Skip to Content

PUISI-PUISI KIRJOMULYO

Foto SIHALOHOLISTICK

TANJUNG SANGIANG

Angin laut jauh sampai ke atas bukit

dinginnya terasa sampai ke hati

aku melihat ujung buih

serupa melihat diri sendiri

datang dan pergi

(Romansa Perjalanan, 2000)

 

BUAT H. B. JASSIN

Dalam kemenangan keselip kekalahan

siapa terlalu memilih

akan datang di tanah pasir

 

Dalam kekalahan keselip kemenangan

siapa terlalu memilih

akan datang di tanah batu

 

Kita lahir dan menerima sekali waktu

alam cinta, tangis dan harap

Kita hadir dan menerima sekali saat

kemenangan dan kekalahannya

 

Hanya dalam sadar dan yakin

dari keduanya, lahirlah mesra

(Romansa Perjalanan, 2000)

 

PULANG MALAM

Dan hari pun telah silam

daunan berhenti menderai

tidur dan tidur

hanya bulan memanjat bukit

(Romansa Perjalanan, 2000)

 

DUKA

Di ujung malam

orang hendak melupakan duka

 

Ke mana duka akan terlempar

datangnya serupa hari

 

serupa ada

serupa tak ada

(Romansa Perjalanan, 2000)

 

HARI KEMERDEKAAN
Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku
ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggaan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal

Tanah di mana kuberpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Samat getir yang menikam berkali
Makin samar
Mencapai puncak kepecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan

Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan

dari Lembah Pualam
Yogyakarta : Penerbit
Museum Lembah Selatan
1967

 

PERJUANGAN
Yang terjauh ia hanya minta kepadamu
Kepadamu, kepada semua perjuangannya
Semua hal yang sementara

Yang terpahit ia hanya minta kepadamu
Kepadaku kepada semua pejuangnya
Semua hal yang tak kekal

Tetapi apakah yang kau terima dari matanya
Semua hal yang terjadi

Kemerdekaan
Kebangsaan
Dan kebanggaan atas keduanya

Bisakah menutup pintu hatimu
Getirlah akan mendatang
Bila berangkat layar dan kau termangu

Saat kau berpaling ke darat
Kesunyian akan memukul kudukmu
Terban tanah d imana martabat berdiri

Terakhir datanglah yang paling getir
kau lihat wajah sendiri tidak mengucap
Atas kenyataan dan impian

Dari Lembah Pualam
Yogyakarta
Penerbit Museum Lembah Selatan
1967

 

TANAH AIR
Siapa hendak kusebutnya
Kini jelas berlinang di mata puisiku
Kenyataan dan impiannya menatapku
Betap indahnya, betapa jelita

Siapa hendak kusebutnya
Kini jelas berlinang dalam ucapanku
Kebenaran kebangsaanku dan kemanusiaannya
Menatapku mendesak aku berdiri kuat

Sebelah ragaku daratnya
Sebelah tubuhku lautnya
Sebelah jiwaku kenyataan
Sebelah jiwaku impiannya

Siapa hendak kusebutnya
Kini jelas berlinang dalam adaku
Terimalah tanganku, hatiku dan jiwaku
Telah kuterima adamu seluruhnya

Dari Lembah Pualam
Penerbit Museum
Lembah Selatan
Yogyakarta 1967

 

YOGYAKARTA
Api yang terpendam kini tengah membakar tumpah darah
Merahapi hutan belantara dan laut demi laut
Mengucap suara yang tergenggam suara
Melawan kecemasan, sengsara dan lumpuhnya harga diri

Aku merasakan betapa ia membakar ujung-ujung jari
Membakar sampai ke langit-langit pernafasanku
Dan aku tersungkur memeluk tanah
Merasakan betapa gemetarku menghadapi gemetarnya

Saat kumenengadah :
Sejuta burung-burung hitam dan putih menebar
Aku merasakan betapa aku musti menjawab
Pertanyaan hidup mati atas tawaran nasib dan waktu

Aku merasakan suatu keharuan yang perih cemas
Aku merasakan kecemasan yang terharu
Menghadapi mayat-mayat yang menghitamkan padanya
Dan harapan yang terbakar makin tak meyakinkan

Gelora,
Thn III, No .13
September 1962

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler