Skip to Content

Serat Sastra Gending Kental Bahasa Simbolik

Foto indra

Alunan tembang Kebo Giro dari karawitan Panembrama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang mengiringi kelulusan Zaenudin Bukhori meraih predikat Doktor Studi Islam dari Program Doktor di kampus tersebut, Kamis (8/11).

Melalui ujian terbuka, dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)Semarang itu, berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ”Mistisisme Islam Jawa: Studi Serat Sastra Gendhing Sultan Agung”.

Pada sidang yang dipimpin Rektor IAIN Walisongo Semarang Prof Muhibbin dan dipromotori Prof Djoko Suryo ini, Zaenudin memaparkan, kerajaan Islam di Jawa mempunyai peran yang signifikan dalam perkembangan sastra keislaman di kawasan Nusantara. Karya sastra itu mengalami perkembangan yang dinamis sesuai dengan perbedaan orientasi keagamaan serta perubahan tatanan sosial dan sistem pemerintahan.

Metode Hermeneutik

”Dengan mengubah dan menciptakan karya sastra Islam yang berbentuk serat atau suluk dalam bentuk macapat, raja menyebarkan ajaran Islam. Salah satu serat yang lahir pada masa kerajaan Mataram Islam, yaitu Serat Sastra Gendhing karya Sultan Agung. Serat tersebut merupakan karya sastra Jawa yang sarat menggunakan bahasa simbolik,” ujar lelaki kelahiran Demak 2 Mei 1965 itu.

Bahasa simbolik yang tertulis dalam pupuh Dhandang Gula pada abad ke-13 itu, sastra diartikan sebagai Tuhan yang mencipta, sedangkan gendhing adalah makhluk yang dicipta.

”Untuk menjelaskan simbol dan kandungan isi dalam naskah Serat Sastra Gendhing, saya menggunakan metode hermeneutik. Metode ini relevan untuk mengkaji naskah, karena ada unsur jarak kultural antara penulis serat dengan dunia pembaca sekarang,” ungkap suami dari Dra Hj Siti Sholihati MA ini.

Corak mistik Sultan Agung dalam Serat Sastra Gendhing adalah panintheisme atau keberadaan suatu benda yang secara majazi mengandung dua unsur, akan tetapi hakikatnya adalah satu. Latar belakang penulisan serat tersebut, karena otoritas politis dan masalah sosial yang melekat padanya yang bergelar ‘Amirul Mukminin Sayidin Panatagami’.


suaramerdeka.com, Jumat, 09 November 2012

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler