Skip to Content

NYANYIAN KEMERDEKAAN : PUISI HAFNEY MAULANA

Foto Hafney M

 

 

 

Nota (1)

BHINEKA TUNGGAL IKA

(Untuk Yang Saling Bertikai )

 

Assalamu’alaikum

maka

Waalaikumsalam

 

inilah penghambaan

damai

sebab sumpah

bukan serapah

ke atas tidak berpucuk

ke bawah tidak berakar

patah galah

dimakan anai

 

jangan

saling bertikai

badan sebatang

dibuang jangan

 

bayang yang kalian

cencang

tak putus

sebab

daun mana yang

kalian

hutan mana yang

kalian

laut mana yang

kalian

ombak mana yang

kalian

burung mana yang

kalian

 

sebut

sekian janji

jadi fitnah

saling tuding

saling guling

 

sebab

apa yang kalian tinggal

bukan wasiat

tapi berkat

biar bijak

jejak hakekat

ijab kabul

sampai ke

marwah

 

 

Nota (2)

 

PEJABAT

 

hai
pejabat
jangan menunjuk
di jari
yang paling
kalian palingkan


duduk
dalam telaga hati
bila
berpaling
maka entah
mana suka mana duka
entahkah
yang kalian
paling-palingkan
dasi dan kursi

ingat negeri

sabang ke marauke

bangsa berbangsa

suku bersuku

daulat berdaulat

jungjung menjunjung

marwah

rakyat


sebab musabab
aku tahu asal kalian
jangan kalian aniaya
durhaka kalian
kepada Allah
ke akar dimakan ulat
ke pucuk dimakan burung
raib kalian seperti angin
hancur kalian seperti air
mana paling
mana kah entah
lumpuh jasad
dipaling
paling
berkat Nur Muhammad
berkat kalimat
Laa ilahaillallah

 

 

Nota (3)

 

PIAK DUANU LAP NE DOLAK*

 

sekata lagi
tak terucap
ke hari-hari
birahi sungai
luluh lantak
tikam
sentak
kalau tikam
mati mak
tak tikam
mati bapak
sembilu
ngilu
anak duanu
mencabar
camar
oleng sampan
patah kemudi
pulang kau
ke ombak
ke ceruk sedu sedan
kau di air aku di laut
pantai
tak berkerang
tongkah lapuk
berkapang
tenggelam
dalam mimpi
muara dan hilir
entah di mana
senja lah melaut
sukma

kembali

anak negeri

piak duanu lap ne dolak

 

Tembilahan, 2018
Catatan:

Piak Duanu Lap Ne Dolak: Tidak Duanu hilang di laut
Duanu : suku laut di Indragiri
Tongkah: papan seluncur untuk mencari kerang di pantai berlumpur.

 

 

 

 

 

BIODATA PENYAIR

 

Hafney Maulana  lahir tahun 1965 , di Sungai Luar, Kab. Indragiri Hilir, Riau. Karya puisinya  telah dimuat diberbagai media massa daerah maupun nasional dan berbagai antologi antara lain:  Antologi Puisi Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta 1996), Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI dan Angkasa Bandung, 1997), Amsal sebuah Patung (Yayasan Gunungan, Yogyakarta, 1997), Antologi Puisi Makam (pusat Pengkajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu,Universitas Riau, Pekanbaru 1999), Antologi Puisi Jazirah Luka (Unri Pres, Pekanbaru 1999), Air Mata 1824 (Yayasan Pusaka Riau, Pekanbaru 2000), Resonansi Indonesia – Puisi dua bahasa Indonesia dan Mandarin (KSI, Jakarta 2000), Asia Throug Asian Eyes (CD-ROOM, Currikulum Corporation, Australia 2001), Dari Raja Ali Haji Ke Indragiri           ( Panggung Melayu, Jakarta 2008 ), Melautkan Aksara Dalam Perahu Kata (Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Propensi Riau, 2005), Menjaring Cakrawala (Komunikasi Puitik Dunia Maya: Penerbit Wahana Jaya Abadi, Bandung 2010), Akulah Musi (Antologi Puisi Pertemuan Penyair Nusantara. V, Palembang, 2011),  Antologi Serumpun ( Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Propensi Riau, 2012), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI) Jambi 2012, Antologi Puisi Dua Bahasa enam Negara “Secangkir Kopi” (The Gayo Institute  Aceh, 2013), Antologi Puisi “Serumpun” bersama penyair Brunai Darussalam, Malaysia, Indonesia, Singapura (Yayasan Panggung Melayu, 2015), Antologi Sonian Tiga Negara “Ombak Biru Semenanjung” (Kosa Kata Kita, Jakarta, 2016) The Universe Haiku Semesta (Pustaka Haikuku, 2016), 1000 Haiku Indonesia (Kosa Kata Kita, 2017), Antologi Puisi “Ayah Bangsa” (Rose Book, 2017), Antologi Puisi “Api” (Majalah Sastra Maya, 2017), Antologi Puisi Keempat “Kultur” (Sahabat Rose Book, 2018), Antologi Puisi Kebangsaan “Celoteh di Bawah Bendera” (Perkumpulan Rumah Seni Asnur, 2018), 1000 Haiku Indonesia Musim ke-4 (Kosa Kata Kita, 2018), Antologi Puisi 101 Penyair Nusantara “Marhaban Ya Ramadhan” (Perkumpulan Rumah Seni Asnur, 2018), “Membaca Hujan di Bulan Purnama” (Seri Sastra Tembi. Net 2019) dan beberapa antologi lainnya.

 

Kumpulan Puisi tunggalnya terkumpul dalam: Usia Yang Tertinggal (Batam Grafiti, 1996), Mengutip Makna Tamasya Purba (KBP, 2005), Ijab Kabul Pengantin ( FAM Publishing, 2012), 100 Sonian “Hujan Dini Hari” ( FAM Publishing 2016), Nikah Hari (Probi, 2016), “Memetik Cahaya” (FAM Publishing, 2017)

 

 

Menerima Anugerah Pemangku Seni Tradisional bidang Sastra dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, tahun 2014.

Pemenang Puisi Terbaik dalam Antologi 1000 Puisi Guru Asean, tahun 2018.

 

Sekarang menetap di Tembilahan, Riau sebagai Pengawas Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kab. Indragiri Hilir, Riau.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler