Skip to Content

Teater Anak Indonesia: Belum Ada Naskah dan Metode Tepat

Foto Hikmat

Teater anak (usia SD-SMP) di Indonesia sejauh ini tidak terlalu berkembang. Ada beberapa pertunjukan yang mengatasnamakan teater anak, tapi pelakunya kebanyakan adalah usia dewasa. Meskipun yang menonton kebanyakan adalah anak-anak.

Kondisi ini juga berkaitan dengan minim atau malah tidak adanya naskah teater khusus anak-anak. Selain itu, kondisi teater anak sendiri cukup berbeda dengan teater remaja SMA yang berkembang cukup bagus.
“Saya tidak terlalu mengikuti perkembangan teater anak. Namun sejauh ini teater anak kurang berkembang karena sulitnya mengakses naskah yang cocok untuk mereka. Karenanya, harus ada proses penciptaan naskah yang memang dikhususnya untuk anak-anak,” jelas pelaku teater sekaligus staf pengajar ISI Yogya, Rosa Rosadi, Rabu (3/8).

Metode yang diterapkan, lanjutnya, juga harus tepat. Tidak sembarangan karena berkaitan dengan upaya untuk membuat anak-anak tertarik dengan salah satu bentuk seni pertunjukan ini. Metode itu juga berkaitan dengan apa yang diajarkan, bentuk pertunjukan dan sebagainya. Metode tepat inilah yang belum ada. Selain itu, walaupun pelaku atau guru teater banyak. Namun, tidak semua orang bisa melatih teater anak.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan, dengan menghadirkan ekstrakurikuler di sekolah. Ini menjadi ruang yang lebih masuk akal. Selain itu, akan lebih baik lagi, jika ada lembaga lain yang memfasilitasi seni pertunjukan ini.
“Teater bagi remaja SMA mampu menumbuhkan percaya diri yang kuat, meningkatkan kecerdasan sosial, emosional dan intelektual secara bersamaan. Jika ini berhasil untuk remaja, berarti juga akan berhasil untuk anak-anak. Ini adalah nilai positif,” jelasnya.

Sementara Ketua Komunitas Anak Cilik Indonesia (ACI), Cilik Tri Pamungkas mengatakan, kalau dilihat dari luar, teater anak terasa masih jarang. Kebanyakan yang berpartisipasi orang-orang dewasa untuk anak-anak. Sedangkan dari dalam, memang banyak yang menyukai pertunjukan dengan pelaku yang masih anak-anak.
“Dunia anak dan dewasa jelas berbeda. Untuk itu, orang dewasa cukup untuk mengenalkan dan memfasilitasi tentang apa itu teater. Selebihnya, biarkan anak-anak yang berkembang dengan mengeksplorasi karakter yang mereka perankan. Selain itu berdasarkan pengalaman saat kecil, susah untuk bisa mengikuti teater anak karena terbatas di jarak dan ekonomi,” ungkap Cilik. (Kedaulatan Rakyat)


Sumber: KR.co.id, 04/08/2011 08:11:00 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler