Skip to Content

PUISI-PUISI JJ KUSNI (MAGUSIG O BUNGAI)

Foto SIHALOHOLISTICK

TENTU SAJA

tentu saja ada yang tak mengenal kemiskinan

sedang pahitnya kutelan sepanjang usia

maka namaku salah satu dari nama duka

 

tentu saja ada yang tak mengenal penindasan

beratnya orang dikejar diburu terhalau dari kampung kelahiran

sedangkan aku adalah buruan itu sendiri maka jadi kembara

 

nah, bukankah sejarah penuh tikungan

tajam dan mendadak di luar hitungan aljabar

hidup kadang seperti meja perjudian

 

tak ubah medan laga

kaya intrik kejam tanpa kasihan

kelanggengan sangat jauh dari padanya

 

tentu saja ada yang tak buta aksara tapi tak sanggup membaca

lalu mengambil jalan gampang malas bertanya

tak heran sebagai budak membunuh pun jadi

tak enggan. bangga!

 

penyair

kukira di sini kau dinanti

menarung kejahilan memanusiakan bumi

1990

 

REVOLUSI HIJAU

hijau padi hijau sawah dan ladang

mengira tercapai ramalan wayang

tiga empat kali panen setahun

derita si miskin makin menimbun

 

sesuap nasi melemparkan tanah

dibawa mimpi petani ke kota

menggelandang tak berumah

di tangan petrus mereka binasa

1990

 

KATA YANG Z. AFIF TAK UCAPKAN

pada dingin angin musim makin menggigilkan

ketika matahari makin jauh ke selatan

dibawa burung melepas diri dari tekanan kutub

pada pepohonan kian merontok dan dedaunan

bertaburan di aspal jalan dan taman

mata jeli kan tahu

dukaku tercatat di situ

duka dari orang kehilangan

kendati benar memang mendapat dan hilang

dua sisi satu matauang

bernama hidup

 

sejak remaja

kami -- afif dan aku bersama

menjelajah kilometer demi kilometer kembara tak

terbilang

dan bulan ini ia meninggal

di rantau semenanjung asing klayaban

aku juga masih klayaban mencari rumah tempat kembali

-- kami asing di mana-mana

asing di kampung

asing di negeri orang

 

barangkali kau katakan aku terlalu dungu

mengapa tidak bisa menggantikan Indonesia dengan

Prancis

mengapa Swedia tidak bisa menggantikan Indonesia

tidak bisa menggantikan aceh atau dayak

 

aku memang mengarungi harapan dari masa silam

di mana diri tertempa karena itu tanahair menjadi

bermakna

tanahair adalah tanah di mana kaki berpijak

udara langit yang dihirup paru

 

indonesia ada di belakang

indonesia juga ada di depan

laut di mana perahuku mengarung

sebagai indonesia dunia kugauli dan kukenal

indonesia dan diriku memang satu titik kecil peta bumi

tapi itulah diriku

maka dukalah jadi anak terhalau

mati di rantau

duka yang tak kau ucapkan

tapi kupahami, Fif!

 

dingin angin

dingin sungai

dingin jembatan sembilan

duka dingin menggigilkan

aku dingin di ruang kenangan

harapan dahan sempal

pohon tumbang

 

HUTAN PUN BUKAN LAGI DI MANA RAHASIA BISA BERLINDUNG

hutan pun bukan lagi di mana rahasia bisa berlindung

waktu akan bertutur membongkar segala cerita

orang-orang pun semua telanjang di kaca dunia

 

limapuluh tahun berlalu limapuluh tahun hutan katyn

menutup rahasia

15000 prajurit polan dimasakre di tengah rimba

50 tahun kemudian waktu memaksa kekuasaan terkuat

membuka suara menutur kebenaran

 

presiden dan para jenderal! ucapkanlah apa yang

kalian mau ucapkan hari ini

sumpah-serapah, pengagungan diri segala gelar dan

kepahlawanan

kekuasaan memberimu jalan terbuka menghitamputihkan

segala

 

tembaklah siapa yang mau kau lenyapkan kerena aral

melintang jalan

memang benar hutan, sungai, pasir pantai dan laut amis

bau busuk -- barangkali masih belum padan bagi

ketakutan membayang

maka dunia kau coba bungkamkan dengan hukum

kedaulatan

 

hutan, sungai, pasir laut memang terlalu pendiam

untuk berdemagogi

tapi lubuk terdalam sekali pun bukan lagi di mana rahasia

bisa dipendam

patner sejati kebenaran, waktu kan merentanghamparkan

segala

juga kau, juga kau dan masakremu yang mulia, juga

diriku

1990

 

GUA GAS DI TENGAH HUTAN

ada sebuah gua di tengah hutan, sebuah gua gas

kemudian penduduk desa menyebutnya "gua gas

berhantu"

karena di antara kemersik daun digoyangkan angin bulan

sabit

menggema suara jeritan dan pekikan menggelombangkan

subuh

 

memekikkan hidup indonesia

menyanyikan larik-larik internasionalisme

menyerukan nama-nama perempuan

barangkali ibu atau kekasih yang tak sempat dipamiti

 

malam itu bulan sabit 1966, angin lembut semilir, di

langit bintang berkedip

empat truk orang dipasung dikawal tentara bersenjata

empat truk orang-orang itu didorong ke dalam gua

jerit pekikan mereka membangunkan desa-desa

mengendap di lubuk jiwa tak tersetip waktu

 

menatap bintang memandang bulan mendengar angin

berdesir

sejak itu orang-orang kampung mendengar selalu jeritan

dan pekikan membahana

juga gemuruh truk-truk lalu dalam kelam dikawal orang-

orang berseragam hijau

tak hilang dari kenangan tak pupus dari sejarah

senantiasa menggugat pembunuh

1990

 

PINISI

dari tebing-tebing sungai pernah kutelusuri

pada bekas-bekas jejakku tak terhapuskan

pasang dan surut silih berganti

terbaca jelas tanda-tanda duka enggang terbuang

 

kalau sungai merah, yang tsekiang, danube, rhin atau

pun seine

tetap tak kuasa menambat perantau

artinya tanahair cuma kau

tak pernah tertukar karena hijau merahnya warna

paspor

 

tiba di muara sungai bertemu laut

ombak dan topan senantiasa mencoba

inilah hidup! dan pada pinisi bertebaran di atasnya

kulihat diriku

 

yang entah kapan lagi bisa merapat

masuk pelabuhan menjenguk kampunghalaman

sehingga kenangan menjadi buku catatan

kian menebal kian menebal

 

semenjak tahun-tahun pembunuhan

banyak orang disingkir

alam mencatatnya

negeri-negeri menampung mereka

 

hari ini maut berseragam itu masih saja mondar-mandir

berceloteh dan bermain dengan bedil

undang-undang negeri membalut mata peluru

presiden menjadi dewa republik jadi kerajaan

 

karena itulah aku sesungguhnya hanya pinisi

sejak itu dan sejak itu pinisi tanpa dermaga

sakitnya dan sakitnya, o, perempuan merah putih di

tangan

aku terlanjur terlalu mencintaimu

1990

 

MATINYA ARJO PILANG DI TENGAH MIMPI

berselimut kelam desa orang-orang berseragam

hijau dan hitam

bagai banteng mengamuk menyeruduk pintu gubuk arjo

pilang

di sisinya perempuan tersayang, keduanya bergandengan

menelusur mimpi dan hidup petani

 

di sawah, di desa

di kebun tebu dan tembako

bergandengan arjo pilang dan istrinya

 

wangi bunga tembako bulir-bulir padi

wangi kembang tanjung, kembang kemuning

wangi kembang di hati arjo pilang dan perempuan kekasih

sampai ke hatiku

 

orang-orang berseragam hijau dan hitam malam

purnama itu

menghunus pedang mengkilat tajamtajam seputih perut

ikan katingan menyerbu bagai hewan

pedang itu kemudian mengerat leher arjo pilang dan

buah hati

 

tanpa suara atau kata penghabisan kecuali gelepar

terpisah sudah kepala dan badan arjo pilang dan

perempuan hamil janin mereka

desa makin sunyi purnama dan angin gemetar

menyingkir ke subuh

 

arjo pilang dan mbok warti keduanya anggota bti*

pernah aku mereka suguh sepiring tela di masa aksi**

kukenal mimpi kutahu hidup mereka - mimpi dan

hidupku yang sederhana

1990

* bti, barisan tani indonesia, organisasi petani terbesar pada masa Soekarno

** aksi, gerakan aksi sepihak untuk melaksanakan UUPA dan UUPBH -- undang-undang tentang perubahan agraria yang dilahirkan pada masa pemerintahan Soekarno

 

KETIKA LIDAH TAK LAGI BOLEH BUAT BERKATA

tadinya rambut yang memutih kini mata mulai rabun

sedang ketika berangkat dulu bagai hutan dia riap rimbun

bagai mata elang ia sigap menangkap yang merayap

dilindung daun

dan aku masih saja di perjalanan tak ke kampung sudah

menahun

 

menjadi orang terbuang dari tanah sungai pengasuh

tak ubah kerakap tumbuh di gunung batu

musim datang silih berganti menggaungkan di kalbu

panggilan matahari dan alam bertalu-talu

 

apakah aku berubah dari kasihku

apakah aku bukan lagi yang dahulu

indonesia kembang wangi kembang kemuningku

di hatiku mekar tak berwaktu

 

lihatlah, o, kampung halaman, kalian tentu sejak lama amat

paham

cinta mematang di alur waktu berarus riam

cinta jugalah yang mendesakku tak bisa diam

langkah tak henti berjalan tangan tak henti mengayun

menjawab tantang

 

terbuang aku, terbuang aku dari kalian, wahai sungai

dan hutan kelahiran

terbuang anak enggangmu, anak naga hilang lubuknya

di sini kita tak boleh lagi membuka mata

lidah tak lagi boleh buat berkata

 

rantau tak mengubah kasihku

aku masih saja aku

masih saja anakmu dahulu

amis darah angkasa pembunuhan

wangi kemuning wangi cintaku

1990

 

KEPADA PENYAIR AGAM WISPI

1

terasa padaku ada kesunyian besar mengisi ruang

ketika tidak lagi mendengar langkah dan suaramu

dahulu biasa tingkah-meningkah sahut-menyahut

dengan badai laut kampung pasir menghampar

karena jiwamu sepeka permukaan sungai

gampang beriak disentuh peristiwa demi peristiwa

apalagi kesewenang-wenangan

pasang merendam negeri

 

2

aku ingat benar dahulu

betapa puisi kau jadikan jari-jari terkepal

membentuk kepalan pertarungan

menyerukan orang-orang tidak menyerah

bertahan dan memenangkan tiap inci kehidupan

seperti tanahair dan hidup pun selalu menyeru

menuntut kehadiran penyair di jengkal-jengkal pergulatan

mandi darah

 

3

semestinya karena penyair

dan kukira itu juga yang kau mau

penyair itu manusia yang tak bisa mati

sepanjang darah mengaliri nadi

maumu memang penyair

orang paling terdera sebagai manusia

pantang menyerah tapi aku pun menundukkan kepala

memandangmu mengerdip kepadaku berkata:

"bung, aku kalah, dikalahkan waktu yang menohok

tenagaku"

 

wispi, masih kudengar suara dan langkah-langkahmu

dahulu sambil melangkah aku menyusur jalan sunyi kita

bagai sediakala senantiasa siap menghadap apapun yang

menyergap di tikungan sementara kau masih saja

mencandaiku dengan pertanyaan hari ini apa siapa lagi

yang hilang dari hatiku, waktu akhirnya mamtangkan

kepahitan demi kepahitan jadi buah-buah manis ranum

ranumnya o ranumnya di pohon kenangan

 

4

tanahair dan hidup

tak kelebihan penyair, bung!

sering dihina

tapi tetap diserukan

dan kau tentu saja masih bersanjak di hati

kendati jemarimu sudah tak kuasa menulisnya

karena penyair memang

orang yang sanggup meleceh mati

 

KUTERIMA MATI TETAP SEBAGAI PEMBERONTAK

seperti bayang-bayang menguntit

kemiskinan dan maut di sampingku

perempuan tersayang bertahun bersamaku

makan dan minum dukaku

siang-malam diusik kegundahan

mengaburkan segala

karenanya aku pun ragu mengucap cinta

 

malangnya tetap saja tak kuterima tanahair dijual

tetap saja kuingin kita menjaga harkat dan martabat

tetap kuyakini hidup layak semua penduduk bukan khayali

malangnya ketetapan begini mengundang petaka

membunuh jutaan nyawa

aku pun hanyut dari muara ke muara tanpa lagi tepian

berlabuh

 

tak kukutuk orangtua melahirkan pernah memberontaki

jepang-belanda

tak kukutuk siapa pun telah mengajarku kenal kehidupan

kampung-halaman

mengenal harapan-harapan terbanting orang desa dan

gubuk-gubuk kota

karena kurela mati tetap sebagai pemberontak

membangun idaman

1990

 

TENTANG JJ. KUSNI

JJ. Kusni lahir di Kasongan, di pinggir Sungai Katingan, Kalimantan Tengah, pada 25 September 1940. Pada usia 11 tahun sudah meninggalkan rumah orangtuanya untuk sekolah hingga akhirnya menyeberang ke Jawa dan kuliah di bidang publisitik pada Universitas Gadjah Mada. Pada akhir tahun 1965 ia diundang oleh Himpunan Pengarang Seluruh Tiongkok untuk mengunjungi Republik Rakyat Tiongkok sebagai salah satu anggota Lekra. Setelah terjadi tragedi Nasional September 1965, ia melanglang buana dari benua ke benua. Dalam lika-liku hidupnya, ia pernah jadi sopir truk mengangkut padi dan batu untuk bangunan, penggembala kambing, pemelihara babi, petani, pencuci piring di restoran, mendirikan sekolah bahasa Indonesia di Paris, guru, pegawai koperasi restoran Indonesia di Paris. Di Paris ia menyelesaikan S1 ekonomi pembangunan, S2 sosiologi dan antropologi, dan S3 bidang sejarah. Juga sempat belajar di New South Wales, University Sydney, buat belajar hukum internasional dan diplomasi. Karya puisinya terdapat dalam bunga rampai penyair muda Jogja, Sanjak dan Bunga (1961), Indonesian Progressive Contemporary Poem (Yayasan Pembaruan, jakarta, 1963). Karya dramanya: Api di Pematang (1963), Tanah Ketaon (1964), dan Bukit Belleville (1968).

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler