Skip to Content

UPAYA PERBAIKAN DUNIA MELALUI DHARMA.

Foto Daniel fajrian purahita

Terminologi Dharma tak selalu terkait dengan agama dan keyakinan tertentu. Darma berasal dari bahasa sanskrit yang mana bahasa ini berusia lebih tua dari agama apapun yang ada saat ini.

Darma, dalam persperktif yang lebih luas memiliki makna "hidup yang sesuai dengan fungsi dan alaminya"; dengan kalimat lain yang lebih praktis; ketika seseorang atau sesuatu hidup sesuai dengan tugasnya, fungsinya, keahliannya, bakatnya dengan sebaik mungkin; se-profesional mungkin, maka ia menjalankan Dharma-nya.

Matahari, bulan, bintang, planet, angin, satwa, tetumbuhan, petir, awan dll. menjalankan fungsi dan tugas dengan disiplin; mereka berdarma sesuai fungsi hakikinya.

--

Manusia, bedanya, memiliki pilihan fungsi (meski masing-masing memiliki fungsi yang paling cocok dengan bakat dan kapabilitasnya). Ada yang jadi pejabat, jadilah pejabat yang baik, jujur; yang jadi dokter jadilah dokter yang baik, jadi seniman, jadi petani, jadi pedagang, jadi apapun, jadilah yang sebaik mungkin.

Jika lebih banyak manusia yang melaksanakan Dharma, maka dunia akan jauh lebih baik; karena akar persoalan manusia di dunia adalah keserakahan, kompetisi dan pemanfaatan sumber daya tanpa kendali dan tanpa budi.

Pengupayaan daya (barang, jasa, enerji, kekuasaan) harus disertai tanggungjawab dala bentuk pengendalian (kontrol) dan penyertaan budi. Sehingga dapat menciptakan budidaya yang terukur dan terkendali.

--

Tak hanya Dharma, namun Dharma ini juga hendaknya dilaksanakan dengan maksud, arah dan tujuan; bagi siapa Dharma ini dilaksanakan? Ketika suatu Dharma ditujukan secara fokus dan konsisten bagi kemasalahatan -misalnya, bangsa dan negara; maka Dharma ini menjadi Dharma Bhakti.

Manusia yang melaksanakan Dharma Bhakti adalah manusia yang paripurna; yang "lulus dalam tugas".

--

Manusia memiliki kitab Dharma yang lengkap, yakni kitab alam; seluruh tugas satwa, tumbuhan dll. adalah untuk menjadi referensi bagi manusia -model contoh Dharma. Sebaliknya segala karakter manusia juga ada yang dilaksanakan oleh satwa dan tumbuhan. Dengan kata lain, manusia adalah pola yang makro dari seluruh mahluk hidup di muka bumi.

Manusia tak hanya mempelajari dan melaksanakan contoh-contoh pola Dharma, namun memilki kuasa untuk mengintervensi dan memodifikasi pola-pola ini. Modifikasi pola-pola ini juga harus disertai kendali dan budi; jika tidak, bencana di dunia akan semakin besar.

Mari kita Dharma-Bhakti-kan pekerjaan dan tugas kita, sebagai kontribusi terhadap alam untuk bergeser kembali bekerja dalam keseimbangan dan kebaikan.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler