Skip to Content

PUISI-PUISI INDRA TJAHYADI

Foto SIHALOHOLISTICK

ZIETGEIST

Kabut hening yang suram

Cahaya yang mendedas seluruh rasa pahit

Ekor-ekor seluruh ledakan rupa-rupa tangis

Orkestrasi-orkestrasi purbani

Malam yang berhenti

Dan memetakan perih pada nadi

Seperti maut

Dzikir yang gagal dirajah angin pada gerimis

Demikianlah, aku reguk setiap kekekalan dan sepi

Dan lewat segenap pekik yang tak tercatat pada gigil

Mataku menangkap seluruh pesona sunyi

Dan pada gairah-gairah yang menjadi belatung pada musim

Menuliskan kata-kata abadi

Katedral mayat-mayat

Orde seribu rasa sakit

Semangat bangkai-bangkai cacing

Aku yang tak pernah mengerti

Bagaimana kegelapan meledak

Dan kematian begitu mengagumkan serupa mimpi

Meski pada akhir sajak kita kerap bersicumbu dalam rintih

Membangun rumah-rumah peneduh sepanjang jalan matahari

Seperti apa yang tak pernah tersembuhkan

Dan burung-burung putih

1999-2000

 

EKSPEDISI WAKTU

Waktu berjalan menuju hulu, alangkah lambat

perjalanan angan yang bersinar

pada ruas redup.

 

Seperti awan yang mengapung telentang

di mana malam hanya tahu; hening.

1996

 

SETELAH MENGANTARMU

setelah mengantarmu

malam terasa begitu mencekam

detik-detik yang bergerak di dalamnya

pun terasa ikut menakutkan.

 

dua-tiga orang berjaga-jaga

dengan perasaan curiga

membangun percakapan dengan teror

teror dan isu-isu yang dipenuhi anarkisme

 

ada sejumput jantung

yang berderakan, di situ

melayang-melayang

dalam sergapan ngeri

 

tapi, sebuah kabar datang lagi

seperti membuat barisan polisi

yang berdiri di depan plaza

 

melahirkan peradaban

sambil menggeledah

tubuh manusia

1997

 

KISAH SEBUAH TAMAN

            sebuah taman

            sesekali angin datang menggoyang pepohonan

daun-daun yang kering terhempas di rerumputan

satu dua anak kecil berlari mengejar bayangan

                                    burung dan kunang-kunang raib:

                        entah ke mana

1998

 

DALAM TIDUR AKU KEMBALI MENGENANGMU

Dalam tidur aku kembali mengenangmu

Di luar, rumput-rumput begitu basah dan kuyup

Daun-daun menahan geletar embun

Bau-bau kabut menyeruak dan membeku

Tapi, aku masih ingin menjelma kanak-kanak

 

Kembali, memainkan layang-layang

Menerbangkan anak-anak kunang yang berkilauan

Sebab bilamana angin yang lesut itu

Datang dan menjemputku

Aku tak ingin terlampau luka

1998

 

GARIS-GARIS HUJAN

Garis-garis hujan menyeret mayatku

Gagak-gagak sekarat kembali

Dari setiap pertempuran

Memutihkan mataku.

 

Bersama gerhana

Mimpiku tandus

Arwahku berbiak

Melukai lengannya sendiri

Serupa belatung

 

Pengetahuanku murung

Dalam kekosongan cahaya berkabut

Udara beku dipermainkan sakratul hantu-hantu

Sepanjang taifun

 

Aku muntahkan peraupan

Peraupan kusam waktu-waktu –

Aku labirin bulan remuk

Garis-garis hujan menyeret mayatku

2002

 

TENTANG INDRA TJAHYADI

Lahir di Jakarta, 21 Juni 1974. Alumnus F. Sastra Universitas Airlangga Surabaya, staf pengajar di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Panca Marga, Probolinggo. Menulis esai, puisi dan cerpen. Dimuat di berbagai media massa dan buku kumpulan bersama. Buku puisinya Yang Berlari Sepanjang Gerimis (1997), Di Bawah Nujum Hujan (2003), Ekspedisi Waktu (2004), Suluk Orang Patah Hati (2009).

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler