Awal-awalnya dia tidak banyak cerita. Mungkin karena tidak banyak kosakata yang dia miliki untuk mengungkap apa yang dirasakannya. Tapi dari keterbatasan kalimatnya aku mengerti apa yang sering dialami dalam keseharian yang dilaluinya.
Tetangga memujiku atas kesabaranku melayani curhatnya. Aku sendiri tidak mengerti apakah aku sabar atau tidak. Kalau sabar tentu aku tidak akan marah-marah. Ya, aku kadang-kadang marah. Bagaimana tidak jika ia seenaknya minta dibelikan celana dalam.
Pernah aku belikan agar dia tidak bicara soal celana dalam lagi. Memakai uang simpanannya sendiri, kami ke pasar malam membeli celana dalam. Lima. Besoknya kami berikan. Dia tertawa gembira.
Eh, besoknya dia datang dengan cerita bahwa celana dalamnya yang baru diambil orang. Minta dibelikan lagi. Lalu terulang lagi. Setelah tiga kali berulang dan kami sudah membantunya membeli 19 helai celana dalam, kami tidak mau melayaninya lagi dalam hal urusan celana dalam.
DEMI
Demi pengemis yang datang minta dibuatkan tongkat
Untuk keliling dunia mengisi usus tujuh perut
Semua pintu surga yang jauh jadikanlah dekat
Masuk dan dudukkanlah dia tanpa resah tanpa takut
Dia telah berjalan menebalkan muka dan terbakar
Menengadahkan tangan menerima cacian dan kasihan
Tongkat panjangnya memendek menghentak bumi
Pagi gagah ketukan mandi matahari berpendar
Sore payah ketukan lemah hati diliput ketakutan
Dialah yang pedih untuk perut yang mesti diisi
Demi pengemis yang terhuyung-huyung ketika senja
Demi pengemis yang menjelajah tanpa muka
Bukalah semua pintu surga jangan ada yang ditutup
Karena dia telah siap jika tiba masa mata meredup
202001141859_Kotabaru_Karawang
Saking “edan” nya –dia sering diolok-olok anak kecil sebagai gila- dia mem”prosot”kan celana luarnya untuk membuktikan bahwa dia tidak pakai celana dalam karena semua celana barunya diambil orang.
Uang titipannya tidak mau dia bawa pulang. Pasti habis katanya. Simpan saja dan belikan mobil. Tetangga sebelah mengartikan mobil sebagai kereta kencana alias keranda.Mungkin ia menyimpan sebagai persiapan jika sewaktu-waktu ia meninggal, sudah ada persediaan uang untuk membeli keperluan.Entahlah. Mana aku tahu, siapa yang akan lebih dulu.
O ya, ada hal unik. Jauh, jauh sebelum urusan masker ramai seperti sekarang ini ia telah memakai masker. Apakah ini bahasa langit atau apa, kembali aku katakana, mana aku tahu.
Sikapnya yang aneh sekarang adalah berjalan limbung. Tongkat pendeknya diketukkan sehingga ia harus berjalan miring.
Miring dan limbung.
202006141620 Kotabaru Karawang
Tulis komentar baru