Skip to Content

Upaya Melahirkan Penulis

Foto Hikmat

Penetrasi budaya pop Korea di kawasan Asia tidak hanya melalui film, fesyen, dan kulinernya. Namun, belakangan Korea menunjukkan kepiawaiannya dalam bidang kesusastraan. Salah satunya ditunjukkan dengan kemunculan nama sastrawan Korea, Han Kang, dengan novel The Vegetarian, sebagai pemenang penghargaan Man Booker International Prize 2016.

Novel Han Kang menjadi satu dari sekian daftar bacaan yang menginspirasi karya-karya Eka Kurniawan. Hal ini diketahui saat sesi diskusi Let's Take Five dipandu Zen Hae sebagai moderator, yang diselenggarakan Gramedia Pustaka Utama bersama Aksara Kemang di Kinosaurus, beberapa waktu lalu.

Selain The Vegetarian, empat buku lain yang menginspirasi karya Eka Kurniawan juga turut dibahas. Keempat buku ini yakni Traveler of the Century karya Andres Neuman, A Heart so White karya Javier Marias, The Savage Detectives karya Roberto Bolano, dan The Road karya Comac McCarthy.

Kemunculan Han Kang dalam peta kesusastraan dunia tidak mengherankan bagi sastrawan Eka Kurniawan. Sebab, kesusastraan Korea sudah muncul beberapa tahun terakhir. Upaya pemerintah yang membangun secara sistematis dan terorganisir dalam melahirkan penulis, menjadikan Korea berhasil masuk dalam peta kesustraan dunia. Padahal, di banding Jepang dan China, pada awalnya Korea justru tidak terdengar.

Satu dari sekian contoh adalah pemerintah yang mendukung budaya populer dengan keyakinan akan banyak penikmatnya. Dalam sastra misalnya, jika ke toko buku, maka akan mudah ditemukan buku terjemahan. Di Korea juga terdapat sekolah menulis kreatif yang menjadi jurusan tersendiri di universitas. Han Kang adalah guru penulisan kreatif di Korea Selatan.

Berbeda, menurutnya, menjadi penulis Indonesia adalah suatu kebetulan, bukan diciptakan. Begitu pula, seorang penulis yang berhasil dalam berbagai festival juga sebagai kebetulan. Sebab, tidak ada sistem pendidikan yang mengarahkan menjadi penulis.

“Semuanya serba kebetulan. Seperti jamur saja, kadang muncul kadang tidak,” katanya.

Padahal, lanjut penulis novel O ini, dalam konteks kebijakan politik, penulis seharusnya diciptakan atau diternak dengan kondisi lingkungan yang mendukung. Penulis tidak bisa dilahirkan secara instan. Menulis adalah hasil dari tradisi membaca yang panjang.

“Yang saya kritik adalah ketiadaan terhadap akses buku bacaan, toko buku terkonsentrasi di tempat tertentu,” ujarnya.


Sumber: kabar24.bisnis.com, Rabu, 28 September 2016 09:05 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler