Skip to Content

Angkara ( penantian telah usai )

Foto Ilham pasawa

Suatu malam dengan cahaya yang remang, di atas panggung tampak seorang Pria/wanita sedang duduk termenung.

Sementara gerak tubuhnya menandakan bahwa ia sedang membutuhkan sesuatu.

 

Angkara : Di antara langit serta selubung tanah, aku tetap menunggu dalam malam dan kepedihan.

Angkara berimprovisasi ia benar - benar jenuh dan lelah dalam penungguannya yang tak pernah usai. Ia sesekali berdiri menilik ke kanan dan kiri, tak lama ia duduk lagi.

Angkara : Sampaikah aku bisa menyelasaikan tugasku dalam menunggu? Atau aku harus berhenti dan kembali saja ke dalam rumahku.

Seseorang tanpa baju masuk dengan tergapah - gapah.

Volt  : ampun! ampun! Jangan dulu kau temui aku, aku belum ingin berjumpa dengan mu ( panik )

Angkara bangkit dari kursinya dan menghampiri

Angkara  : siapa kau?

Volt   : kau siapa?

Angkara  : kau siapa?

Volt  : siapa kau??

Angkara : aku adalah angkara, manusia yang selalu menunggu dan menunggu

Volt  : aku bukan manusia yang setia macam kau, Ampun!!!

Angkara : minta ampun kepada siapa kau? Dasar gila!

Volt  : Dia! dia sudah datang....dia yang mungkin saja kau tunggu

Angkara : aku pun tidak mengenal kau, apalagi dia... 

Volt  : hati - hati kau! Jika dia mendengarnya kau akan ditemuinya langsung ( berdiri sambil menunjuk muka Angkara )

Angkara  : dasar sableng! ( Angkara kembali ke tempat duduk )

 

Sementara Volt berimprovisasi seakan ia dalam tekanan, berteriak tidak jelas,badannya melilit - lilit. Matanya mendelik dan tangannya mengepal kuat. Sedangkan Angkara ia kembali kosong, tatapannya begitu datar mulutnya bergerak tanpa suara.

Suara lonceng mengisi seluruh ruangan itu. Angkara tiba - tiba berteriak sangat keras.. Dan Volt terkejut dan berlari ke sudut panggung sebelah kiri, ketakutan.

Angkara  : sampai kapan aku harus menunggu!!! Tuhan! Sampai kapan....mengapa kau utus makhluk aneh dan gila itu untuk menjemput ku! Bukan dia yang aku aku tunggu.... Ohhhh... Bahkanpun aku tak tau apa yang aku tunggu.

Volt  : wahahahahahaha ( tertawa lepas ) kemudian menangis.

Angkara  : mengapa kau tertawa dan kenapa kau menangis?

Volt : aku tertawa sebab aku sangat murni saat ini. Dan aku menangis karena mereka tidak suka disaat aku melepas segal yang aku kenakan.

Angkara  : yah, tentu saja. Itu gila!

Volt  : aku ditakdirkan seperti ini, tanpa pakaian apalagi make up! Tapi mereka selalu saja mencoba menghiasiku.

Angkara  : memangnya kau siapa?

Volt  : aku adalah ... Ah itu tidak penting.. Kenapa kau begitu menakutkan

Angkara : menakutkan?

Volt  : yah, cara mu berteriak dan bangkit dari kursi sangatlah mena........

Tiba - tiba orang berjubah hitam masuk dengan berlari dan berteriak - teriak. 

Hitam : aku datang! Aku menjemputmu...

Volt : itu dia! Itu dia! ( bersembunyi dibalik Angkara )

Hitam : hai volt, lekas kau pakai ini ( menyodorkan peralatan make up )

Volt  : tidak, aku lebih suka menjadi aku yang sebenarnya.

Angkara ikut panik dan gemetar,

Hitam  : kau penunggu! Menepilah, jangan kau halangi makhluk itu

Angkara  : aku tidak menghalangi, dia yang bersembunyi

Volt  : aku akan terus bersembunyi dibalik tubuhmu

Hitam : kau tidak akan ku biarkan hidup bila kau menjadi diri kau!

Lampu memadam seketika, ruang panggung gelap. Hanya terdengar suara jeritan dan tangisan.

Namun tak lama kemudian lampu kembali menyala dan fokus di atas Angkara yang tampak berdiri diatas tubuh Volt

Sementara hitam bersiap dibelakang tubuh Angkara, seakan ingin mencabut sesuatu dari tubuh Angkara

Angkara  : siapa kau!!!!!

Volt  : aku adalah apa yang kau tunggu,

Hitam  : dia adalah yang aku buru

Volt  : aku adalah yang biasa dimanipulasi oleh manusia, aku diberi jubah dan make up penuh warna, aku dipaksa berbuat kejam terhadap si miskin dan berlemah lembut terhadap si kaya. Aku adalah yang diinjak dan di jung - jung.

Hitam : dan kau akan menjadi lawanku setiap kali kau menjadi kau

Angkara menahan bingung dan kemudian ia berlari ke kanan dan ke kiri.

Sampai akhirnya ia berdiri di atas kursi.

Angkara : siapa kalian, dan ... Siapa aku!

Volt : kau adalah kemustahilan

Hitam : yang ada untuk menunggu kegelapan

Volt : pergi kau hitam, lebih baik kau bersemayam dalam diri dia, daripada kau menghabisi aku.

Angkara : kau adalah penghianatan. Dan aku adalah aku.

Lonceng pun berdentum dan kemudian orang tua masuk dengan pakaian serba terang.

Orang tua : kau adalah aku, dan aku adalah kau angkara.

Hitam : jangan ikut - ikut kau pak tua

Orang tua : jangan main - main kau hitam

Volt : jangan - jangan kau ...

Angkara : diam kau..... 

Volt : aku adalah apa yang ada di dalam diri kau, dan tiada dalam ke adaan.

Angkara  : bukan,... Kau bukan itu... Juga bukan itu!

Orang tua : sadarlah Angkara, penungguan dan penantianmu telah usai.

Angkara : apa memangnya yang aku tunggu.

Hitam  : aku lah yang kau tunggu.

Volt  : dan aku juga yang kau tunggu.

Angkara : ahhh,  tidak siapa kau, dan kau, dan aku!!!

Hitam : aku adalah perang dan kebrengsekan.

Volt : aku adalah damai dan kebijaksanaan.

Angkara : dan aku...

Orang tua : kau adalah jiwa yang bersemayam, dan aku adalah penantian dan penungguan itu sendiri..

Angkara. : tidak!!!!!

Lampu panggung padam sebentar, dan lalu suara teriakan Angkara terlempar. Lampu hidup, Angkara dicekik hitam, volt menangis, orang tua tertawa..

Angkara : ahhhhh... Penantianku telah usai..

 

 

Tamat.


IP.96

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler