Skip to Content

PUISI-PUISI BENI SETIA

Foto SIHALOHOLISTICK

TENTANG BENI  SETIA

 

Beni Setia lahir di Soreang, Bandung Selatan, 1 Januari 1954. Mulai menulis puisi setelah menyelesaikan pendidikan di SPMA Soreang. Menulis sajak, cerpen, esai dan kritik sastra dan resensi buku yang dimuat di beberapa media cetak, seperti Kompas, Berita Buana, Pikiran Rakyat, Sinar harapan, Surabaya Post, Horison. Karyanya juga termuat dalam beberapa antologi bersama. Demikian bunyi riwayat hidup pengarang di buku tersebut, tentu sekarang, setelah lebih dari 20 tahun sejak cetakan pertama, telah beberapa buku pula dapat diterbitkan. 

 

di trotoar bersama orang pulang kerja

aku jadi orang ketiga. Juga bagi diri

 

bersama. Berjalan dan membayang pada etalase

aku merasa tak bersama dengan yang mengada

pada kaca. Dengan galauan dan gegasan kota

 

orang-orang bergumam, orang-orang membungkam,

orang-orang tak saling menandai. Aku menangis

 

terkadang seperti ada yang mengawasi dari langit

menyimak dengan kebisuan tak berperasaan

dengan dugaan-dugaan asyik dalam benak

 

di trotoar ada yang berjalan-jalan. Melangkah

dan meludah. Melangkah dan meludah

1980

 

kawat telepon. Hubungan gaib

antara kita. Sebaris angka

dan selepas ‘apocalypse now’

engkau membereskan ranjang

 

“aku suka kamu” katamu

“sungguh?” bisikmu

 

ruang yang mengurung itu

bermakna sandang pangan

waktu dan cinta pun

berdenyut

sendiri sendiri sendiri sendiri

 

“aku akan menelepon” katamu

“cerewet!” teriakmu

 

menagement hotel menghadirkan

sarapan. Telor dadar dan kopi

di dinding. Siapa yang iseng

mencatat

nama nama nama nama nama nama

 

saat pun usai. Mengapa

tak ada yang tersisa?

1980

 

gedung-gedung menyuruhku mencari hawa

segar dan belukar buat kulit. Jalanan

merampas waktu, menghancurkan teduh

 

“kapan kita bisa bercakap?” katamu di telepon

lucu! Bukankah kita sering ingin sendiri?

bebas ke sana bebas ke sini. Bebas ber-apa

 

“tapi kita ingin apa?” bisikmu. Bar dan diskotik

gereja dan pendeta dalam batin. Pesta-pesta

adalah upacara pertobatan

 

lengang dalam kepekakan. “Kapan” katamu,

“kita bisa bercakap”. Lucu!

: apakah itu perlu?

1982

 

pohon-pohon menggosok-gosokkan kulit musim dingin

riap pucuk-pucuknya. Rontok kuning-kuning daunnya

bayang-bayang, seram, mengancam

 

“jalan yang panjang,” kata lelah, “ya, apa namanya?”

Dua-puluh satu tahun dihabiskan untuk mencari

Bertanya-tanya -- berulang-ulang ditempeleng bosan

 

rumah-rumah menyimpan ramah. Wahai, lengking bayi

dan erang ibunya. Runcing-runcing cucuran hujan

pening berseliweran. Berseliweran

 

“nvanvikan sebuah samba,” kata arak. Mobil dan motor

meraung di tikungan. Pelacur sakit selangkang batuk

: siapa berjejer di ujung gang?

 

pedang panjang! Angin musim dingin menggelisir

“Tuhan!”

-- aku masih ingat kamu. Heran

1982

 

berapa kali kita kehilangan dalam menanti

jam berdetik, angin menghembus

dan debu menyerbu jendela. Tahankah

melihat usia melenggang lewat?

 

deretan kenangan makin lama makin panjang

pondok-pondok kecil, taman-taman mungil

penuh kehidupan. Kini, di sini, senantiasa

“selamat pagi, selamat berhari baru”

 

o, pondok-pondok kecil, taman-taman mungil

sebagian jiwa kita, terjangkar

di kini. Kekal

di sini

1982

 

 

seperti baru kemarin aku menjejakkan kakiku

pada lumpur yang kini kekal di museum

5.000 tahun yang lalu di Mohenjo-Daro

tidak salah lagi

dan seakan-akan setiap 100 tahun aku lahir

di tempat lain dan mati

di tempat lain lagi. Senantiasa

tanpa sadar

 

melakoni jalan-jalan serupa, menempuh jalinan

yang sama. Menuruni jurang, memanjat

tebing. Melayari laut Selatan

berulang-ulang, dan senantiasa dikurung

lengkung langit. Menyerah dalam lelah,

mati dan lahir lagi di tempat lain

dan kembali ke sini dan kembali berbuat

begini. Dengan tanpa sadar

 

dunia ternyata cuma dirambati ketidakmengertian

tubuh hancur dan utuh lagi. Roh dikumpulkan

di pinggang Adam. Termangu dan dungu

buta dan pekak oleh denyut waktu

terpisah dari segala peristiwa, terpisah

dairi setiap ingat. Menggelepar dalam ruang

sempit. Terkapar

mabuk kekinian

 

kita dikurung dalam peristiwa dan ruang

yang melulu itu. Alpa dan tak mau tahu

: tidak diberi tahu! Diikat dan dibimbing

naluri tunggal, dan senantiasa berbuat

sama. Dijebak fatamorgana, dan sadar

kita tercecer-cecer. Lesu. Buntu

tak mampu menyimak

Sejarah Kemanusiaan

1983

 

sticky fingers. Jari-jari logam bergeser pada snar

gitar listrik. Pengeras pun mengumandangkan gaung.

Di kamar: Pada pendengaran minor menetas. Engkau

menangis. “Bagaimana agar kita bisa bahagia?” Itu!

Sebuah lengkingan. Hantaman drum. Derap langkah di

lorong. “Musim rontok, musim rontok” teriak pastor

dan kita pun jadi daun gugur, dan terpusing-pusing

dalam jurang musim dingin

 

“O!” lenguhmu - jauh. Pelan dan pilu. Jauh. Jauh!

Ya. Meski kita saling menatap. Meski kita saling

mengusap. Nyatanya kita hidup sendiri-sendiri. Ya!

Engkau rindu Katmandu. Aku rindu Greenwich Village.

“Kita berpisah saja” teriakmu. Dinding mengangguk.

Aku menggelinding bersama Rolling Stones. Terkapar.

Hitam bagai Jimi Hendrix.

Hitam

1982

 

kita tidak sedang menunggu. Lepas dari kefanaan

dan meluncur masuk keabadian. Meski mungkin

akan tetap menderita. Senantiasa, di sini,

dalam kekal. Kita tidak hidup

dalam waktu. Kita tidak dipertemukan

oleh umur oleh waktu. Oleh saat yang sama

di sini di dunia. Kita diikat ruang

dan jarak. Keterkurungan

dan keterpencilan

dan lambaian

kebersamaan

 

mari kita rubuhkan benteng, mari kita bakar

pagar-pagar. Jalan-jalan berentangan, membentang

hingga seluruh hamparan senantiasa bermula

dari manusia dan berakhir pada manusia

dan berjuluran ajakan dan berjuluran

keakraban. Mari kita melabur dinding

dengan warna kuning gading

dengan warna hijau muda. Dan bukan

warna merah, atau putih, atau hitam!

mengubur kunci dan grendel. Melebur besi

dan menjadikannya genta

kumandang bening

dentang kasih

setiap saat

 

senantiasa tersenyum. Senantiasa menyapa

dan mengajak singgah. Menunjuk istirah

dan membicarakan pekerjaan

bersama demi kebersamaan

bersama-sama

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler