Skip to Content

PUISI-PUISI RIEKE DIAH PITALOKA

Foto SIHALOHOLISTICK

Rieke Diah Pitaloka atau Keke, lahir di Garut, Jawa Barat, 9 Januari 1974. Setelah lulus dari Fakultas Sastra Belanda Universitas Indonesia ia mengikuti Program Pasca Sarjana Ilmu Filsafat di Universitas yang sama. Menulis puisi dilakukannya di tengah-tengah aktivitasnya sebagai sinetron dan model iklan. Renungan Kloset, dari Cengkeh sampai Utrech merupakan buku kumpulan puisi pertamanya. Sebelum itu ia juga terlibat dalam gerakan prodemokrasi di Indonesia, karena beberapa puisinya merupakan "laporan langsung" dari demonstrasi yang tengah diikutinya. Sementara puisi yang lain merupakan pencerminan dari pandangannya terhadap masalah sosial, politik, dan gender. Namun demikian, ia tetaplah seorang perempuan yang romantis, sehingga tema cinta tetap menjadi bagian dari kumpulan puisi ini.

 

RENUNGAN KLOSET

Ada baiknya kita tak perlu, mengores hidup kita dalam berlembar-lembar buku harian
Suatu saat nanti jika kita membacanya kembali…
manis, membuat ingin kembali pada masa itu
pahit, membuat duka tak bisa dilupakan dan dendam tak bisa hilang
Ada baiknya kita sesekali perlu, merenung hidup kita dalam tenang kloset yang diam
Tak perlu malu untuk mengenang, tersenyum atau mengangis
Setelah itu, siram bersama bau busuk dan sampah dari perut kita tanpa ingin mengecapnya kembali
Lalu, bersiaplah menyantap makanan baru yang lebih baik dr hari kemarin.

PS : hmmm…kadang gw pikir, emng bener juga sih. terutama kata2 :
Suatu saat nanti jika kita membacanya kembali…
manis, membuat ingin kembali pada masa itu
pahit, membuat duka tak bisa dilupakan dan dendam tak bisa hilang
tapi kadang juga, entah kenapa gw ngerasa, setiap potongan hidup (yg entah itu pahit or manis), selalu akan ada pembelajaran yang

 

TEGAR

Apakah tegar itu
seperti nyiur yang bergeming dalam badai,
tak beranjak dari hempasan ombak
Ataukah seperti tetes air yang tak henti
jatuh tetes demi tetes setiap waktu
mampu melubangi bebatuan
Ataukan nyanyian para pekerja
diantara deru mesin yang selalu terjaga
Barangkali…

 

SECANGKIR TEH

ibunda,
lebih luas kasihmu
dari air di samudera Pasifik
Satu cangkir teh pun
tak penuh sempat kubalas
Maafkan aku….

 

MAAF

Maaf, aku tidak bisa menulis banyak,
tintaku habis,
semalam kugores langit
dengan namamu…

 

IJINKAN

Kalau aku boleh memilih, sekali ini saja
aku ingin menjadi angin yang bertiup dari lembah ke lembah
menjelajah pegunungan, membelah samudera menghantar ombak
Agar kau tahu aku tak pernah menyerah

Kalau aku boleh memilih, sekali ini saja
aku ingin menjadi angin yang menari di lintas pucuk cemara
melukis guratan awan, menebarkan wewangian hujan
Agar kau tahu aku tak pernah enggan untuk berbagi

Kalau aku boleh memilih, sekali ini saja
aku ingin menjadi angin yang berbisik lembut dalam kemarau
membelah gundahmu, mengelus wajahmu, lembut mengecup bibirmu
Agar kau tahu betapa aku mencintaimu.

 

PERNYATAAN

Aku tidak tahu,
yang kulakukan benar atau salah
Yang kutahu,
ketulusan tak pernah salah memilih
semoga…

 

SETANGKAI CINTA

Tak perlu bingung, begini saja
berapapun jarak kita,
akan kukirim setangkai cinta untukmu,
setiap hari
setuju?

 

MENCARI-MU

Semenjak kutahu ada Tuhan,
Kucari diri-Mu berpuluh tahun perjalanan hidupku
kusebut asma-Mu, kulafadzkan desah-Mu dalam doa-doa panjang yang khusuk
namun lidahku semakin kelu, hatiku semakin kaku

Kutuntaskan kitab-Mu berulangkali, namun tak kutangkap jua makna-Mu
kukunjungi beribu tempat suci, namun tak pernah kurasakan keagungan-Mu

Rasanya cukup sudah pencarianku,
aku sudah lelah

Hari ini,
saat aku memutuskan meninggalkan-Mu,
seorang bicah pengemis di kereta Bogor-Gambir, menyapaku dalam harap,

Kuberika seratus rupiah kumal dari sakuku,
‘Alhamdulillah!’ katanya tulus dengan tatap penuh kasih
Mulutku serasa dibimbing untuk berucap,
‘Alhamdulillah, segala puji bagi Allah…’

 

LONDO IRENG

di timur

tak ada matahari

barat mengemasnya jadi:

sebungkus burger

sekaleng soft drink

sekerat steik

segelas wine

 

di timur

tak kujumpai matahari

barat mengunyahnya

barat menelannya

barat memuntahkannya jadi:

limbah kemiskinan

dan tanah

dan air

yang di atas

yang di bawah

di dalam bumiku

sudah digadai

budakbudak

kulit coklat

otak putih

 

di timur

matahari tak lagi terbit

barat mengunyahnya

barat menelannya

barat memuntahkannya

jadi:

kami makin miskin

tol jagorawi 170305 19:26

 

KARAWANG

aku masih terbayang

anak kecil kerontang

di siang

di pinggir jalan kota karawang

anak kecil

bajunya usang

kulit matang

terpanggang

tubuh kecil

di atas timbunan botol plastik menjulang

wajah kipasi asap knalpot garang

 

anak kecil kerontang

di siang

di pinggir jalan kota karawang

 

beginikah karawang jelang waktu benderang?

saat serombongan pemuda

gelandang dua lelaki

agar berani lantang

 

lekas bung,

bunyikan genderang

biar orang-orang kelak kenang

kebebasan bukan cumacuma

bukan kebetulan

bukang hasil ongkangongkang

ini hasil perang!

 

Soekarni

Wikana

Chairul Saleh

Jusuf Kunto

Shodancho Singgih

Chudanco Soetjipto

Shodancho Sulaiman

Chudancho Subeno

Shodancho Suharjana

Shodancho Oemar Bahsan

Shodancho Affan

Budancho Martono

 

karawang 1945

rumah djiaw kie shiong

karawang 2010

rumah plastic anak kecil kerontang

 

SUMPAH SARIPAH

tak akan berhenti di sini

terlanjur kutoreh ikrar

pada ibu yang dihisap putingnya

hingga kering susunya

hingga kerontang payudaranya

hingga nanah yang tersisa

untuk adik yang busung

yang lahir saat bapak mati diteror tbc

 

tak akan berhenti di sini

terlanjur kutoreh ikrar

pada bapak

yang dirampas ladangnya

hingga rumah mesti digadai

hingga cangkul jadi kayu bakar

hingga nisan yang tersisa

untuk adik yang kurus

yang lahir saat dusun makin miskin

 

tak akan berhenti di sini

terlanjur kutoreh ikrar

pada dusun

yang digusur jadi pabrik

hingga embun dibunuh asap

hingga kali jadi bau dan pekat

hingga sampah yang tersisa

untuk adik yang lapar

yang lahir saat aku pergi mengadu nasib

 

tak akan berhenti di sini

terlanjur kutoreh ikrar

pada diri

yang bertahun jadi babu

hingga punggung penuh luka

hingga kuping tersumpal cacian

hingga sumpah yang tersisa

untuk adik yang menunggu

menunggu aku pulang

menunggu oleholeh parang

buat penggal tuan berhati arang!

jakarta-wisma mampang 170305

 

MENGAPA AKU SAYANG PADAMU?

matamu memandang mataku,

jemarimu menyentuh jemariku,

kau tersenyum, aku tersipu;

awal kasih yang sederhana,

karena

Sayangmu tak lebih dari sepenggal pagi

yang selalu membangunkan

 

kau singkap kelambu hatiku,

kau tuang anggur dalam cawanku,

dua centi meter dari dasarnya,

'aku tak ingin kau mabuk', katamu

 

karena

Sayangmu tak lebih dari seberkas cahaya yang

menemani malam

 

tak ada rangkaian kata yang mempesona,

kata-kataku tenggelam dalam dekapmu,

kata-katamu karam dalam rengkuhanku,

detakhatimu gemuruh dadaku, meletup namun tak

menggores, beriak namun tak jadi gelombang,

berayun lembut,

mengatupkan mataku matamu dalam indah

yang tak menjulang

 

karena

Sayangmu tak lebih dari seteguk air yang

menghapus dahagaku

 

kau tak biarkan sedihku menjadi tangis,

kau tak biar tawaku jadi lupa,

kau tak pernah pasangkan pasung di kakiku agar

aku bisa berjalan, berlari,

kau tak pernah ikatkan rantai di tanganku,

agar aku bisa genggam dunia,

meraih harapan,

karena

Sayangmu selimut yang menentramkan

 

kau biarkan aku:

pergi dan datang dalam puisimu

memilih syair menulis kisah sendiri

karena

Sayangmu angin yang membimbing

kau bebaskan aku

jadi jiwa mandiri

 

karena itu

aku sayang padamu

sungguh...

Cengkeh, 24012003  

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler