Skip to Content

Romantika Cinta

Foto Feliks Herdinat
files/user/3319/catsff_0.jpg
catsff.jpg

Oleh : Feliks  Jerych

 

Pagi itu ketika aku membuka pintu kamar yang berukuran 3 x 4 sebuah sinar kemerahan muncul membias dari ufuk timur seakan ingin menyapa hari baru ku. Aku yang masih tampak lesu seperti layaknya semua orang yang baru bangun dari tidur, berusaha untuk mengimbangi keramahan sang mentari pagi itu, tetapi mataku belum terlalu siap untuk memberikan senyuman kepadanya.

Sambil mengucek mata dengan tangan kanan, perlahan-lahan ku atur langkahku menuju sebuah dispenser. Di sana aku mengambil sebuah gelas lalu mulai mengisinya dengan air.

 

Sambil menunggu gelas itu penuh, pikiran ku kembali membayangkan situasi semalam, situasi yang membuatku tak bisa tidur, situasi yang membuat harapann ku hancur.

Orang yang selama ini ku kagumi, orang yang selama ini ku suka, orang yang selama ini selalu kuhadirkan dalam sebuah angan-angan asmara, secara terkejut yang membuat jantungku sempat  tersentak meng-update sebuah peristiwa penting di sebuah jejaring sosial (facebook) “tanggal 20 Oktober 2013 Nesya berpacaran dengan Gordy” kurang lebih seperti itu yang muncul di berandaku.

 

Hatiku sangat hancur dan remuk karena hasrat asmaraku, harapan dan hayalan indah yang selama ini ku rangkai dan ku bungkus dengan rapih gagal sebelum disampaikan (Kasih Tak Sampai)

 

Dalam pikiranku bayangan dirinya berlari-lari di kejar oleh dia yang telah mendapatkan cintanya, sedangkan aku hanya duduk diam di sebuah bangku panjang menyaksikan mereka bercumbuh dengan penuh kehangatan cinta.

 

Bayangan demi bayangan terus membuntuti pikiranku .

“Aaaaahhhhhhh……..”

Aku berteriak sambil memegang kedua sisi kepalaku, tangan kanan memegang tepat di atas telinga kanan dan tangan kiri tepat di atas telinga kiri.

 

“Plllaaaakkkkk…….”

Sebuah bunyi benda yang jatuh bersamaan dengan suara seorang lelaki menyadarkanku dari lamunan panjangku.

“Ada apa Feliks???” suara Joni dari pintu kamar kosnya dengan tampang yang sangat kaget.

“Ngga….nggga… ini…. anu….apa namanya……” aku tidak menyambung kata-kata itu, karena Joni memoyongnya “makanya hati-hati, kalau masih ngantuk tidur aja dulu…. Jangan langsung minum air, sok rajin kamu…!!!” sambil menutup kembali pintunya. Aku tidak mau berkomentar, karena pikiranku belum terlalu tenang untuk mengaju argumentasi.

 

Satu persatu kepingan-kepingan gelas yang pecah itu ku pungut dan kumasukan dalam sebuah kantongan plastik untuk dibuang ke tempat sampah.

Rangkaian peristiwa pagi itu membuat rasa hausku hilang.

 

Dari sebuah kursi kayu yang berada di sebelah kanan pintu di teras kos, aku perhatikan keremangan pagi dengan kabut berwarna kelabu yang dihiasi dengan cahaya kemerahan yang membias disekitarnya sudah mulai menghilang dan perlahan berubah menjadi sinar mentari yang panas.

 

Aku kembali ke kamar yang berukuran 3x4, ku melihat tempat tidurku sangat berantakan, dengan letak bantal dan selimut yang tidak beraturan. Sesaat ku memandang situasi itu, dan akhirnya kumemutuskan untuk tidak mempedulikannya.

 

Aku tarik pandanganku dari pemandangan buruk itu, dan ku arahkan ke sebuah meja yang berukuran kecil, di sana ku melihat sebuah laptop vaio dengan monitor yang tampak gelap, cepat-cept aku menghidupkan laptop itu.

Sambil mendengar lagu “Jangan Tutup Dirimu” dari Stinky, aku masuk ke beranda facebook diteruskan dengan menelusuri profilnya.

 

Di sana kujumpai sebuah senyuman, senyuman yang tidak asing lagi bagiku, senyuman yang selalu membuat hati ini tenang bila melihatnya, Senyuman yang dapat membuat hati ini menangis bila tidak memilikinya.

 

Dengan tangan gemetar, aku zoom foto itu, sambil meneteskan air mata… menyadari k e e g o i s a n    l i d a   k  u   yang tidak mau menerjemahkan perasaan ini lewat kata-kata.

 

 

Salam

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler