Skip to Content

FIKIRAN RA’JAT DAN PEMBANGUNAN MANUSIA (1)

Foto Soei Rusli

 
OlehAdek Alwi
 
MENDIDIK rakyat melalui penerbitan pers merupakan bagianintegral dari aktivitas pergerakan para pemimpin di masa lalu, khususnyasebelum kemerdekaan. Kegiatan itu ditempuh sekurang-kurangnya dilandasi olehdua hal. Pertama, para pemimpin sadar cita-cita untuk merdeka baru dapatdicapai dengan melibatkan rakyat seluas mungkin. Untuk itu, kesadaran rakyatharus dibangkitkan, atau istilahnya di masa itu, diinsyafkan. Rakyat harusdisadarkan akan posisinya sebagai anak negeri jajahan, posisi negerinya yangterjajah, dan diberi kesadaran bahwa yang dimaksud negeri atau Tanah Airbukanlah daerah asal atau kampung halaman semata-mata.
 
Kedua,para pemimpin paham kondisi rakyat waktu itu terbelakang dalam pendidikan.Bahkan banyak yang tidak mengecap pendidikan sama sekali. Sebaliknya, merekaadalah bagian kecil atau elit dari bangsanya yang beruntung menikmatipendidikan. Dengan demikian, di samping melancarkan politik praktis terhadappemerintah kolonial, para pemimpin terpanggil untuk sekaligus mendidik rakyatmelalui wadah yang praktis dan efektif yaitu pers.
 
Demikianlahkita kemudian mengenal banyak pemimpin pergerakan juga perintis atau insan persyang sarat dengan idealisme, bagai Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, SamRatulangi, Abdoel Moeis, HOS Tjokroaminoto, H Agoes Salim, Sukarno, Hatta,Sjahrir dan sebagainya. Surat kabar serta majalah yang mereka asuh atauterbitkan seperti Oetoesan Hindia, Neratja, Doenia Bergerak, PersatoeanIndonesia, Daulat Ra’jat, Soeloeh Indonesia Moeda, Fikiran Ra’jat –selainmenjadi organ pergerakan yang garang, sekaligus sarana untuk menggelorakansemangat dan mendidik rakyat. Tradisi pers yang kental dengan muatan idealisme,heroisme atau patriotisme ini yang menyebabkan pers Indonesia di masa itu disebut persperjuangan.
 
FIKIRAN RA’JAT
Tulisanini tidak berniat menyorot seluruh media yang diasuh pemimpin pergerakan dalamfungsinya memberi pendidikan kepada rakyat, tetapi difokuskan hanya padaFikiranRa’jatFikiran Ra’jat dijadikan model dengan pertimbangan, karena mediayang menyebut dirinya “madjallah-politik popoeler” ini ditujukan untuk kalanganpembaca yang lebih mendekati istilah rakyat seperti dimaksudkan di awal tulisanini. Dengan kata lain, pembaca Fikiran Ra’jat ialah lapisan rakyat dibawah klas pembaca Persatoean Indonesia,Daulat Ra’jat, Soeloeh IndonesiaMoeda dan sebagainya. Hal ini ditegaskan oleh pengasuhnya dengan rumusan: FikiranRa’jat adalah saudaranja Soeloeh Indonesia Moeda. Fikiran Ra’jatboeat “kaoem Marhaen” jang faham membatja dan menoelis, Soeloeh IndonesiaMoeda boeat “kaoem pemimpin dan kaoem terpeladjar.” Jadi sasaran FikiranRa’jat ialah rakyat jelata, awam, atau kaum Marhaen yang sudah pandaimembaca dan menulis tetapi bukan pemimpin dan bukan intelektual.
 
Konsekuensimemilih pembaca pada lapis seperti itu membuat Fikiran Ra’jatspesifikdalam pilihan serta cara menyampaikan informasi. Tujuan untuk mendidik, memberikesadaran dan penggelora semangat rakyat, dijalankan dengan konsisten.Messageatau pesan dikemas sedemikian rupa, bahkan gamblang, agar mudah sampai kepadakomunikan atau golongan pembaca yang dituju. Hal ini mencerminkan kepahamanpengasuh sebagai komunikator serta pemimpin atau elit terpelajar, yangmengemban misi memberi pendidikan kepada rakyat, atau istilah mereka “inginmengasih penerangan… kepada kaoem Marhaen agar mendjadi insaf”.
 
Nomorcontoh Fikiran Ra’jat terbit pada 15 Juni 1932, sedangkan edisipertamanya 1 Juli 1932. Selanjutnya Fikiran Ra’jat “terbit tiap-tiapminggoe” atau sekali sepekan, kecuali beberapa edisi karena hambatan teknisdigandakan dan terbit dalam rentang dua minggu. Tebal majalah di luar sampuldan advertentie atau iklan –yang biasanya empat halaman– 18 hingga 20halaman. Format 18 x 26 cm atau kurang dari ukuran kuarto. Sampul dan isimemakai kertas sejenis HVS 150 gr dan 80 gr.
 
Seluruhhalaman dimanfaatkan dengan efisien, termasuk halaman dalam sampul, tanpamengurangi nilai estetika perwajahan atau tata letak yang untuk ukuran masa itutergolong menarik. Halaman dalam sampul depan untuk pencantuman tarif iklan danlangganan yang pembayarannya diminta “lebih doeloe”, pencantuman jumlah “oplaag5000 boekoe”, pengumuman dari administrasi atau pihak perusahaan. Halaman dalamkulit belakang disediakan untuk iklan, tawaran berlangganan, nama dan alamatagen, dan pengumuman.
 
Padahalaman dalam sampul muka edisi nomor contoh (“dummy-nummer”), dicantumkanpengasuh Fikiran Ra’jat, yaitu: Sidang Redaksi IrSoekarno-Manadi-Boerhanoeddin. Nama Ir Soekarno sebagai pemimpin sidang redaksijuga diterakan di sampul muka sejak nomor contoh hingga seterusnya. Tapi namaketiga pengasuh yang di nomor contoh ditempatkan pada halaman dalam sampul muka,hilang mulai edisi pertama.
 
Alamatredaksi-administrasi, “Astana-anjar 174 Bandoeng”, tak dituliskan. Begitupun “DrukkerijEconomy” yang beralamat di “Pangeran-Soemedangweg 32 Bandoeng”, pencetak FikiranRa’jat dan Soeloeh Indonesia Moeda.
 
RUBRIKASI DAN ISI
KekhasanFikiran Ra’jat dalam pengertian di atas kelihatan sejak nomor contoh.Sisi kiri kulit muka dihias dengan tiga garis vertikal warna merah darah,kontras dengan sampul warna coklat muda. Nama Fikiran Ra’jat memakaihuruf tegak, ditempatkan sebelah atas, warna merah darah. Di bawahnya, berwarnamerah darah, dicantumkan tulisan tangan Kaoem marhaen! Inilah madjallahkamoe! yang disertai tanda tangan Sukarno. Di bawah tulisan dan tandatangan, pada bagian tengah sampul, dibubuhkan kutipan pidato atau tulisan parapemikir maupun tokoh pergerakan dalam dan luar negeri, dengan tinta hitam. Dandi bagian bawah sampul ditulis Madjallah-politik popoeler, juga nama IrSoekarno sebagai pemimpin sidang redaksi, lalu nomor edisi, tanggal sertajadwal penerbitan.
 
Kutipantulisan tokoh –tentunya juga nomor edisi dan tanggal penerbitan-- berubah tiapnomor. Tokoh yang pemikirannya dikutip antara lain Sukarno, Douwes Dekker,Tjipto Mangoenkoesoemo, Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, Sun Yat Sen, AugustBebel, Henriette Roland Holst, Moestapha Kamal. Untuk edisi nomor contoh dikutipawal karya tokoh India,Lala Lajpat Rai, yang berbunyi begini: “Kamoe ingin India-Merdeka? Jakinlahsaudara-saudara, bahwa mengedjar India-Merdeka boekan pekerdjaan jang gampang.Pekerdjaan ini meminta segenap kamoepoenja kemaoean, segenap kamoepoenjakeoeletan, segenap kamoepoenja roh dan djiwa…”Dari gaya bahasanya sangat mungkin terjemahanSukarno.
 
Isi FikiranRa’jat dikelompokkan dalam rubrik tetap dan tidak tetap, serta karikaturyang selalu menempati halaman satu. Jadi, saat majalah dibuka, usai halamaniklan, pembaca langsung menyaksikan karikatur yang menggoda.
 
Nama rubric:“Kronik Indonesia”, “Kronik Oemoem”, “Primbon Politik”, “Tahoekah Saudara”dicantumkan permanen tiap edisi. Nama rubrik lain yang tidak dicantumkan:“tentang ilmoe masjarakat” (tetap), “tentang doenia pahlawan-pahlawan” (tidaktetap), “tentang ilmoe pergerakan” (tidak tetap), “tentang riwajat dan taktikkolonial imperialisme di Indonesia”(tetap). Dan hanya dua rubrik diisinews atau berita aktual, yaitu“Kronik Indonesia”dan “Kronik Oemoem”. “Kronik Indonesia”memuat berita dari seantero Tanah Air, “Kronik Oemoem” berisi berita luarnegeri. Semua disajikan dengan ringkas dan berpola penulisan news.Dengan isi minim news atau didominasi oleh artikel seperti itu, jenis FikiranRa’jat lebih dekat ke jurnal mingguan daripada majalah berita mingguan.
 
“PrimbonPolitik” merupakan rubrik tanya jawab antara pembaca dan pengasuh. Ada yangmenanyakan perbedaan imperialisme dan kapitalisme, arti “sociale revolutie”atau revolusi sosial, asal nama Indonesia, arti politik, caranya Indonesia bisalekas merdeka, macam-macam pajak, lapisan-lapisan rakyat, perbedaan Volksraaddengan parlemen, dan ratusan pertanyaan lain. Semua dijawab dengan jelas danringkas, atau dikupas dalam rubrik “tentang ilmoe masjarakat” maupun rubriklain yang namanya tidak dicantumkan permanen.
 
Rubrik“Tahoekah Saudara” berisi informasi mengenai berbagai hal yang disajikan lewattabel. Misalnya tentang nilai ekspor Indonesia 1920-1930, rincian perolehanpemerintah kolonial dan Negeri Belanda dari karet, kopi, gula, tembakau, tehdan komoditi lain, jumlah orang kena pajak dan besarnya pajak, ongkos PerangDunia I 1914-1918, modal asing (bukan Belanda) di “Soematera Kidoel” danSumatera Timur, “penghidoepan kita kaoem Marhaen” yang turun dari 8sen/orang/hari sebelum malaise –depresi ekonomi dunia-- menjadi 4,5 sen, jumlahsenjata dan kapal perang berbagai negara dan lain-lain.
 
Sedangkanrubrik “tentang ilmoe masjarakat”, “tentang ilmoe pergerakan”, “tentang doeniapahlawan-pahlawan”, “tentang riwajat dan taktik kolonial imperialisme diIndonesia” memuat artikel politik, sosial, sejarah, ekonomi, budaya sertapengenalan atau kupasan mengenai aliran-aliran pemikiran. Karena itu didalamnya ditemui pula tulisan-tulisan dengan judul-judul Marxisme;Anarchisme;Syndicalisten; Historisch Materialisme; Perbedaan Azas dariSosial-Demokrat dan Koeminis; Non Cooperasi; Cooperasi; Azas dan Taktik;Organisasi dan Aksi serta banyak lagi.
 
Begitupunjudul Perangainja atau Karakternja Kolonial-Imperialiasme di Indonesia; Filippina dan Imperialisme Amerika; Apakahjang Dinamakan Imperialisme itoe?; Sampai dimanakah Djaoehnja Hak Ra’jatitoe?Deradjat Bangsa dan Tanah Air Kita; Nasionalisme Indonesiadan yang sejenisnya, terdapat dalam rubrik-rubrik itu. Juga artikel tentangdemokrasi dan partai politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi politik, revolusidi Siam dan dampaknya terhadap pergerakan Indonesia, tentang Mahatma Gandhi,Sun Yat Sen, aktivitas partai-partai politik, krisis ekonomi dunia sertaakibatnya pada bangsa Indonesia dan banyak lagi tulisan lain.
 
PEMBANGUNAN MANUSIA
Denganisi serta penampilan Fikiran Ra’jat seperti itu, prosespendidikan, penyadaran serta penggeloraan semangat rakyat dilakukan parapemimpin. Tindakan ini secara bertahap tentu menguakkan wawasan dan pengetahuanrakyat, yang bermanfaat untuk kepentingan individu bersangkutan menjalanikehidupan, maupun untuk kepentingan masyarakat dan bangsanya –sebagaimanagalibnya tujuan hakiki pendidikan.
 
Tindakanitu memberikan penyadaran pada rakyat akan posisi diri, bangsa, negerinya yangterjajah. Kesadaran ini membangkitkan semangat untuk bersatu. Maka dengan katalain, yang dilakukan para pemimpin melalui Fikiran Ra’jat dan mediasejenis adalah membangun manusia Indonesia, agar sadar dan siapmerebut kemerdekaannya sebagai manusia maupun warga bangsa. o
 
LentengAgung, Senin 30 September 2002

 

Catatan:

Rangkaian tulisan ini pernah dipublikasikandi Harian Sinar Pagi edisi 8 & 9Oktober 2002

 

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler