Skip to Content

Love In Valentine's Day

Disebuah kota kecil yang damai dan dikelilingi dengan kebun teh yang hijau, terdapat sebuah asrama sekolah yang dihuni oleh sekelompok siswa siswi kelas satu sampai kelas tiga tinggal disana. Asrama itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu asrama putra dan asrama putri. Setiap kamarnya terdiri dari tiga orang siswa maupun siswi. Disebuah asrama putri, terdapat sebuah kamar yang ditempati oleh tiga orang perempuan cantik yang telah lama tinggal disana. Mereka bersama, hampir sekitar dua tahun. Mereka adalah Shita, Tara, dan Resya.
Hari ini adalah hari ke lima di bulan februari. Salah satu dari mereka sibuk dengan mempersiapkan kado valentine untuk pacarnya. Dia adalah Tara, dan pacarnya itu bernama Bobby.
Sedangkan kedua temannya tidak menunjukkan kesibukan seperti halnya Tara lakukan.
Suatu hari Resya terlihat sering murung, ketika ditanya temannyapun, dia tetap diam. Tapi setelah lama kemudian, dengan bujuk rayu Shita dan Tara, dia pun mulai mau diajak bicara.
”Resya, kamu kenapa?” tanya Tara.
”Iya nih, kamu tuh kenapa? Ada masalah? Kalau ada, cerita dong sama kita, mungkin kita bisa membantu kamu, yaa walaupun hanya sedikit.” sambung Shita.
Tapi Resya tetap saja diam, dan hanya diam. Dia hanya memandang kedua temannya itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun dari mulutnya.
”Aduh Resya, kamu tuh kesurupan setan apa sih, Kok jadi begini? Kita tuh teman kamu, malahan sahabat kamu. Jadi, apa salahnya kalau kamu cerita sama kita, ya kan Ta.” kata Tara sambil melihat Shita.
”Iya Sya, sekarang kamu cerita sama kita!” kata Shita membujuk lagi.
Telah lama mereka terdiam, akhirnya Resya mulai bicara, ”Aku begini karena aku…”
”Aku, apa?” potong Shita dan Tara serentak, dan membuat Resya terkaget dengan kekompakan mereka. Setelah itu, Resya mengambil nafas panjang dan meneruskan perkataannya. “Aku suka sama seseorang…”
”Siapa?” lagi-lagi Shita dan Tara kembali kompak.
”Dia adalah anak kelas XI IA-1, dan namanya…”
”Siapa?” tanya Tara yang terlihat begitu penasaran. Tapi Shita hanya diam menunggu jawaban Resya.
Resya pun menjawab, ”Dia adalah temen pacar kamu, Ta.” sambil menoleh kearah Tara.
”Deniz, maksud kamu?” kata Tara.
”I…iya, aku suka sama dia tuh udah lama banget semenjak kamu mulai pacaran sama Bobby. Tapi kalian nggak marah kan?” jawab Resya dengan nada ragu.
”Ya nggak dong, kamu kan sahabat kita, mengapa mesti marah. Malahan kita seneng kalau sekarang kamu hampir punya pacar nih. Jadi, Valentine kali ini akan menjadi hari Valentine yang paling bahagia buat kamu…” kata Shita bernada mengucapkan selamat.
”Iya, Sya. Aku juga setuju dengan apa yang Shita katakan.” sambung Tara.
”Jadi, bener nih kalian setuju kalau aku suka sama Deniz?”
”ya iya lah, malahan kita akan merasa senang kalau kamu jadian sama Deniz.” jawab Tara, tapi Shita hanya tersenyum kecil.
”Ya udah, kalau gitu aku akan mencoba bicara dengan pacarku, Bobby.” kata Tara.
”Tapi Ta, aku gak mau kalau dia tau perasaanku padanya.”
”Aduh Sya, kamu tuh gimana sih? katanya suka, tapi kok kamu gak mau kalau dia tau perasaanmu ke dia.” kata Tara.
”Tapi aku malu.”
”Udah Sya, biarin aja, dan terima aja apa yang akan Tara lakukan, ok!” kata Shita.
”Ya udah, kalau kamu gak mau aku melakukannya, sekarang kita renungkan apa yang harus kita lakukan buat Resya.” ujar Tara.
”Oke, sekarang kita mulai!” sambung Shita.
Setalah Shita bicara begitu, Resya pun menerima usulan dari Tara. Kemudian mereka terlarut dalam kebahagiaan Resya. Tiba-tiba Tara menemukan ide yang sangat cemerlang, kemudian dia berkata, ”Aku punya ide. Gimana kalau kamu Resya, memberikan sesuatu di hari Valentine buatnya. Misalnya kamu memberikan dia coklat, atau kalau bisa kamu beri dia sebuah benda apa saja yang dapat menandakan kalau kamu punya perasaan sama dia. Gimana?”
”Ide bagus tuh… jadi kamu Resya, harus cepat-cepat menentukan apa yang harus kamu berikan nanti di hari Valentine untuk dia.” kata Shita.
”Gimana kalau aku beri dia, coklat aja. Karena biar agak romantis gitu deh.” Resya menjawab.
”Bagus juga apa yang akan kamu berikan sama dia, karena coklat adalah simbol perasaan seseorang.” sambung Shita.
Mereka sangat senang dengan apa yang telah terjadi pada Resya, mereka pun terhanyut dalam percakapan yang sangat menghebohkan perasaan mereka itu.
***

Keesokan harinya di sekolah, pada waktu istirahat Tara berbicara pada pacarnya, Bobby. Dia mengatakan apa yang telah terjadi kemarin pada mereka, dan Bobby pun terhanyut dengan apa yang diceritakan Tara.
Dalam percakapan tersebut Tara berkata, ”Bob, aku ingin kamu bantu teman aku, Resya. Kamu kan bersahabat sama Deniz, jadi kamu pasti tau banyak dong tentang Deniz. Terus Deniz itu suka perempuan yang bagaimana? Apa kesukaan Deniz? Terus …”
”Stop stop, kenapa kamu ingin tau banyak tentang Deniz, jangan jangan kamu lagi yang beneran naksir sama si Deniz.” potong Bobby dengan menunjukkan sikap cemburunya.
”Ya nggak lah, aku kan pacar kamu, masa aku berpaling sih. Denger ya, kamu adalah orang pertama yang mengisi kekosongan hatiku yang ini dengan benih-benih cinta yang sekarang telah tertanam dan telah tumbuh dalam hatiku yang paling dalam.”
”Baiklah, aku percaya kamu dan aku akan mencoba membantu temanmu itu untuk mencari tau tentang temenku, Deniz. Dan tenang saja, aku akan memberimu sebuah informasi dengan sebaik mungkin.” tenang Bobby.
”Makasih ya… kamu memang pacarku yang paling mengerti aku. Sekali lagi terima kasih banyak.” ucap Tara.
”ya gak apa-apa, ini kan juga demi pacarku tersayang.” kata Bobby sambil membelai rambut Tara.
Setelah bel masuk berbunyi, mereka berdua kembali ke kelasnya masing-masing. Pelajaran pun kian lama kian berlalu, dan bel pulang pun telah berbunyi. Seketika sekolah itu menjadi sebuah tempat yang sepi, tanpa ada suara gemuruh seperti halnya dipagi hari.
Disebuah ruangan, terlihat tiga orang laki-laki yang sedang asyik dengan tugas yang telah diperintahkan oleh gurunya. Mereka sangat menikmati dengan apa yang mereka lakukan saat ini, yaitu meneliti sebuah hewan untuk dijadikan sebuah laporan ilmiah.
Disela-sela dalam mengerjakan tugas ilmiahnya, terdengar pembicaraan yang bertemakan cinta.
”Eh Niz, ngomong-ngomong loe belom punya pacar, kan?” Bobby memulai pembicaraan.
”Belom, emang kenapa?” jawab Deniz.
”Enggak kok, gwe Cuma nanya doang. Tapi, pasti loe suka sama cewek kan? Tipe yang bagaimana?” tanya Bobby penasaran.
”Ya iyalah…gwe suka sama cewek, masa sama loe. Yang pasti tipe cewek yang gwe sukai yaitu cantik, baik, dan yang pasti harus pintar kayak gwe.” jawab Deniz polos.
Dengan adanya pembicaraan itu, mereka sangat asyik dan begitu mudahnya melupakan apa yang sedang mereka kerjakan. Tetapi, dalam pembicaraan itu, salah seorang dari mereka merasa terganggu. Dia adalah Pandi, orangnya itu serius, jadi dia tidak suka bercanda. Kemudian dia berkata,”Eh kalian itu gak bisa serius ya, kitakan lagi ngerjain tugas dan besok harus selesai.”
”Aduh Pandi, loe itu terlalu serius, jadi loe lupa dengan perinsip seorang laki-laki yang haus akan cinta.” kata si Deniz.
”Iya nih, loe gak asyik banget diajak becanda. Sekali-kali lupain dulu deh sikap serius loe, dan kita nikmati hidup ini dengan aura cinta yang menggelora. Lagian loe juga belom punya pacar kan?!” sambung Bobby.
”Hey...hey…sadar loe sekarang waktunya ngerjain tugas, jadi tinggalin dulu pembicaraan kalian!” perintah Pandi.
”Iya deh, kita akan serius bos.” serempak Deniz dan Bobby.
Kini, suara Deniz dan Bobby menghilang bagai tiupan angin lalu. Dan mereka pun larut dalam keseriusan mengerjakan tugas ilmiahnya. Tiba-tiba Bobby berbisik pada Deniz, ”Niz, selama ini loe suka kan sama Resya? Dan impianmu menjadi pacarnya akan menjadi kenyataan.”
”Emangnya, ada apa dengan Resya?” tanya Deniz.
”Loe tau gak, kalau dia itu juga suka sama loe.”
”Ah masa? Gwe gak percaya sama loe.”
”Yeeh dibilangin malah gak percaya. Ya udah, gwe akan kasih loe jalan keluarnya.”
”Apaan tuh?” tanya Deniz.
”Begini, sekarang kan bulan februari tuh, dan hari Valentine hanya beberapa hari lagi. Jadi, loe harus coba menembaknya pada hari itu. Dan kalau dia menerima loe, berarti loe bisa mewujudkan impian loe selama ini.”
”Tapi, gimana caranya gwe mendekatinya? Loe tau kan, kalau gwe tuh suka grogi kalau didepan cewek.”
”Ya...gampanglah, nanti gwe yang atur pertemuan loe dengannya, loe jangan khawatir ok!” kata Bobby dengan begitu tenangnya.
Waktu telah berlalu dengan begitu cepat, malam pun telah tiba dan tugas yang mereka kerjakan telah selesai. Setelah itu, mereka pergi ke kamar mereka secara bersamaan. Kebetulan mereka satu kamar. Jadi, sebagai teman satu kamar, mereka sudah mengerti karakter masing-masing.
Diwaktu yang sama, tepatnya di asrama putri terlihat seorang perempuan sedang asyik merajut benang dan menjadikannya sebuah switer biru yang hangat dan indah. Tapi switer yang dia buat itu belum selesai pada salah satu lengannya. Perempuan itu adalah Shita, yang akhir-akhir ini sering terlihat tidur tengah malam. Tapi, dia tidak pernah membicarakan kegiatannya disetiap malam pada teman-temannya. Dia membuat switer itu sebagai kado Valentine untuk seseorang yang ia sukai. Tapi dalam kegiatannya itu, ia berhenti merajutnya, karena ia merasa kalau cintanya itu tidak akan sampai.
***

Esok hari pada jam istirahat, Shita pergi ke ruang UKS mengambil betadine untuk temannya yang terluka karena terkena paku dan tak sanggup untuk berjalan. Ketika Shita keluar dari ruang UKS, tiba-tiba seseorang berlari menujunya dan akhirnya mereka saling bertubrukan. Lalu mereka jatuh bersamaan, dan apa yang dibawa oleh Shita maupun laki-laki itu berhamburan. Kamudian mereka bangkit dari jatuhnya dan mereka segera mengambil barang yang telah berjatuhan. Ternyata, seseorang yang menabrak Shita itu adalah orang yang selama ini disukainya. Dia adalah Pandi, orang yang dijuluki si Super Serius di kelasnya. Mareka pun saling memandang dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, Pandi memulai berkata, ”Maaf, aku tidak sengaja menabrak kamu. Aku sangat buru-buru, jadi aku kehilangan keseimbangan tubuh dan menabrak kamu. Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pandi.
”Tidak apa-apa kok, jangan khawatir.” jawab Shita yang seketika menunduk ketika melihat wajah tampannya.
”Beneran nih kamu tidak apa-apa?” tanya Pandi kembali.
”Iya…gak apa-apa, terima kasih. Maaf aku harus segera kembali ke kelas.” kata Shita yang terus menunduk didepan laki-laki tampan itu dan terus berjalan menuju kelasnya. Dan Pandi pun segera menuju tempat yang pertama ia tuju, yaitu ruang OSIS. Mereka terlihat telah semakin menjauh, tapi Shita yang berhenti berjalan, dia berbalik kebelakang dan terus menatap sosok laki-laki yang ia idamkan selama ini.
Tiba-tiba salah satu temannya di kelas memanggilnya, ”Shita, mana betadinnya?” tanya temannya itu.
”Oh iya, sebantar!” jawab Shita sambil melepaskan pandangannya pada laki-laki itu, perlahan ia membalikkan tubuhnya kembali dan berjalan menuju temannya itu.
Pada waktu yang sama tepatnya di taman sekolah, terlihat dua orang perempuan yang sedang berbincang-bincang dan terlihat sangat menyenangkan. Mereka adalah Tara dan Resya, yang sedang membicarakan perkembangan hubungan Resya dengan Deniz.
”Sya, aku dapat informasi baru tentang si Deniz. Ternyata dia juga sama telah menyukai kamu sudah lama banget.” kata Tara.
”Ah masa, gak mungkin banget kalau dia suka sama aku. Kriteria aku tuh gak mungkin ada yang masuk dengan apa yang dikriteriakan dia.” kata Resya lemas.
”Kamu itu jangan terlalu terpaku dengan apa yang dia inginkan, kamu harus percaya dengan apa yang kamu yakini dan apa yang kamu miliki.” Tara menyemangati.
”Ta, aku mulai ragu dengan semua ini. Aku merasa kalau aku ini adalah orang yang tidak pantas untuk dicintai oleh seseorang yang justru aku sayangi.” ragu Resya.
”Kenapa kamu mesti ragu? Mendingan kamu jalanin aja semua ini dengan hati yang gembira, ok!”
”Tapi Ta,”
”Udah..jangan gitu dong! Kan ada aku dan Shita yang akan selalu mendampingimu.”
***

Setelah pulang sekolah, Tara, Shita, dan Resya pulang bersama keasrama. Ketika itu, Tara dan Resya kehilangan Shita. Mareka berdua pergi mencari Shita, dan ternyata Shita ada dibawah pohon rindang yang berada didepan jendela kamar mereka. Memang, Shita itu orang yang tertutup. Misalnya saja, kalau dia punya masalah, dia itu lebih baik memendam perasaannya sendiri dan tak pernah berbagi cerita.
”Shita, kamu kenapa? Kok ada disini, sendirian lagi. Ada apa? Cerita aja sama kita!” kata Resya.
”Nggak ada apa-apa kok, aku Cuma ingin sendiri saja. Gak salah kan?” jawab Shita.
”Emang gak salah sih… Tapi dari sikapmu akhir-akhir ini, kita tau kalau kamu butuh teman bicara.” kata Tara.
”Iya, bener apa yang dikatakan Tara, kalau kamu itu butuh teman antuk bicara. Kita kesini karena kita peduli pada kamu dan kita tuh sayang banget sama kamu. Jadi, kita sebagai teman ingin membuat sahabat kita menjadi ceria kembali seperti dulu.” tambah Resya.
Shita hanya terdiam membisu, mereka pun tidak melontarkan sepatah kata pun dari mulut mereka. Mereka hanya duduk dibawah pohon yang rindang itu, sambil mengharapkan Shita bicara.
Tiba-tiba Shita bangkit dan berkata, ”Temen-temen, sebenarnya sudah lama aku ingin bicara pada kalian.”
”Tentang apa, Ta? Aku penasaran banget nih…” kata Resya, tapi Tara hanya diam.
”Kalian tau switer?” tanya Shita yang membuat Tara dan Resya lebih penasaran.
”Iya, switer yang salah satu lengannya belum beres itu kan?” jawab Tara.
”Ya, switer itu yang aku maksud. Kalian tau, siapa orang yang membuat switer itu?” Shita membuat mereka terdiam dan terhanyut dalam kedua pertanyaan Shita yang membuat semakin bingung. Kemudian Shita menjawab, ”Switer itu adalah punyaku, dan aku membuat switer itu untuk seseorang yang selama ini aku sukai. Tapi dengan berat hati aku berhenti merajutnya, sehingga salah satu lengannya itu belum selesai. Aku merasa kalau aku gak mungkin memberikan switer itu padanya, dan aku ingin dia gak tau tentang hal ini, termasuk perasaanku padanya.”
Tara dan Resya kaget dan terheran-heran, kemudian Resya pun bertanya, ”Siapa orang yang kamu sukai itu?”
”Orangnya adalah Pandi, cowok yang super serius.” Shita menjawab dengan nada kehilangan dan begitu lugu.
Tara dan Resya terhenyak dan terlarut dalam dunia Shita yang kehilangan akan cahaya cerah hidupnya.
***

Setelah itu, Tara segera menemui Bobby karena dia tau bahwa Pandi itu temen deket Bobby. Tara pun membicarakan soal perasaan Shita. Setelah lama mereka berbincang-bincang, Bobby pun punya ide bagus untuk mewujudkan apa yang dirasakan Shita.
Kemudian Bobby menemui Pandi, dan berkata, ”Pandi, gwe ingin loe segera punya pacar!”
”Memangnya ada apa dengan gwe?” tanya Pandi.
”Kamu gak mau kan, melewati hari Valentine mu menjadi kelabu? Jadi, mau kan dateng ke pestaku dan Tara? Pokoknya gwe ingin besok jam delapan malam loe harus ke taman!”
”Tapi…”
”Ah…gak ada tapi-tapian, pokoknya harus!” kata Bobby yang langsung membalikkan badannya tanpa alasan yang jelas ditelinga Pandi dan pergi begitu saja.
Begitu pula yang dilakukan Tara pada Shita, seperti halnya yang Bobby lakukan pada Pandi.
***

Valentine’s day telah datang. Hari ini adalah hari dimana para sang kekasih saling bertukaran kado Valentine, seperti halnya Tara dengan Bobby lakukan. Dan hari ini juga, adalah hari yang tepat untuk menyatakan cinta pada seseorang, seperti ungkapan cinta Deniz dengan Resya. Dan kini, Resya telah menemukan cinta sejatinya, yaitu Deniz. Mereka pun, membuat hari-hari mereka semakin berwarna, dengan cinta yang akan mereka bina mulai detik ini, mulai hari ini, dan untuk seterusnya.
Tapi hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Shita, karena dia tidak mau kalau hari ini manjadi hari yang sangat mengecewakan bagi haidupnya, jika dia melakukan apa yang akan ia lakukan semula.
Jam delapan malam pun telah tiba, Shita dengan semangat datang ke taman. Karena, dalam hatinya dia tidak mau kalau temannya itu kecewa dengan ketidakdatangannya. Dan Shita pun telah tiba di taman, tapi tak ada seorang pun yang datang. Yang terlihat oleh Shita hanya ada sebuah kado kecil yang tergeletak begitu saja diatas rumput dipinggir kolam. Kemudian Shita ingin sekali membukanya, tapi keinginan itu terhenti karena ada seseorang yang datang.
Setelah itu, Shita membalik kearah orang itu yang berada tepat dibelakangnya. Dalam pandangan Shita, orang itu seperti Bobby, karena keadaan disana begitu gelap. Kemudian ia berkata, ”Bob, Bobby, apa itu kamu?”
Laki-laki itu tetap diam dan semakin lama semakin mendekat menuju Shita. Shita pun terhentak kaget, tanpa sadar Shita mundur dan ia pun terpeleset jatuh ke kolam. Tanpa dikomandoi, laki-laki itu segera menolong Shita dengan menjeburkan dirinya ke kolam.
Setelah Shita tertolong, laki-laki itu berkata, ”Kamu tak apa-apa?”
Ketika Shita mendengar suara itu, ia teringat pada Pandi. Tanpa sadar Shita mengucapkan sepatah kata sambil memandang laki-laki itu, ”Pandi?!”
Seketika laki-laki itu pun menjawab, ”Ya, ada apa?”
Shita tak menjawab pertanyaan Pandi. Mereka terdiam sejanak, lalu Pandi berkata, ”Oya, kamu Shita kan, yang dulu pernah bertabrakan didepan UKS dengan ku?”
Dengan mendengar kata-katanya itu, Shita hanya bisa menganggukkan kepalanya dan kemudian menundukkan kepalanya. Dalam keadaan itu, Shita terlihat menggigil dan seperti orang yang kedinginan. Ketika Pandi melihat keadaan Shita yang demikian, dia langsung memakaikan jaket yang ia pakai pada Shita. Shita terkaget dengan apa yang Pandi lakukan padanya, ia hanya bisa diam dan menerima jaket yang Pandi berikan.
Setelah itu, Pandi tersenyum kemudian berkata, ”Lucu ya?! Kita berdua disuruh datang kesini, sama orang yang sangat dekat dengan kita. Eh…kita malah dikerjain begini.”
Shita hanya tersenyum mendengar perkataan laki-laki yang berada disampingnya itu. Mereka berdua terhanyut dalam jebakan teman-teman mereka dan dalam getaran cinta. Alunan cinta di hati berdendang riang, dan tak ada orang yang dapat merasakan betapa indahnya cinta dalam hati seseorang.
Tiba-tiba Shita teringat dengan kado kecil itu, ia pun segera membukanya. Ternyata, isinya sebuah Switer berwarna biru milik Shita. Karena, salah satu lengannya belum selesai. Sepintas difikiran Shita, Taralah yang mengambil switernya. Karena, saat Shita akan membereskan switernya itu, hilang.
Saat itu pula Shita memberikan Switer itu pada Pandi, orang yang Shita sukai selama ini, meskipun sekarang ia tak mengharapkan cintanya.
”Maaf, switernya belum selesai.” kata Shita sambil memberikan switernya kepada Pandi.
Pandi hanya tersenyum getir, tanpa ragu ia pun menerima pemberian Shita dan berterima kasih pada Shita. Setelah itu, mereka pun terikat dalam suatu perbincangan yang bertemakan perkenalan diri dan keadaan masing-masing. Tapi dengan adanya perbincangan itu, membuat perasaan Shita pada orang yang ada disampingnya itu menjadi semakin lama semakin tak tertahankan.
Ketika perbincangan itu berhenti, tak sadar Shita berkata. Tapi, perkataannya terhenti ketika Pandi juga memulai perkataannya. Kemudian, mereka berdua saling menyuruh untuk bicara duluan. Tapi, Shita yang tak ingin Pandi tau perasaannya, dia menyilahkan Pandi untuk bicara duluan. Pandi yang telah dipersilahkan Shita, mulai bicara, ”Shita, aku ingin kita saling jujur satu sama lain!”
”Memangnya ada apa? Apa maksud kamu?” tanya Shita yang takut akan perasaannya.
”Aku ingin kalau kita berdua bisa bersahabat.” jawab Pandi.
Shita tersentak kaget, ”Maaf, aku tidak bisa.”
”Mengapa? Aku hanya ingin kita bersahabat. Apa alasanmu menolaknya?” kata Pandi sambil menunggu alasan Shita yang terdiam.
Tak lama setelah itu, Shita menjawab pertanyaan Pandi sambil meyakinkan dirinya apa yang akan ia katakan dengan menghembuskan nafasnya. ”Maaf Pandi, bukannya aku tidak mau bersahabat denganmu. Tapi, apabila kita bersahabat, otomatis kita akan sering bertemu. Dan aku tidak ingin perasaanku padamu semakin dalam, itu akan membuatku semakin sakit.” jawab Shita seolah ia tak mempunyai sebuah harapan.
Dengan alasan Shita itu, Pandi hanya diam dan tersenyum melihat tingkah Shita yang tak karuan.
Kemudian Shita bertanya, ”Mengapa kamu tersenyum?”
”Kamu itu lucu juga ya..” kata Pandi sambil tersenyum. Melihatnya tersenyum dan perkataannya yang begitu, sikap serius yang sering Pandi pakai kini menghilang. Yang ada hanya senyum dan tawa yang kini terlintas di wajahnya.
Mereka saling terdiam, apalagi Shita dengan apa yang ia lakukan dihadapan Pandi membuatnya malu.
Tak terasa malam semakin dingin, dan pemandangan di langit semakin jelas dengan ribuan bintang yang berkelip riang. Tiba-tiba saja terlihat oleh Shita, kalau Pandi memakai switer itu. Dan tak terduga, Pandi yang tepat berada dibelakang Shita, menarik Shita kedalam dekapannya. Lalu, kedua tangannya yang hangat melingkar disekitar pundak Shita. Shita terkejut dengan apa yang dilakukan Pandi. Shita ingin melepaskan genggaman Pandi dari pundaknya, tapi disisi lain ia ingin berada didekapnya. Kemudian Pandi berkata, ”Switer ini hangat juga ya, walaupun salah satu lengannya belum sempurna.”
Shita terharu dengan ucapannya yang satu itu, setidaknya Pandi tidak mengulangi kata- kata yang dapat membuat hati Shita tersinggung.
Dalam dekapan Pandi yang membuat suasana menjadi hangat, Pandi membisikkan kata-kata pada telinga Shita, ”Shita, aku ingin semua yang terjadi hari ini, setiap hari dapat kita rasakan. Dan aku ingin kamu jangan mengatakan apapun dikala aku mendekapmu seperti ini.”
Dalam hatinya, Shita pun ingin hal yang sama dengan apa yang dibisikkan Pandi kepadanya. Dia pun hanya terdiam, dan membiarkan dirinya berada dalam dekapan Pandi.
Dalam hidup seorang wanita, hari ini merupakan hari yang sangat indah yang tidak setiap orang mengalaminya. Malam semakin larut, waktu demi waktu kini terasa indah dilalui. Begitu juga yang terjadi pada kehidupan Shita. Awalnya, Shita adalah orang yang sering terlihat murung dihadapan teman-temannya maupun orang lain, kini dia menjadi orang yang ceria bagai bunga yang merekah dan mewangi di taman bunga.
Pada waktu yang sama, terlihat empat orang yang sedang mengintip. Mereka adalah Tara, Resya, Bobby, dan Deniz. Mereka sangat senang dangan keberhasilan rencana mereka mempersatukan Shita dengan Pandi.
Setalah itu, mereka menghampiri Shita dan Pandi yang sedang duduk berdua di taman. Mereka berempat mengagetkan Shita dan Pandi, dan kehadiran mereka membuat suasana semakin meriah dengan obrolan-obrolan yang bertemakan cinta.
***

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler