Skip to Content

OBJEK PEMANTIK LIDI MATA PAYUNG

Foto Hakimi Sarlan Rasyid
files/user/8241/IMG_20190808_133143.jpg
IMG_20190808_133143.jpg

Perasaan adalah hal pertama yang harus ada dalam hati seseorang untuk menggubah puisi. Tanpa perasaan tidak mungkin lahir gubahan, Bukan hanya puisi. Semua karya sastra bahkan di luar karya sastra memerlukan adanya rasa sebagai modal utama penciptaan. Tentu saja kedalaman dan kedangkalan rasa seseorang akan sangat tampak pada hasil gubahannya.

 

Perasaan yang pada awalnya merupakan sebuah keadaan dan berada dalam suasana “awang-uwung” memerlukan objek pemantik untuk menjadi kata yang akan menjadi penghantar lahirnya menjadi kalimat-kalimat untuk disusun dalam bait demi bait yang hasil akhirnya adalah puisi.

 

Objek pemantik –mungkin bisa juga disebut inspirator- bisa berbentuk apa saja. Bisa keadaan nyata bisa juga yang bersifat khayalan. Puisi APA LAGI di bawah ini adalah arsip objek pemantik yang pada umumnya menjadi inspirator bagi para penggubah puisi.

 

APA LAGI  

 

Lewat apa lagi aku bisa bercerita tentang rindu dan cinta

Tangkai kelopak tajuk benang sari dan putik telah kupetik

Langit bumi tanah air sungai daratan danau dan samudra

Hingga cerah bersinar mendung hujan lebat dan rintik-rintik

 

Api asap panas dahaga bebatuan padang pasir jadi ilham

Sinar mata lentik alis sungging senyum tersipu malu

Dini hari pagi siang tengah hari sore dan malam

Wajah dada pinggang pinggul paha betis telapak dan kuku

 

Detak jantung tulang sumsum desir darah otot kekar

Sayu sipi pejam melotot wajah indah muka sangar

Rambut panjang pendek keriting ikal dada kecil dada besar

Sunyi bukit riak air gelap gua kabut embun ramai pasar

 

Tunda dulu ah, aku tunda puisiku di pilar jembatan saja

Barangkali saja hantu tuyul kuntilanak ikut membaca

Setelah itu berbondong-bondong datang mengetuk pintu

Dengan suara sengau berkata “jadikan kami ilhammu”

 

201607271153 Kotabaru Karawang

 

Seindah apapun objek pemantik dalam perasaan penggubah puisi tidak akan menghasilkan puisi yang bernas jika tidak didukung oleh kekayaan kosakata dalam benak seorang penggubah puisi. Para penulis yang miskin semangat membaca, para penulis yang angkuh yang merasa cukup dengan apa yang sudah ada dalam kerja otaknya tidak akan pernah bernas karyanya.

 

Jadi sangat penting adanya keseimbangan antara kerja otak yang berpikir dan kerja hati yang merasa agar tercipta karya yang pantas untuk disebut sebagai puisi. Bukan asal tulis saja.

 

Demikian pengantar singkat untuk 3 puisi berikut ini. 3 puisi yang objek pemantiknya sama, yaitu mata, payung, dan lidi.

 

202007150834 Kotabaru Karawang

 

 

PAYUNG MATA LIDI

 

Ada payung pelangi indah menaungi sebuah hati

Hati yang rindu pelukan erat namun takut didekap

Kadang terapung kadang melayang dibuai sunyi

Sesekali khayalnya melesat terbang tanpa sayap

 

Ada mata yang menatap memancarkan berjuta kata

Mata yang bicara tentang pemilik rahasia cinta

Bibir kaku lidah kelu tak kuasa mengungkap rasa

 

Ada lidi terikat erat menahan gejolak hasrat

Hasrat membubung gila menerjang sekat-sekat

Payung lidi dan mata lelah membaca sebab akibat

 

Payungmu matamu lidimu pelangiku bisuku hasratku

Bersama mengeja rindu dan cinta sepanjang malam

Jika siang tiba selalu ada pertanyaan baru

Biarlah tanpa jawaban biarlah berlalu semua kelam

201905182041_Kotabaru_Karawang

 

LIDI PAYUNG MATA

 

Lidi terikat kini terurai lepas satu satu menusuk hati

Karatnya racun berbisa menyiram dinding yang luka

Darah menjadi nanah luka parah tak pernah sembuh lagi

Borok bernanah kini bertambah pedih tersiram cuka

 

Payung terlipat tergulung rebah di sudut gelap

Tak lagi menaungi payung kini hanya pendamping senyap

Sepi pada malam panjang menyiksa membunuh semua harap

 

Mata yang melirik tajamnya beralih ke mata badik

Kilatnya berubah menjelma menjadi lilitan mencekik

Putus nafas lidah menjulur dan tak bisa memekik

 

Dimana madu yang dahulu kemana perginya rindu

Mengapa buluh perindu menghantar isak dan sedu

Bagaimana bisa langit mendadak hitam hilang biru

Dinding hati luka berdarah bernanah bersaksi bisu

 

201908201024_Kotabaru_Karawang

 

MATA LIDI PAYUNG

 

Aku bertanya hai mata engkau melirik siapa

Kalimat apa yang akan kau lukis dengan tajam

Kekasihmu atau dinding hati tak berupa

Yang menyimpan rindu pada siang dan malam

 

Aku bertanya hai lidi dengan tali apa diikat

Hingga tampak sebagai sebuah dekapan erat

Apakah dengan cinta dan rindu yang saling lekat

 

Aku bertanya hai payung siapa yang engkau naungi

Hingga tampak setia meski ramai berganti sunyi

Apakah mega berarak langit biru atau pelangi

 

Mata lidi dan payung membisu seribu bahasa

Tanya tak berjawab gayung tidak bersambut

Karena mata lidi dan payung hanya untaian kata

Bukan basah embun pagi dalam selimut kabut

 

201912052200_Kotabaru_Karawang

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler