Skip to Content

MENULIS BENTUK PUISI 4334

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

Angka 4334 ini adalah jumlah baris pada bait-baitnya.

 

Dasar pembuatan bentuk ini adalah 4 huruf nun dan 3 huruf mim yang terdapat pada ujung 7 ayat Surat AlFatihah.

 

Sedangkan 34nya adalah terjemahan Surat AnNas yang terletak pada urutan ke 114 dan diterjemahkan kedalam bilangan desimal, menjadi 34.

 

Bagaimana caranya bilangan 114 menjadi 34 bisa saya jelaskan sbb. :

114_5 (baca satu satu empat basis lima)

(1 x 5^2) + (1 x 5^1) + (4 x 5^0) =

(1 x 25) + (1 x 5) + (4 x 1) =

25 + 5 + 4 = 34



Berikut ini adalah bentuk puisi 4334

 

Dari 3 puisi yang dijadikan contoh di bawah ini bentuk 4334 dapat kita kenal dengan kekhususn sbb. :

-terdiri atas 4 bait

-pola baris tiap bait 4.3.3.4

-pada bait dengan 4 baris pola sajaknya bisa aaaa, atau bbbb, atau abab, atau baba

-pada 2 bait dengan 3 baris yaitu bait kedua dan ketiga. Pola bait kedua bisa bebas bersyarat. Bebas artinya boleh aaa, bbb, aba, bab tetapi pola sajak pada bait kedua harus diikuti oleh bait ketiga.

Dalam hal penulisan judul tidak ada aturan khusus.

 

Berikut ini 3 puisi dengan bentuk 4334.

 

 

DERMAGA BERSELIMUT SEPI

 

Dermaga sunyi berselimut sepi yang dulu

Di geladak nakhoda lesu menatap langit

Kelasi semakin lusuh rapuh duduk termangu

Samakah nakhoda seperti kelasi menahan sakit

 

Mati angin perahu bagai sabut liar mengambang

Nakhoda dan kelasi sama diam menimang bimbang

Nakhoda dan kelasi menunggu layar terkembang

 

Nakhoda dan kelasi rindu angin rindu berlayar

Angin buritan bertiup layar terkembang lebar

Pulau tujuan terlihat meski masih samar-samar

 

Sepi pagi sepi siang sepi sore sepi malam

Ombak tanpa buih beriringan pecah di pantai

Dermaga ditelan gelap nakhoda dan kelasi muram

Kisah nakhoda dan kelasi siapa yang memulai

 

201806100527_Kotabaru_KarawanG


 

MENJADI AIR MATA LAGI

 

Cinta masih utuh sedikitpun tiada berkurang

Rindu masih utuh tak mungkin hilang lenyap

Ada pada mata yang memandang bayang-bayang

Ada pada gejolak hasrat yang ramai meski senyap

 

Cinta menjadi butiran pasir kerikil dan tanah

Menjadi akar rumput yang dipanggang matahari

Dalam basah sisa masih tersimpan rahasia hidup

 

Rindu terukir pada akasia yang tidak rebah

Meski daun hilang batang tegak lurus mengabdi

Ruh nabati tersenyum pada pucuk-pucuk yang kulup

 

Cinta tak pernah datang dan tidak pernah pergi

Rindu tak pernah menjadi utusan

Cinta bisa jadi akan menjadi air mata lagi

Dan rindu yang ragu apakah bisa ditahan



201903150703_Kotabaru_Karawang

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler