Skip to Content

PUISI-PUISI YUDHISTIRA ANM MASSARDI

Foto SIHALOHOLISTICK

BIARIN!

kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin

kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin

kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin

kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

 

habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu

Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana

cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu

 

kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin

kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin

 

soalnya, kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, jadi lonte?

aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu

aku rampok hati kamu. Tokh nggak ada yang nggak perampok di dunia

ini. Iya nggak? Kalau nggak percaya tanya saja sama polisi

 

habisnya, kalau nggak kubilang begitu mau apa coba

bunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalan

seperti kamu sadari sekarang ini

 

kamu bilang hidup ini melelahkan. Aku bilang biarin

kamu bilang itu menyakitkan

1974

 

SAJAK HIDUP MENDERITA

Sesuap nasi, selalu lewat begitu saja. Tanpa dikunyah

Tidak ada olahraga. Semua hanya persis dan habis. Dan tidak sehat

 

sekarang hidup, tidak usah menulis. Banyak orang tak menerima surat

Tidak ada telegram. Tapi banyak hal lain yang lebih mengejutkan

 

tutup gelas tak boleh dibuka. Orang tak minum

Hidup begitu memang sulit. Lebih-lebih jika sakit

1974

 

SAJAK INGAT PADA IBU

Padahal dulu tak pernah terpikir

bahwa semua akan dialami

 

Lalu sekarang, sesudah merasa dewasa

semua seperti membebani

Juga perasaan ingin berbakti itu

 

Mungkin akan tiba saatnya

Seorang anak, menangis di negri orang

Lantas ingin pulang, tapi tak punya harapan

 

Dan akhirnya hanya doa

semoga ibu tak lekas mati

supaya anaknya sempat kembali

dan bercerita tentang hidup senang serba kecukupan

seperti dalam dongeng-dongeng

1975

 

RASA SEKAM

Sungguh tak enak. Makan tak doyan

Minum tak haus. Tidur tak ngantuk

Lelah tak ngaso. Jujur tak benar

Brisik tak baik. Pergi tak tahan

Jalan tak lurus. Belok tak bisa

Lari tak aman. Diam tak kuat

Bangkit tak berani. Kompromi tak mau

Nyerah tak sudi. Brontak disikat.

1975

 

SAJAK SIKAT GIGI

Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur

Di dalam tidur ia bermimpi

Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

 

Ketika ia bangun pagi hari

Sikat giginya tinggal sepotong

Sepotong yang hilang itu agaknya

Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

 

Dan dia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan.

1974

 

HARI INI REBO PERTAMA

tak ada kudengar suara apa pun hari ini

juga suaraku

 

         adakah kehilangan demi kehilangan

juga bayanganku

         adalah cemas yang mengerikan

 

saat kukunyah                                                                                saat kutelan

kedua mataku                          saat kuremuk                           seluruh tubuhku

untuk kenyang                         belulangku                               untuk sepi

yang abadi                                  untuk musik                            yang abadi

                                                         yang abadi          

 

Tak ada kudengar suara apa pun hari ini

1974

 

SUARA

kudengar kata-kataku di telinga

kutemukan gema dalam mulutku sendiri

 

Suara

 

sesekali terdengar semacam gonggong yang asing

namun terasa, betapa dekat anjing itu bersembunyi

 

1976

 

 

TILPON

 

Tilpon berdering. Seseorang melompat dan mengangkat tilpon itu.

“Halo?”

 

            -- seandainya tilpon itu tidak diangkat

                apakah para tentara mengangkat senjata? –

 

Orang itu melangkah surut. Kemudian mulai yakin

bahwa kabel tilpon, bisa digunting. Oleh siapa saja.

1976

 

SEORANG ORANG

Seorang murid tak mau bertanya

gurunya mengunyah kembang-gula

Seorang gadis mendesak kawin

pacarnya mengancingkan celana

Seorang kondektur turun dari bis kota

para penumpang menjual karcis

Seorang wartawan membawa pancing

ikan-ikan pada mencibir

Seorang pegawai menolak gaji

kasir melepas kacamatanya

Seorang kawan menodongkan belati

kita semua merasa terancam!

1978

 

TAK SEMPAT

Pemburu tak sempat menembak

Pencopet tak sempat mencuri

Pelaut tak sempat berlayar

Pelacur tak sempat makmur

 

(Sungguh genting!)

1975

 

 

TAK LARI

Ketika radio dimatikan

datanglah sepi yang terkenal itu

Sewaktu kopi dihabiskan

matilah lampu. Dan gelap yang terkenal itu datang juga

Padahal, kalau sepi janda-janda pada lari

kalau gelap, perawan-perawan juga lari, ke rumah kekasihnya

Akibatnya banyak orang bunting

lari tak bisa, tak lari tak bisa.

1975

 

JAM

Selalu pada jam kita menengok

Mencari jarum untuk menjahit

Mengokohkan kancing baju atau merapikan potongan

 

Dengan jam di tangan, kita merasa perlente

Pergi ke toko dan memilih-milih, menawar dasi

 

Lantas kita melipat dompet, mencocokkan waktu

Dan tidak pernah merasa yakin

Sebab, waktu begitu mendesak, dan sepatu tak sempat disemir

1976

 

SKETSA

 

1.      Sekelompok orang berkerumun di ujung gang

Kesibukan terhenti

Seseorang jatuh ke dalam kali

Sebuah becak terguling tiba-tiba

 

“Ada ambulans!” pekik seseorang dari dalam kali

 

2.      Sekelompok orang berkerumun di dalam ambulans

Percakapan terhenti

Seseorang telah mati

Sebuah becak menindihnya tiba-tiba

 

“Ada yang jatuh ke dalam kali!” pekik seseorang dari bawah becak

 

3.      Sekelompk orang berkerumun di dalam becak

Kesedihan terhenti

Seseorang keluar dari dalam kali

Sebuah becak dikayuhnya tiba-tiba

 

“Ada yang berak di dalam ambulans!” pekik seseorang di ujung gang

1974

 

TENTANG YUDHISTIRA ANM MASSARDI

Yudhistira Ardi Nugraha Massardi, kelahiran Subang, Jawa barat 28 Februari 1954. Aktif menulis sejak 1970, berupa puisi, cerpen, esai, sandiwara dan lirik lagu. Novelnya, Arjuna Mencari Cinta dinyatakan sebagai fiksi terbaik 1977 oleh Yayasan Buku Utama. Novelnya yang lain, Mencoba Tidak Menyerah (Aku Bukan Komunis) memenangkan hadiah sayembara roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (1977). Sandiwaranya Wot atawa Jembatan (1977) dan Ke (1978) juga memenangkan hadiah sayembara DKJ. Novelnya yang lain: Ding Dong (1978), Obladi Oblada (1978) dan Arjuna Mencari Cinta Part II (1980). Kumcernya: Penjarakan Aku dalam Hatimu (1979), Yudhistira Duda (1981) dan Wawancara dengan Rahwana (1983). Ia juga menulis lirik lagu, sejak 1977, yang dinyanyiakn Franky & Jane yang terekam hingga 7 kaset. Kumpulan sajaknya yang lain Rudi Jalak Gugat (1982).   

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler