Mau terus aku menginjaki bumi
Hatimu menulang karna uang
Kau, tuli’kan tuntutan hak dan rasa
Menghasut kelembutan jadi kekerasan?
Maka kami berconto ke kerbo
Yang jemu diejek, lalu meruncing tanduk
Melambung penunggangnya bengis ke atas
Lantas kakinya kasar menghantam penyet
Maka api perang membakar ladangmu
Gunung serta lembah menghawa dendam
Asap mengepul dari tiap kediamanmu
Angkasa bergetar pekikan bunuh
Maka telinga kami kan terasa nikmat
Mendengarkan raung tukikan bini-binimu
Kami kan bertepuk bergembira
Berjejer melihat mampusnya kekuasaanmu
Maka anak-anakmu kan kami sembelih
Anak-anak kami bergelimang di darah mereka
Supaya utang yang berabad lama
Begitu berlipat terbayar kembali
Dan jika metari turun di Barat
Samar agak di belakang uapan darah
Dia menerima erangan mati
Sebagai tanda pisah penghabisan dari Olanda
Dan jika pekikan malam
Menyelimuti alam yang sedang berasap
Anjing hutan mengais antara ungguk mayat
Merobek,menghisap, menggerutu......
Keterangan . . .
Sajak ini saya kutip dari buku Pramoedya Ananta Toer "Panggil Aku Kartini Saja" diterbitkan Lentera Dipantara, Jakarta, 2003, Halaman 34.
Tulis komentar baru