Skip to Content

Sosiawan Leak Baca Puisi di Jerman

Foto Hikmat
files/user/1/leak.jpeg
Sosiawan Leak (Foto: ruangimaji.wordpress.com)

Seniman Indonesia, Sosiawan Leak, membaca puisi bersama seniman Jerman, Martin Jankowski, yang berjudul "Malaria" pada sarasehan yang merupakan bagian dari rangkaian acara Jakarta-Berlian Arts Festival di Perpustakaan KBRI Berlin, Minggu siang.

Sosiswa yang berasal dari Solo, dengan gayanya yang meledak-ledak, membacakan puisi yang berjudul "Malaria" dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, Martin Jankowski yang juga ketua penyelenggara Jakarta-Berlin Arts festival membawakannya dalam bahasa Jerman.

Sebelumnya Sosiawan Leak membaca puisi berjudul "Pejantan Babi", "Dunia Bogambola", "Pobia", dan "Anak Batu". Pernampilannya berhasil memukau undangan yang hadir dalam acara yang dibuka Dubes RI di Federasi Jerman Eddy Pratomo, Sabtu malam di Studi Admiralspalast, Berlin.

Sosiawan Leak kepada Antara London, Minggu, mengakui bahwa ia merasa senang mendapat kesempatan untuk tampil dalam acara Jakarta-Berlin Art Festival yang diikuti berbagai seniman dari kedua negara.

Leak yang membentuk kelompok teater Klosed (Keloerga Sejahtera) pada tahun 1998 mulai menulis puisi sejak tahun 1987. "Pada saat itu saya menjadi mahasiswa di Universitas Negeri 11 Maret Solo, jurusan Sosial Politik," ujarnya.

Tidak heran bila puisi yang dihasilkan Leak banyak mengandung berbagai masalah sosial yang dihadapi masyarakat, seperti puisi yang berjudul "Pobia" yang menyoroti masalah telekomunikasi bahwa manusia tidak lepas dari teknologi, seperti telepon genggam dan alat canggih lainnya.

Menurut Leak, ia melakukan persiapan selama lebih kurang tiga bulan untuk mencari ide dan gagasan mengenai hal-hal yang sangat Indonesia untuk ditampilkan menjadi sebuah karya seni seperti pembacaan puisi dan monolog.

Sementara itu, seniman lainnya, Muhammad Faizi, menampilkan tiga puisi yang berjudul "Namaku Malam", "Permaisuri Malam", dan "Surat Cinta untuk Malam".

Adapun pembacaan dari puisinya yang dipentaskan tanpa teks antara lain berjudul "Aku Tulis Puisi", "Anak-anak Batu", dan "Cerita Cucuku kepada Cucunya".

Selain dari Indonesia, seniman Jerman yang tampil dalam sarasehan itu adalah kelompok musik Thobis Thiele and Friends yang menampilkan kolaborasi musik jazz yang dipadu gamelan.

Delapan musisi Jerman, yaitu Holges, Verena, Nicole, Weinij, Hilary, Fabyan, dan Tobias memainkan gamelan. Sementara itu, Anja selaku vokalis membawakan tiga lagu yang berjudul "Pendopo Musique", "Greetings", dan "Piece of Work".

Tobias mengakui bahwa ia senang bisa menjadi bagian dari acara Jakarta-Berlin Art Festival dan menampilkan musik gamelan yang dipelajarinya saat menjadi peserta dharmasiswa di Solo tahun 2007.

"Impian saya adalah bisa menampilkan musiknya," ujar Tobias yang berhasil menelurkan album Solo Session bersama kelompok musiknya itu.

Ketua penyelenggara Jakarta-Berlin Arts Festival, Martin Jankowski, mengatakan bahwa ia mempersiapkan acara ini selama tujuh tahun.

Menurut Martin, tidak mudah untuk menyelenggarakan acara yang menghadirkan 150 seniman, apalagi dua pertiganya berasal dari Indonesia dan hanya sepertiganya dari Jerman.

Diakuinya, masih banyak warga Jerman yang belum mengetahui mengenai Indonesia. Dia pun berharap, acara tersebut akan memicu interaksi, paling tidak di antara seniman dua negara.

Selama penyelenggaraan Jakarta Berlin Art Festival, berbagai acara juga digelar, termasuk penampilan musik, tari dan teater, karya instalasi, video, serta peragaan busana karya Harry Dharsono. (KOMPAS)


Sumber: KOMPAS.com, Selasa, 28 Juni 2011 02:28 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler