Kesamaan kata dalam beberapa tulisan sangatlah mungkin. Tapi kesamaan kata tidak menampakkan kesamaan ide.
Pemerintah berusaha keras meningkatkan produksi pangan agar rakyat tidak “kelaparan.”
Bencana “kelaparan” melanda Negara Manaboa.
Kata “kelaparan” pada dua kalimat itu sama tapi makna “kelaparan” nya beda.
Dengan kalimat lain bisa disimpulkan bahwa kata bisa mempunyai ragam makna. Kesamaan kata dalam sebuah tulisan dengan sebuah atau beberapa tulisan lain bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan.
Tidak demikian halnya dengan angka. Simbol angka menampakkan kepastian.
Ada angka-angka yang ditampakkan dalam AlQur”an (Surat Pembuka/ AlFatihah). Jika angka-angka yang ada dalam Surat Pembuka sama dengan angka-angka dalam Injil (Wahyu 21 : 15-21) apakah bisa disebut sebagai kebetulan?
Menurut saya tidak. Apalagi jika angka-angka itu sangat persis.
Menemukan kesamaan angka-angka itu menjadi obsesi saya dengan dasar pertanyaan “apakah ada benang merah terentang dari sebuah kitab suci ke kitab suci lainnya.
Menghabiskan waktu memanjakan keingintahuan berakhir pada KUNCI PEMBUKA KOTA,
KUNCI PEMBUKA KOTA
dengan kunci di tangan
aku menyeberangi jembatan
sandi-sandi yang merujuk tuhan
aku pecahkan
inilah kunci kuserahkan utuh
empat tiga tujuh tiga empat tujuh
empat tiga duabelas tiga empat duabelas
duabelas duabelas seratus empatpuluh empat
sembilan
inilah kota yang gerbangnya kubuka
kota indah yang disangga
tujuh malaikat memegang tujuh cawan,
pintu gerbangnya dua belas
di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat
di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang
di sebelah utara tiga pintu gerbang
di sebelah selatan tiga pintu gerbang
di sebelah barat tiga pintu gerbang
tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar
yang berkata-kata mempunyai suatu tongkat pengukur
kota itu bentuknya empat persegi,
dua belas ribu stadia panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama
lalu mengukur temboknya seratus empat puluh empat hasta
dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara
sembilan
202006260744 Kotabaru Karawang
Angka yang muncul pada dua sumber itu sangat jelas konsepnya. Puncaknya adalah bilangan “sembilan”, dan kita mengenal lambangnya, yaitu “9”.
Saat angka hanya dikaitkan dengan aritmetika/matematika, dan kebanyakan orang tidak suka maka KUNCI PEMBUKA KOTA dipastikan tidak bisa dicerna oleh otak yang biasa-biasa saja.
Apalagi oleh mereka yang berpikir bahwa puisi itu tidak lebih dari permainan kata untuk menghibur diri.
Mereka tidak akan bisa mencerna apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam KUNCI PEMBUKA KOTA.
Kotabaru Karawang 25 Juli 2020_0840
Tulis komentar baru