Skip to Content

Sajak Mas Marco Kartodikromo

Foto Steven Sitohang

Djangan takoet kami potoes hasa,

Merasakan kotoran doenia,

Seperti anak beloem oesia,

Dan beloem bangoen dari tidoernya.

 

Kami sampe didjalan perempat,

Kami berdjalan terlaloe tjepat,

Temen kita jang berdjalan lambat,

Ketinggalan masih jaoeh amat.

 

Kami berniat berjalan teroes,

Tetapi kami berasa aoes,

Adapoen pengharapan ta’ poetoes,

Kaloe perloe boleh sampai mampoes.

Djalan jang koe tempoe amat panas

Banjak doeri poen anginja keras, tali mesti kami tatas,

Palang-palang joega kami papas

 

Soepaja djalanya sama rata,

Jang berdjalan poen sama merasa

Enak dan senang bersama-sama,

Jaitu sama rasa, sama rata.

 

Djangan berperang seperti boeto,

Coema bisa memboeka soeworo,

Soeka orang tidak berani loro,

Itoe bukan adatnja satrijo.

 

Djaman doeloe satrijo sedjati,

Ta’takoet masoek dalam api,

Terjoen di laoet poen didjalani

Boeat mengedjar maksoed di hati.

 

Pertjajalah saoedara-saoedara,

Menoejoe ke arah timoer sadja ;

Di sitoe betoel tempatnja tjahaja,

Jang bisa menerangi doenia.

 

Broedrs! Laat mij even blijven rusten;

(saoedara biarkan aku istirahat sebentar)

laat den anderen zijn rol vervullen,

(biar jang laen ambil peranan)

 

ik zal wel met genoegen gaan spelen,

(aku akan mengurus diri)

zoodra het derde bedriif moef komen

(saat tindakan ketiga tiba)

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto Steven Sitohang

Keterangan . . .

Sajak ini saya kutip dari buku Takashi Shiraishi "Zaman Bergerak, Radikalisasi Jawa 1912-1926".

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler