Skip to Content

PUISI-PUISI APIP MUSTOFA

Foto SIHALOHOLISTICK

SEEKOR BURUNG DARA TUA

Burung dara di ranting kering
Mengelus kilau bulunya
Awan di atas seperti terbaring
Merenung arah tujunya
Burung dara melepas pandang
Arah mana angin matinya
Kalau sekali daun bergoyang
Ia rindu akan jantannya
Alangkah sunyi langit senja
Dijaring sinar mentari tua
Ujung hari betapa dukanya
Alangkah sunyi hati menanti
Dijaring rindu seorang diri
Ujung usia kian menepi

 

TUHAN TELAH MENEGURMU

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anak-anak yang kelaparan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung-raung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang

adakah kaudengar?

 

NYANYIAN TENTANG TUHAN

alangkah merdu kudengar Tuhan

dalam nyanyian orang sekarang

seperti lagu kasih sayang

yang dilepaskan orang bercinta

pada malam terang bulan

dan orang-orang yang mendengarkan

sama-sama bergoyang pinggang

tenggelam dalam alunan dendang

berjoget dengan lawan jenis bukan muhrim

 

duh, kiranya Tuhan telah disejajarkan

dengan dara jelita angin dan bulan

dan orang-orang telah tidak menghiraukan lagi

sama Tuhan Maha Suci

melainkan hanya alunan lagu yang mengundang

            berahi

 

alangkah merdu kudengar Tuhan

dalam nyanyian orang sekarang

hanya dalam nyanyian

hanya dalam nyanyian

Desember, 1975

 

DALAM MASJID

aku berusaha menetapi

lima kali dalam sehari

di depan mihrab memasrahkan diri

ke dalam hening suci

ke bawah keagungan abadi

 

kulebur seluruh

dalam sujud dan bersimpuh

tapi sia-sia kukenang dosa

dalam lajur-lajur usia

 

dalam hening suci

aku hanya berhasil mendapati

sebatang jarum yang kemarin hilang

sejumlah hutang di warung-warung

wajah istriku yang murung karena harga beras

                                                membumbung

rengek anakku minta dibelikan layang-layang

 

                                aku berusaha mengenang seluruh dosa

                                dalam hening suci

                                untuk memohon ampun abadi

                                tapi senantiasa sia-sia

karena bayang-bayang nestapa

senantiasa menggoda

Merdeka Selatan 17-12-1975

 

 

ARIFIN C. NOOR

 

KEPADA ADIK-ADIKKU
Karya : Arifin C. Noor

Adik-adikku yang manis
janganlah bertanya kemana ibu pergi
sebab ibu tak pernah pergi
dari rumah kita

Adik-adikku yang manis,
ibu akan selalu bersama kita
tidur dalam satu ranjang dalam satu pelukan
dalam dongeng-dongeng yang menyenangkan
tentang suara

Adik-adikku yang manis,
janganlah kalian menangis
tak adalah yang patut ditangisi selain dosa-dosa kita
adapun ibu tak akan pernah pergi
dari hati kita
Bersyukurlah kita sebab kita akan selalu mengenangnya

Adik-adikku yang manis,
potret yang terbaik, potret yang tercantik
adalah yang tersimpan dalam hati kita
“Terima kasih, Tuhan”
Ucapkanlah kalimat itu, sayang,
sebab pada hari ini Tuhan telah selesai membangun rumah terindah
buat ibu
dan kita
Amien.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler