisinalitas ide, gaya bahasa termasuk pemilihan kata, alur (logika0 yang digunakan serta kesesuaian isi tulisan dengan tema.

“Peserta ditarget untuk bisa menulis minimal 2 lembar folio dan maksimal 6 lembar folio,” kata Iwul.

 

Salah seorang peserta Sastra On the Street ini, Fajar Fatma Sari mengatakan dirinya mengikuti kegiatan ini untuk bisa mempelajari penulisan sastra dari banyak cara karena semua karya sastra bisa dibuat dengan cara apapun.

“Gimana ya. Lucu aja belajar menulis sastra di tempat umum seperti ini. Selain itu kita bisa membuat cerita dengan imajinasi yang didapatkan dari lingkungan sekitar,” kata mahasiswi Fakultas Perikanan UGM ini.

 

Para peserta yang mengikuti Sastra On the Street ini akan diambil karya terbaiknya dan akan diumumkan dalam acara puncak Pekan Literasi Yogyakarta, Minggu (30/8) bersamaan dengan talk show Sastra Inspirasi: Insan, Hiburan dan Kebangkitan menghadirkan sastrawan Ahmad Tohari. Selain itu juga akan dilakukan Bedah Film “Ketika Cinta Bertasbih” dan lounching film “Aku Memang Belum…” bersama sutradara Chaerul Umam (sutradara KCB) serta Azrul Zain Asy’ari sutradara AMB.

 


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler