nirwandewanto.blogspot.com - Saya telah menekankan Chairil Anwar sebagai penerus tradisi persajakan sebelumnya. Minat sidang pembaca yang terlalu besar kepada sajak “Aku” atau “Semangat” misalnya, membuktikan bahwa mereka mungkin terlalu kerap menekankan peran penyair yang lahir di Medan pada tahun 1922 itu pada kemahirannya—mungkin juga pada kepeloporannya—menggarap sajak bebas.
Komentar
Tulis komentar baru