Skip to Content

PUISI-PUISI ASLAN ABIDIN

Foto SIHALOHOLISTICK

WALENNAE

ketika senja turun dan

cahaya menyerbuk di antara pohon-pohon

lontar, aku kenang sungai ini sebagai lengkungan

taman para bissu, gaib dan sunyi.

 

di tepinya, gadis-gadis mandi dan pulang

menjunjung tempayan bersama gairah

dan aroma kewanitaannya yang mengembang

dari kembannya yang basah.

 

"di sungai walennae kasihku,

adakah kau tahu, mengalir cintaku padamu,

tenang dan dalam."

 

ketika ujung-ujung ilalang meliuk

melambai kepada senja, dan bangau di pucuk-

pucuk bambu bersiap masuk sarang, di setapak

menyusur walennae, lelaki-lelaki memikul tong

bambu pulang dari menyadap nira.

 

"rumah kami di kaki bukit, beratap ijuk

dan dapurnya selalu menguapkan aroma gula,

mampirlah bila ada waktu. kami pantang tak

bersikap manis kepada tamu."

 

saat malam mengurung dan

rembulan mengapung samar di permukaan

walennae, di langit yang kelabu

terdengar jerit elang, seperti rindu

yang perih dan jauh.

 

di rumah-rumah beratap ijuk,

di atas balai bambu, gadis-gadis menggeliat:

teringat dongeng tentang pangeran baik hati

yang dikutuk penyihir jahat jadi buaya di

sungai walennae.

 

"di walennae kasihku, aku terperangkap janji

yang tak mungkin aku tepati."

 

di antara hening daun ketapang tua

yang berguling lepas dari rantingnya,

walennae merayap ke laut. di dasarnya aku

hanya dapat mengenangmu,

mengawasimu setiap pagi dan sore ketika mandi,

menunggu saat aku menjalani

kutukan: menerkam dan menelanmu.

 

"di sungai walennae kasihku, adakah kau

tahu, mengalir cintaku padamu:

suci dan terluka."

 

makassar, 2001

- walennae: sungai terpanjang di sulawesi selatan

- bissu : waria pemimpin upacara animisme di tanah bugis

 

 

TAK ADA YANG MENCINTAIMU SETULUS KEMATIAN

ketika engkau

lahir dan ummi shibyan mencubitmu

agar menangis pertanda hidup, bersama kilau

cahaya pertama yang menyusup ke biji matamu,

kematian datang menjelma bayanganmu

agar dapat terus mengikutimu.

 

ia menguntitmu ke mana pun engkau

pergi. ke puncak gunung tertinggi atau

ke palung laut terdalam. sepanjang hidupmu

ia bertengger lekat di tengkukmu.

 

meski tak mencemaskanmu,

ia bergidik-menyeringai juga ketika engkau

menatap jurang yang dalam.

 

meski ia agak gemetar pula,

tapi suka menggodamu ketika

engkau menyeberang jalan yang ramai.

 

tak seperti lelaki murahan atau

perempuan hidung belang yang telah menipumu,

ia setia, tak pernah ingkar janji, dan selalu

tepat waktu.

 

ketika engkau berteriak girang

atau terpekur sedih setelah lelah bertualang

ke lekuk-penjuru seluruh bumi, kematian akan

berdiri tersenyum di hadapanmu.

 

ia merentangkan

tangan memperlihatkan

rahasiamu yang selama ini ia simpan sambil berkata:

"tinggal kematian petualangan yang tersisa."

 

tak ada yang mencintaimu setulus kematian.

 

2003

- ummi shibyan: iblis yang mencubit bayi hingga menangis ketika lahir

- "tinggal kematian petualangan yang tersisa": ucapan james hook dalam film peter pan

 

 

GADIS KURBAN

- sejak ayahnya

ditemukan telungkup di atas tubuhnya,

ia tak pernah lagi dapat bicara -

 

gadis bisu berbaju biru, bibirmu ungu

nasibmu haru.

 

kita bertemu tak sengaja di sebuah

pagi pemotongan kurban yang gerah.

 

aku mengisahkan padamu

tentang ibrahim, bapak agung dari

ur. "tuhan pernah nyaris membuatnya jadi

pembunuh anak sendiri."

 

kau menatapku miris,

matamu membendung begitu banyak tangis.

 

kisah panjang kemuliaan

kaummu menjadikan kau sesembahan,

juga bencana dari pualam tubuhmu saat dijadikan

jadi altar persembahan.

 

celakalah lelaki karena menyatu cinta

dan birahinya, ia penyembah juga pemangsa.

begitu pula aku yang terus terkenang

pada matamu: seperti telaga yang menimang

wajah bulan di malam-malam purnama.

 

gadis bisu berbaju biru, bibirmu ungu

nasibmu haru

 

daging kurban di tanganmu, untuk siapa?

 

2003

- ur, konon negeri muasal ibrahim, sekarang masuk wilayah irak.

 

KAWAN BERBAGI KEABADIAN

aku dan sajakku adalah kawan

berbagi keabadian. aku membayangkan

diriku membacanya kelak di taman

firdaus: tempat semua mimpi terlahir.

 

aku dan sajakku adalah kawan

berbagi keabadian. ia membayangkan

dirinya terukir indah di batu nisan

makamku: tempat segala mimpi berakhir.

 

lalu di ufuk mataku yang makin sunyi,

senja pun jatuh dan mengelupas jadi

gelap. hingga lahat dan akhirat, ahli

warisku yang pasti, membagi

mayat dan nyawaku.

 

sesekali, kau mungkin akan

ziarah pada nisan dan sajakku. dan

membayangkan mungkar menyiksaku

di neraka: mengerat kemaluanku.

 

aku dan sajakku adalah kawan

berbagi keabadian.

 

makassar 2003

- "kawan berbagi keabadian," kalimat akasha dlam film queen of the damned

 

 

SAJAK PENGANTAR JENAZAH

bersama selafal talkin dan selembar kafan, aku

bawa sebujur jasad kaku ini padamu.

 

wahai tanah lahat, terimalah

ia sebagai petualang yang menyerah

pulang setelah mengembara jauh bersekutu

dengan air, api, dan udara untuk mengkhianatimu.

 

dengan hati tergenang cuka dan tubuh

sekujur gemetar, aku surukkan mayat beku

ini ke liangmu.

 

wahai tanah lahat, terimalah

ia sebagai darah dagingmu yang telah

lari dari rumah dan lama kau nanti

untuk kau dekap dan urai ke azali.

 

wahai tanah lahat yang dingin dan

gelap. kelak, di waktu yang mungkin

tak jauh dari sekarang, diiringi pengantar jenazah

yang lain, aku pun pasti datang padamu: menagih

seluruh janjimu.

2002

 

MALAM PENGANTIN

di luar kamar, suara samar

orang bercakap beranjak lipur.

 

di dalam kamar,

sepasang pengantin perlahan lebur.

ranjang seperti telaga dengan debur

tertahan, hati bergemuruh debar.

 

dalam dirimu, setangkai bunga

padma yang menyimpan mutiara

pun mekar, basah dan bergetar.

 

kau telusuri batang kodratku yang

panjang, dan aku masuki lorong

takdirmu yang dalam.

 

di luar jendela, embun

dan cahaya bulan menitik dingin.

parepare 2002

 

ADA YANG TERTEMBAK DI HALAMAN KITA

suara tembakan di televisi

mengguntur hingga ke jendela. tetapi

terlambat, selalu saja kita terlambat

menutupnya. aroma mesiu dan mayat

terbakar selalu lebih cepat menampar

wajah kita, hingga bibir

kelu membiru.

 

ada seorang yang melintas

tertatih di halaman, menjerit-miris:

"tolong, aku tertembak!" dan di depan televisi,

kita hanya tersenyum kecut, seperti

dilakukan penonton

televisi yang lain.

makassar 1994

 

TAHUN BARU, SELAMATKAN JIWA KAMI

penghujung tahun selalu saja sama di

kota kami. gerimis di sepanjang hari,

kelip lampu natal di etalase pertokoan,

dan polisi menarik pungli di pojok jalan.

 

di pantai losari, kami ramai berkumpul.

jerit parau terompet, kembang api mungil

di tangan anak kecil, dan pidato pejabat

menjemukan, memulai pertunjukan dangdut.

 

lembar almanak tahun lama segera tamat.

kami menganga menghitung mundur menit

ke titik nol dan memandang api suar

yang ditembakkan ke udara yang samar.

 

seperti meminta pertolongan ke penguasa

jagad: wahai waktu yang bergulir, bawa

pergi nasib kami yang getir, hidup kami

yang terpuntir dihajar sepi.

 

penghujung tahun selalu saja sama di

kota kami. gerimis dan pungli polisi,

jerit terompet dan pejabat menjemukan,

kami yang disuap dangdut memabukkan.

makassar 2003-2004

 

 

RAKYAT PERAH

tiba lagi saatnya para komplotan

pemerah dan penunggang itu datang.

mereka berpawai menguasai jalanan

dan bergerombol memenuhi lapangan.

 

mereka datang bergemuruh sekali lima

tahun, seperti wabah berkala. mereka

membujuk kami agar kami pilih jadi penguasa.

mereka beri banyak janji, dan selalu saja

kami percaya.

 

"pilihlah kami, pilihlah kami!" kata

mereka sambil mengacungkan tanda

gambar ke wajah kami dan menyihir kami

jadi pengikut. kami pun berubah jadi sapi

atau kuda.

 

kami kini adalah perahan

dan tunggangan. tapi tak akan

mereka dengar lenguh keluh kami, tak

akan mereka dengar ringkik

rintih kami.

 

kamilah bangsa sapi dan kuda

yang paling setia di dunia.

 

"keadilan dan kesejahteraan ada

di tangan kami!" kata mereka

ramah: wajahnya bersih matanya

jernih, tanduknya gagah taringnya

putih.

 

kami pun memilih mereka:

para pemimpin yang agung, junjungan

kami yang selalu jujur dan benar.

 

kami tahu semua janjinya

tulus dan ikhlas: murni keluar dari lubuk

duburnya yang paling dalam.

2003

 

 

MEMANG, SEPERTI KATAMU

memang pertemuan itu sepele saja.

seperti dusta yang tak terencana, atau suara

tawa yang iseng. seperti katamu. tapi mengapa

tertinggal rindu yang memekik bagai suara

tuter yang ditekan tak sabar?

 

memang cinta itu masih ada.

seperi katamu. tapi pada bagian mana

di hati kita ia tergeletak?

 

percintaan kita sebentar saja memang.

seperti katamu: bagai lolong anjing

di kejauhan. hanya untuk kita merapatkan selimut.

atau denting tiang listrik yang dipukuli orang

di ujung gang, sekadar untuk memperjelas larut

 

tapi mengapa kita

mencari-cari tempat melambai ketika

berpisah?

 

memang pada saat itu, kita tak berkata apa-apa.

makassar 1996

 

GENERASI BATU

hujan batu kembali turun di kota kami.

memecahkan kaca jendela, menghancurkan

bola lampu, dan mengotori bak mandi.

 

orang-orang menyambutnya dengan

memasang kecemasan di pintu. hujan batu selalu turun

di kota kami, membawa orang-orang berwajah

hijau yang membunyikan sirene kebakaran. mengubah

angin jadi debu, membuat air mengalirkan darah.

 

di kota kami, rasa benci

dapat kami pesan di kantin-kantin, di laci

meja para pegawai, dan di kantong para pejabat. kami

telah memecahkan cermin di meja rias kami

untuk melongok ke dalamnya mencari-cari

wajah sendiri. tapi hujan batu selalu turun di

kota kami.

 

kami memasang atap yang dibuat para tentara,

di bawahnya kami sembunyi, pacaran, menikah,

dan bercinta. kelak anak-anak kami akan punya

kenangan tersendiri kepada kami:

para generasi jaman batu.

makassar 1995

 

LIRISME BUAH APEL YANG JATUH KE BUMI

pada suatu tengah malam, seusai menikmati

gravitasi di atas tubuhmu, kita bercerita tentang

newton dan buah apel yang jatuh ke bumi.

 

"jangan tinggalkan aku, apalagi di bumi ini,"

katamu dengan kerongkongan kering.

 

tapi tuhan adalah penguasa

atas kemurungan dan keriangan. dan dengan selera

humornya yang aneh, melerai cinta kita.

 

dan inilah kemurungan itu kekasih. kau

pergi bermil-mil dari lukaku. sementara aku

harus beranjak dari seluruh kenanganku tentangmu.

 

"jangan tinggalkan aku, apalagi di bumi ini."

 

masih aku kenang itu sebagai

lirisme yang jauh. juga tuhan, pencipta tragedi

dan komedi. dan sang waktu kekasih, kini tengah

mengincar jasadku untuk dia urai jadi tanah.

 

"suatu saat kelak, seusai lelaki

lain menikmati gravitasi di atas tubuhmu, maukah

kau mengenang buah apel yang jatuh ke bumi?"

makassar 1999

 

SAJAK UNTUK SEBUAH JALAN

akan ada saatnya, kami turun ke jalan.

menorehkan luka di tembok-tembok, menjeritkan

ketakutan-ketakutan ke langit, atau mungkin

sekadar memukuli tiang-tiang listrik.

 

mungkin akan ada saatnya kita bersama turun

ke jalan. melihat perempuan-perempuan

yang menjinakkan nasib buas dengan mengangkangkan

kedua paha.

 

melihat lelaki-lelaki

kurus pulang tengah malam sambil menendangi

kaleng-kaleng kosong -- sementara istri-istri mereka di

rumah, dengan bajunya yang longgar, terisak menyusui

harapannya.

 

mungkin akan ada saatnya

kita bersama turun ke jalan. bukankah cinta

kasih dapat membuat kita lebih dekat, meski

kita dipenjara tembok-tembok? lihatlah, di jalan ini

aku begitu takut lelah mengibar bendera,

aku begitu cemas jenuh berteriak merdeka.

 

semoga akan ada saatnya kita bersama turun ke jalan.

mendengar percakapan seorang penyair dengan

seorang bocah yang menggambar di pasir:

 

"siapa yang kau gambar, dik?"

"aku menggambar ayah."

"tapi mengapa bertanduk dan berkaki empat?"

"entahlah, aku memang tak pernah melihatnya."

 

lalu si bocah kembali bermain:

berlari mengejar debu.

makassar 1993

 

PROMETHEUS

- buat seorang perempuan asing

 

di pelabuhan

yang dikepung melankoli - di antara bau bacin

dan cemas kecopetan - aku lepas kau ke negerimu di

utara. aku cium pipimu kiri-kanan; angin berkesiur di

telingaku. aku tepuk pundakmu; angin menggerai

anak-anak rambutmu.

 

"aku suka negerimu. tapi aku

tak ingin tinggal. aku takut harus memeluk satu

agama, dan percaya bahwa surga ada di akhirat

aku ingin kembali ke negeriku. tempat

surga sedang dibangun," katamu.

 

di sudut pelabuhan,

tertambat sebuah kapal peti-kemas, tua dan

kesepian. di rusuknya ada tulisan berkarat:

navieras de puerto rico. mungkin pengangkut

rempah-rempah atau budak, apa bedanya.

semua bangsa rasanya telah menjelma

penjajah di kepalaku.

 

juga laut di depan mataku, seperti

kemaluan seorang pelacur: menganga dilayari

kapal-kapal dan lelaki-lelaki ke negeri-negeri

jauh.

 

"ikutlah ke negeriku," bujukmu. "di sana - bahkan

setelah tua sekalipun, di setiap akhir tahun -

kau masih dapat jadi sinterklas, membayangkan

dirimu naik kereta salju yang ditarik kijang bertanduk

panjang dan menipu ribuan anak-anak."

 

tapi kapal yang meraung bagai

monster kesakitan itu telah membawamu.

seperti kau, aku ternyata tak melambai.

tak ada yang hilang apalagi kosong di dadaku.

 

aku hanya tiba-tiba merasa ingin seperti

nuh: menjadi satu-satunya nakhoda yang berlayar di

atas bumi yang tenggelam.

makassar 1998

 

TENTANG ASLAN ABIDIN

Aslan Abidin lahir di Soppeng, Sulawesi Selatan, pada 31 Mei 1972. Menyelesaikan kuliah kesusatraan di Universitas Hasanuddin Makassar 1997. (Saat buku ini diterbitkan) mengerjakan tugas akhir sebagai mahasiswa pascasarjana UGM Yogyakarta. Pernah bekerja sebagai redaktur di Harian Pare Pos, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat di Makassar. mengetuai Masyarakat Sastra Tamalanrea (MST) Makassar. Karya puisinya banyak tersebar di berbagai media massa dan antologi puisi bersama, juga sering mengikuti / diundang dalam even-even kesusastraan.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler