Skip to Content

mahasiswa

Foto behrie

Sinergis hanya sekedar bingkai formalistik

 

Mengaca pada prespektif peran Mahasiswa dalam fungsi konstruktif tentunya akan menjadi dasar dalam legitimasi bahwa benar Mahasiswa menjadi  tolak ukur pembangunan bangsa.agen of change,social control dan iron stock tak akan pernah lepas tersemat mengikat diri seorang mahasiswa.terlebih setelah terjadinya perubahan dinamika pasca Reformasi 98,dimana Mahasiswa menjadi aktor utama dalam  goresan sejarah pergantian rezim yang terekam secara heroik.seiring perjalanan nya kini Mahasiswa mendapat fungsi dan posisi yang lebih untuk menyuarakan aspirasi yang dibawanya,dengan terbukanya keran reformasi diskursus politik dan pergerakan kian menunjukkan perkembangan  dalam tataran kehidupan kampus.Dengan keadaan demikian tak heran jika masing masing mahasiswa dengan segala pemikiran dan konsepsinya akan berlomba menunjukkan entitas keberadaannya

Lewis Coser menggambarkan mahasiswa sebagai ”yang tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya … mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas.Hal itu yang membuat Mahasiswa dengan pemikiran Intelektualitasnya mampu mampu mengakomodasi ragam budaya politik yang ada ”Kampus sebagai miniatur sebuah Negara, didalamnya para mahasiswa menjalankan praktek miniatur kenegaraan yang biasa dilaksanakan oleh para pemimpin, negarawan, politikus sesungguhnya, seperti: Menjalankan fungsi lembaga-lembaga miniatur kenegaraan (baca: organisasi mahasiswa), Mentransfer pemikiran kepada sesama rekan mahasiswa, terlibat dalam pemilihan umum mahasiswa, bermusyawarah dalam mengambil keputusan, menggunakan hak-haknya diparlemen kampus dan sebagainya. Singkatnya, di dalam kampus mahasiswa melakukan kegiatan politik kampus.

Jika ingin diambil sebuah defenisi Politik Kampus merupakan Sistem Kehidupan Politik yang berlangsung di kampus untuk menciptakan tatanan kehidupan kampus yang dinamis. Tak ubahnya seperti Negara sesungguhnya yang menggunakan sistem Demokrasi sebagai alat dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.Keberadaan demokrasi dalam politik kampus juga menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan demi terwujudnya dinamisasi kehidupan kampus. Praktek miniatur kenegaraan yang dijalankan misalnya adalah proses untuk menciptakan kehidupan sebagaimana dimaksud. Maka jelaslah politik kampus berperan sebagai sarana Pendidikan Politik bagi para mahasiswa.

Mengenai Pendidikan Politik, Kartini Kartono (1996:64) memberikan definisi pendidikan politik sebagai upaya pendidikan yang disengaja dan sistematis untuk membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang bertanggung jawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Sedangkan kata Kosasih Djahiri (1995: 18) Pendidikan politik adalah pendidikan atau bimbingan, pembinaan warga Negara untuk memahami, mencintai dan memiliki keterikatan diri

(sense of belonging) yang tinggi terhadap bangsa Negara dan seluruh perangkat sistem maupun kelembagaan yang ada.

Dengan konsepsi yang demikian  politik kampus memang ditujukan dalam pembentukan karakter dan kultur pemahaman politik sebagai bentuk tanggung jawab Mahasiswa dalam keberadaannya di kehidupan kampus.

            Namun dalam kenyataannya politik kampus yang terjadi tak hanya sekedar pemahaman dan pembelajaran konseptual.Esensi politik kampus yang ada telah mengalami distorsi dan bertransformasi seolah menjadi barang dagangan.Khususnya ketika mendekati ajang pemilihan seperti PEMIRA ataupun PEMILWA tak ubahnya hanya jadi ajang jual jargon saja tanpa adanya pemahaman yang jelas tentang arti politik sendiri.Tujuan gerakan yang sejatinya sama tak bisa diwujudkan dalam langkah yang sama.Semua terkonsentrasi dalam warna masing masing bahkan hingga mengorbankan berbagai kepentingan khususnya kepentingan Mahasiswa Baru yang harusnya bisa di akomodasi akan pemahaman politik di dunia barunya,dunia kampus,bukan malah menjadikannya seperti Kerbau yang di colok hidungnya yang selalu nurut mau dibawa kemana.

            Dalam keberagaman memang dibutuhkan keseimbangan,namaun tak mudah diwujudkan dengan langkah yang mengedepankan satu kepentingan saja.harusnya memang setiap gerakan harus adaptif dan mampu menunjukkan sikapnya yang lebih arif dalam proses pembelajaran politik di kehidupan kampusnya,karena kehidupan politik bukan sekedar proses hubungan kotak antar golongan,namun lebih kompleks mengingat status mahasiswa juga termasuk dalam satu bagian kecil  elemen kampus dengan ketidakjelasan birokrasinya.Sehingga sinergis politik yang digaungkan tak sekedar menguap dalam bualan formalistik saja.        

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler