Skip to Content

PUISI-PUISI EKA BUDIANTA

Foto SIHALOHOLISTICK

SEEKOR BURUNG CAMAR

hari pertama:

di dalam sangkarnya besi

burung itu bernyanyi dalam hati

sambil menanti

kekasihnya sebentar lagi

membukakan pintu

lalu mengajaknya terbang

tinggi-tinggi

 

hari kedua:

di dalam sangkarnya yang kuat

burung itu ingin berkhalwat

mohon ampun atas segala dosa

dan berdoa sekhusuk dapat

 

hari ketiga:

di dalam sangkarnya yang kukuh

ia merasa tak perlu mengeluh

sebab tanah terjanjinya terasa

tiada terlalu jauh

1976

 

 

ODE UNTUK GOYA

Goya telah pergi

ke lembah asing dan gua-gua

Goya telah pergi

jauh menuju bapanya

 

Goya telah pergi

mengembara di padang-padang sunyi

Goya telah jauh

tinggal jejaknya yang abadi

1977

 

PANTAI KOTA DI MALAM HARI

pelabuhan itu kelihatan

sayup-sayup dan sunyi

ketika sinar matanya yang rindu

dan penuh pengharapan

memandangnya dengan cahaya

lampu sepasang kunang-kunang

1976

 

JAKARTA 1977

di bawah silang-silang kebosanan

tubuhku terlentang menghindari gemuruhmu

deru jeram yang akhirnya tak usah kurisaukan

adalah bising nadimu

 

VILLA VIOLETA

aku tidak lagi merasa berjalan di bawah bulan

melintasi lapangan mencumbu seorang perempuan

tapi sendiri di antara barisan pohon kenari

kala lampu-lampu kota sayup-sayup memanggil sunyi

 

di beranda rumah kecil yang jauh

seorang kapten berbincang dengan tamunya

danau di hatiku terasa teduh

dua bait puisi meluncur di atasnya

Bogor, 14 Nop 1977

 

SELINGAN

selembar langit usang

berkaca di wajah danau tua

sejenak bergoyang-goyang

daun kecil gugur mengusik diamnya

sekuntum teratai mekar di hati

layu terkulai

tiada kusadari

1975

 

CERITA DI KEBUN KOPI

bunga-bunga putih

yang bisa dipetik sewaktu-waktu

telah membuat burung kecil itu

termangu

1978

 

CERITA DI KEBUN KELAPA

Di jantung malam itu

ia merasa mendengar

tangis seorang bayi di kebun kelapa

Tetapi ia tidak berani mengatakan:

bayi itu meronta-ronta

mencoba menghisap tetek ibunya

yang ditembus golok dekat dadanya

1978

 

TIDAK SETIAP TUNAS AKAN TUMBUH

tidak setiap tunas akan tumbuh

tidak setiap tumbuh jadi kuncup

tidak setiap kuncup jadi bunga

tidak setiap bunga jadi buah

tidak setiap buah akan masak

masakan tiap luka jadi bencana?

13 Jan 1978

 

SEBUAH PERJALANAN

kekasihmu telah pergi jauh

melalui liku-liku di pegunungan

menyusuri jalan pasir sepanjang pantai

penuh dengan sampan-sampan

yang kini tinggal siluet di hatinya

 

kekasihmu telah pergi jauh

bersama derasnya angin senja

dan sisa debu jalan mengantarkan

angin pagi yang lembut

membelai sayap-sayap merpati

berhambur terbang menuju mentari

 

kekasihmu telah pergi

bersama ombak bengawan yang kekal

mengenangkan hulunya yang dangkal

di sela-sela perbukitan rendah

tempat terhampar padang bunga

dan bunda terbaring di bawahnya

1977

 

PERJALANAN YANG TIADA TERSELESAIKAN

ada jalan dan barisan panjang menempuhnya

melalui abad-abad datang dan abad-abad lalu

ada semacam kerinduan menemaniku di sana

sebuah perjalanan yang tentram dan laju

 

melalui segala tanah rata dan bukit terjal tandus

perjalanan yang kudus tak henti-hentinya menembus

perasaanku pada perjalanan yang tiada terselesaikan

ialah perjalanan persahabatan sesama insan

1975

 

TENTANG EKA BUDIANTA

Eka Budianta lahir 1 Februari 1956 di Ngimbang, Jawa Timur. Pendidikan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Memulai karir sebagai penyair dan wartawan sejak tahun 1975. Menjadi wartawan majalah Tempo, Jakarta. Buku puisinya al: Bang Bang Tut (1976), Ada (1976), Bel (1977), Rel (1978), Sabda Bersahut Sabda (1978).

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler