Skip to Content

SENIMAN ACEH GAGAS TUGU HAMZAH FANSURI

Foto SIHALOHOLISTICK

Musyawarah kedua untuk membicarakan rencana pembangunan Monumen atau Tugu Hamzah Fansuri dilanjutkan pada Selasa 5 Nopember 2013 di Aceh Community Center (ACC) Sultan II Selim Banda Aceh. Acara tersebut dilaksanakan oleh Forum Khasanah Raja-raja Aceh bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Aceh Turki (PuKAT).

“Ini lanjutan 4 Oktober 2013 lalu. Hasil musyawarah lalu dan kali ini, kita jadikan acuan untuk pembangunan tugu tersebut,” kata aktivsi kebudayaan di PuKAT Thayeb Loh Angen.

Menurut dia, acara yang didukung tempat oleh ACC Sultan II Selim tersebut terbuka untuk umum. Namun, kata dia, pihaknya hanya mengundang maksimal enam puluh orang yang terdiri dari para pakar dan peminat sejarah, sastra, dan kebudayaan secara luas. “Musyawarah ini harus menentukan bentuk tugu dan tempatnya,” kata Thayeb yang juga Peutua Chik Negeri Meukutop Teungku Chik Di Paloh.

Ketua Forum Khasanah Raja-raja Aceh Teuku Zulkarnaini mengatakan, monumen peringatan tokoh dan peristiwa penting Aceh harus didirikan di seluruh Aceh, menurut sejarah, tokoh, dan budaya setempat. “Kita akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan cita-cita melestarikan budaya,” kata Teuku Zulkarnaini.

Pada musyawarah pertama tentang pembangunan tugu Hamzah Fansuri, sejumlah kalangan telah memberi masukan. Jauhari Samalanga misalnya, menilai usaha membangun tugu Hamzah Fansuri bagus untuk memperbaiki pertentangan raja dan ulama dalulu. “Ini awal mencairkan konflik dan mengangkat harkat martabat Aceh.”

Sementara Penyair Din Saja berpendapat tugu yang dibangun harus memberi manfaat kepada orang yang hidup.”Pemikiran harus diterapkan lagi, apalagi didukung oleh keturunan raja-raja Aceh yang bijaksana,” tuturnya.

Lain lagi pemikiran Muhajir, Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa). Menurut dia, sebelum membangun tugu, kontroversi soal makam Hamzah Fansuri harus diselesaikan dulu. “Setelahnya kita buat tugu, pustaka, museum, dan sebagainya.”

Adapun sosilog dari Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Teuku Kemal Fasya, mengatakan tugu Hamzah Fansuri tugu yang dibungun nanti tidak perlu diberi label seperti ‘Asia tenggara’ atau lainnya. “Cukup Hamzah Fansuri saja.” [R] 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler